1. Perkembangan Islam
di Benua Amerika
a. Amerika Serikat
Sejarah Islam di Amerika Serikat bermula sekitar abad ke 16, dimana Estevánico dari Azamor seorang Berber dari Afrika Utara yang
menjelajahi Arizona dan New Mexico untuk Kerajaan Spanyol. Estevanico datang ke
Amerika sebagai seorang budak penjelajah Spanyol adalah Muslim pertama yang tercatat
dalam sejarah Amerika Utara. Walau begitu, kebanyakan para peneliti di dalam
mempelajari kedatangan Muslim di AS lebih memfokuskan pada kedatangan
para imigran yang datang dari Timur Tengah pada akhir abad ke 19.
Selama tahun 1520-an telah didatangkan
budak ke Amerika Utara dari Afrika. Diperkirakan sekitar 500 ribu jiwa dikirim
ke daerah ini atau 4,4% dari total 11.328.000 jiwa budak yang ada. Diperkirakan sekitar
50% budak atau tidak kurang dari 200 ribu jiwa budak yang didatangkan berasal
dari daerah-daerah yang dipengaruhi oleh Islam.
Menurut sumber lain, kedatangan paling
awal imigran Muslim adalah antara tahun 1875 dan 1912 dari kawasan Suriah, Yordania, Palestina, dan Israel. Daerah
ini dulunya dikenal sebagai Suriah Raya yang diperintah oleh Kekaisaran
Ottoman. Setelah Kekaisaran Ottoman runtuh pada Perang Dunia I (PD
I),
terjadi gelombang kedua imigrasi kaum Muslim dari Timur Tengah, dimana dalam
periode ini pula dimulainya kolonialisme Barat di Timur Tengah.
Pada tahun 1924, aturan keimigrasian AS
disahkan, yang segera membatasi gelombang kedua imigrasi ini dengan
memberlakukan "sistem kuota negara asal". Periode imigrasi ketiga
terjadi pada 1947 sampai 1960, dimana terjadi peningkatan jumlah Muslim yang
datang ke AS, yang kini berasa dari negara-negara di luar Timur Tengah.
Gelombang keempat kemudian terjadi pada tahun 1965 disaat Presiden Lyndon
Johnson menyokong rancangan undang-undang keimigrasian yang menghapuskan sistem
kuota negara asal yang sudah bertaha lama.
Di AS, ada sekitar 1.209 Masjid,
dimana yang terbesar adalah Islamic Center of America yang terletak di
Dearborn, Michigan. Dibangun pada 2005, Masjid ini dapat menampung lebih dari 3.000 jamaah yang terus tumbuh di wilayah itu. Hanya kurang
dari 100 unit yang benar-benar dari awal dirancang sebagai Masjid, kebanyakan
jamaah Islam di AS pada awalnya beribadah di bangunan-bangunan yang semula
didirikan untuk tujuan lain, seperti bekas stasiun pemadam kebakaran, teater, gudang, dan toko.
Menurut Lembaga Survey Pew pada tahun 2007,
dua pertiga Muslim di AS adalah keturunan asing. Di antara mereka telah
bermigrasi ke AS sejak tahun 1990. Sedangkan sepertiga dari Muslim AS adalah
penduduk asli yang beralih ke Islam, dan keturunan Afro Amerika. Pada tahun
2005, menurut New York Times, lebih banyak lagi orang dari negara-negara Muslim
yang menjadi penduduk AS - hampir 96.000 - setiap tahun dibanding dua dekade
sebelumnya.
Sedangkan menurut Council on American-Islamic Relations (CAIR), jemaah masjid Sunni yang diperuntukkan bagi
umum di AS berasal dari latar belakang bangsa yang berbeda: Asia Selatan (33%), Afro Amerika (30%), Arab (25%), Eropa (2,1%), Amerika
kulit putih (1,6%), Asia
Tenggara (1,3%), Karibia (1,2%), Turki Amerika (1,1%), Iran Amerika (0,7%), dan Hispanik/Latin
(0,6%).
Komunitas Muslim pertama berada di
Midwest. Di Dakota Utara, kaum Muslim berkumpul untuk salat berjamaah di
tahun-tahun pertama era 1900-an, di Indiana, sebuah pusat kegiatan Islam
dimulai sejak 1914, dan Cedar Rapids, Iowa, adalah rumah bagi Masjid tertua
yang masih digunakan hingga sekarang. Daerborn, Michigan, dipinggiran Detroit,
adalah tempat Muslim Sunni dan Syiah dari banyak negara Timur Tengah. Bersama
umat Kristen dari Timur Tengah, kaum Muslim Michigan membentuk komunitas
Arab-Amerika terbesar di negara ini. Galangan kapal di Quincy, Massachusetts,
diluar Boston, menyediakan lapangan kerja bagi imigran Muslim sejak tahun
1800-an. Di New England juga telah dibuat sebuah Islamic Center, yang kini
menjadi kompleks Masjid besar untuk beribadah bagi para pelaku bisnis, guru,
profesional, serta pedagang dan buruh. Di New York, Islam telah hadir dan
muncul selama lebih dari satu abad.
Rumah pertama yang lain bagi imigran
Muslim adalah Chicago, Illinois, dimana beberapa orang menyatakan jumlah Muslim
yang tinggal disini pada awal 1900-an adalah yang terbanyak di antara kota-kota
lain di AS. Lebih dari 40 kelompok Muslim telah berdiri di kawasan Chicago. Di
Los Angeles dan San Fransisco, California, juga telah menjadi pusat komunitas
Muslim yang besar di AS.
Karena dalam Islam perbuatan riba diharamkan oleh agama, sebagian Muslim
merasa kesulitan ketika harus mendanai dan mengembangkan usahanya. Sebagian
besar lembaga keuangan dan perbankan di AS masih bersifat konvensional, dimana
mereka menerapkan sistem berbunga. Namun sejak beberapa tahun lalu, sebagian
lembaga keuangan dan korporasi mulai mencari cara untuk membantu Muslim AS.
Beberapa program pendanaan lokal ala Islam baru-baru ini telah dimulai atau
sedang dalam tahap perencanaan.
1) Korporasi
Pengembangan Komunitas Phillips (Phillips
Community Development Corp.) maupun Badan Pengembangan Komunitas
Minneapolis (Minneapolis Community
Development Corp.), masing-masing telah memberi dana bagi pemiliki usaha
Islam dengan biaya administrasi sebagai pengganti bunga.
2) Konsorsium
Minneapolis dari Para Pengembang Komunitas (Minneapolis
Consortium of Community Developers) telah menyediakan dua pendanaan
berdasarkan biaya untuk usaha-usaha Islami sebagai proses awal.
3) Delsan Auto Dealer, tempat
usaha mobil bekas miliki seorang Somalia, menyediakan pendanaan bebas bunga
kepada pelanggannya.
4) Kelompok
Twin Cities sedang berupaya untuk
membentuk perserikatan kredit secara Islam.
5) Bank-bank
seperti Wells Fargo & Co. dan University Bank tengah mencari jalan
bagaimana mereka bisa membantu usaha Islam.
Perkembangan islam di AS teroganisir dengan
baik, diantara organisasi Islam di AS adalah :
1) Kelompok
yang paling besar adalah American Society of Muslims (ASM atau Masyarakat
Muslim Amerika), pengganti Nation of
Islam, yang lebih dikenal sebagai Black
Muslim. Kelompok ini dipimpin oleh Warith
Deen Mohammed. Tidak begitu jelas berapa Muslim Amerika
yang mengikuti kelompok ini. Kepercayaan kelompok ini juga berbeda dengan
kepercayaan Islam pada umumnya, mereka tidak mengenali Muhammad adalah Rasul
Allah yang terakhir.
2) Kelompok
terbesar kedua adalah Islamic Society of North America (ISNA
atau Masyarakat Islam Amerika Utara). ISNA adalah suatu asosiasi
organisasi-organisasi Muslim dan perorangan untuk mempresentasikan Islam.
Kelompok ini dibuat oleh imigran, beberapa etnis Kaukasia dan sekelompok kecil
Afro Amerika yang masuk Islam. Jumlah anggotanya baru-baru ini mungkin telah
melampaui ASM. Konvensi tahunan ISNA mungkin adalah pertemuan Muslim paling
besar di AS. Organisasi ini telah
dikritik karena menyebarkan ajaran Wahabi dan karena memiliki hubungan dengan
terorisme.
3) Kelompok
terbesar ketiga adalah Islamic Circle of North America (ICNA atau Lingkaran
Islam Amerika Utara). ICNA adalah kelompok Islam yang tidak memandang kesukuan,
terbuka bagi semua, dan mandiri. Kelompok ini dibentuk oleh imigran, Amerika
kult putih, dan Afro Amerika yang masuk Islam. Kelompok ini sedang tumbuh, dan
juga bisa lebih besar dari ASM disaat sekarang. Divisi mudanya adalah Young Muslims atau Muslim Muda.
4) Islamic Supreme Council of America (ISCA
atau Dewan Tertinggi Muslim Amerika) mewakili banyak Muslim AS. Tujuannya
adalah menyediakan solusi-solusi bagi Muslim Amerika, yang berlandaskan hukum
Islam. ISCA bekerja keras untuk mengintegrasikan ajaran Islam dalam memecahkan
isu-isu zaman demi memelihara keyakinan Islam ditengah masyarakat yang sekuler.
5) Islamic Assembly of North America (IANA Himpunan Islam
Amerika Utara), adalah suatu organisasi Muslim terkemuka di AS. Menurut situs
mereka, di antara sasaran IANA adalah "mengkoordinir dan mempersatukan
usaha-usaha dari dakwah yang berbeda, mengorientasikan organisasi (Islam) di
Amerika Utara atau mengarahkan umat Muslim untuk bertahan pada metodologi
Islam". Untuk mencapai sasarannya, IANA menggunakan sejumlah alat, metode,
konvensi, rapat anggota, lembaga, institusi, akademi berorientasi dakwah, dan
lain-lain.
6) Muslim Students' Association (MSA atau Asosiasi
Pelajar-pelajar Muslim), adalah suatu kelompok yang diperuntukkan bagi pelajar
Islam di perguruan tinggi Kanada dan Amerika Serikat. MSA juga sering
dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, seperti pengumpulan dana
untuk tunawisma selama Ramadhan.
7) Islamic Information Center (IIC atau Pusat
Informasi Islam) adalah organisasi yang dibentuk untuk memberi informasi kepada
publik, sebagian besar melalui media, seputar Islam dan umat Muslim
Organisasi politik Islam di AS
berkepentingan untuk mengakomodasi kepentingan Muslim disana. Organisasi
seperti American
Muslim Council aktif
terlibat menegakkan hak asasi dan hak warga negara bagi setiap orang Amerika.
1) Council on American-Islamic Relations (CAIR atau Dewan
Hubungan Islam-Amerika), adalah organisasi Islam paling besar yang
mengakomodasi kepentingan Muslim di AS. CAIR menggambarkan organisasinya
sebagai organisasi yang moderat di DPR Amerika dan arena politik Amerika. CAIR
juga mengutuk semua aksi terorisme, dan sedang bekerjasama dengan Gedung Putih
mengenai isu-isu keselamatan dan politik luar negeri. CAIR adalah lembaga
pembela hak-hak warga Muslim AS yang paling besar dan mempunyai 35 kantor.
Selain memiliki advokasi terhadap kaum Muslim juga meningkatkan pemahaman
Islam, mendorong tanya jawab, melindungi kebebasan-kebebasan sipil,
memberdayakan Islam di Amerika, dan membangun kesatuan dan mempromosikan
keadilan dan saling pengertian.
2) Muslim Public Affair Council (MPAC atau Dewan
Permasalahan Masyarakat Islam), adalah suatu jawatan pelayanan bagi masyarakat
Muslim Amerika. Berpusat di Los
Angeles, California dan
memiliki cabang di Washington,
DC.
MPAC didirikan pada 1988. Tujuan orgaisasi ini adalah untuk memperkenalkan
identitas Muslim Amerika, mengembangkan suatu organisasi yang aktif, dan juga
pelatihan bagi generasi masa depan baik pria dan wanita untuk berbagai visi.
MPAC juga bekerja untuk memperkenalkan Islam dan Muslim secara akurat melalui
media massa, mendidik masyarakat Amerika mengenai Islam, persahabatan dengan
masyarakat yang berbeda dan menjalin hubungan dengan para pembuat dan pengambil
keputusan (pemerintah).
4) Free
Muslims Coalition, dibentuk untuk menghapus dukungan terhadap
Islam radikal dan terorisme serta memperkuat institusi yang demokratis di Timur
Tengah dan Dunia Islam dengan mendukung usaha reformasi Islam.
Serangan 11 Sepetember 2001 ke gedung WTC dan
Pentagon adalah bencana bagi Amerika dan umat Muslim sedunia. Pasca serangan,
berbagai tudingan dilontarkan kepada Islam dan ummatnya. Banyak
serangan-serangan yang terjadi tehadap Muslim Amerika setelah kejadian itu,
walaupun ini terbatas pada kelompok minoritas kecil.
Menurut survey yang dilakukan pada 2007, 53%
Muslim Amerika menganggap bahwa menjadi lebih sulit menjadi seorang Muslim (di
AS) setelah serangan itu. Wanita Muslim yang menggunakan hijab/jilbab diganggu,
menyebabkan beberapa wanita Muslim lebih memilih untuk tinggal dirumah,
sedangkan yang lainnya untuk sementara meninggalkan praktik (pekerjaan)
b. Brazil
Sejarah
Islam di Brasil dimulai dengan masuknya orang-orang Afrika dalam bentuk
perbudakan. Sejak tahun 1550, orang Portugis telah menggunakan budak bangsa
Afrika untuk bekerja di kebun tebu yang sebelumnya dimusnahkan oleh penduduk
setempat. Brasil menerima 37% dari seluruh budak Afrika yang diperdagangkan,
berjumlah sekitar 3 juta orang.
Sebagian
sarjana menyatakan, Brasil merupakan negara Amerika yang paling banyak menerima
muslim bangsa Afrika. Tahun 1835, di Bahia, muslim berbagai bangsa pernah
mengadakan suatu pemberontakan. Peristiwa itu menyebabkan banyak orang
terbunuh. Sejak itu, Portugis berjaga-jaga terhadap Afro-muslim, termasuk memaksa
mereka menganut agama Katolik. Walaupun demikian, komunitas muslim di Brasil
tidak dapat dienyahkan begitu saja. Hingga tahun 1900, tercatat masih terdapat
10.000 Afro-muslim yang hidup di Brasil.
Setelah
masa asimilasi paksa terhadap Afro-muslim, perkembangan Islam di Brasil telah
memasuki suatu era yang baru dengan adanya imigran muslim Timur Tengah ke
negara ini. Kebanyakan mereka berasal dari Suriah. Setiap harinya di kota Sao
Paulo, Brasil, terdapat tiga warga Brasil yang masuk Islam. Demikian berita
sebagaimana dilansir oleh salah satu lembaga Islam di negeri itu. Namun lembaga
tersebut belum mendapatkan informasi secara pasti mengenai jumlah kaum muslimin
di Brasil.
Sedangkan menurut otoritas Islam yang ada, muslim di
Brasil berjumlah sekitar 1 juta hingga 1,5 juta orang. Jumlah itu tampaknya
merupakan jumlah akumulatif yang menghitung jumlah kaum muslimin, baik para
imigran maupun penduduk asli Brasil yang telah masuk Islam. Berdasarkan surat
kabar terbitan setempat, jumlah penduduk muslim di Brasil sekitar 56.000 sampai
70.000 orang.
Mayoritas
penduduk Brasil yang masuk Islam berasal dari kalangan pemuda dan pemudi.
Fenomena ini menunjukkan, Islam tengah mendapat sambutan hangat di Brasil.
Sejumlah pengamat mengatakan, biasanya fenomena tersebut diawali adanya
kerusakan moral dalam keluarga dan ketidakstabilan keluarga mereka. Dalam pencarian
mereka, mereka pun kemudian masuk Islam ketika mereka mempelajari isi kandungan
ajaran Islam yang menurut mereka dapat membawa solusi bagi permasalahan yang
tengah mereka hadapi.
Sejak
kapan agama Islam masuk ke Brasil? Dari berbagai tulisan disebutkan, Islam
masuk ke Brasil sejak abad ke-16 dan 17 Masehi melalui para budak dari Afrika
yang menggunakan bahasa Portugis. Sejak itu, agama Islam berkembang di negara
ini. Beberapa waktu kemudian, agama Islam kemudian semakin berkembang dengan
adanya kedatangan para imigran Arab.
Brasil
pernah mencatat sejarah dalam penyebaran Islam di Amerika Latin. Masjid pertama
kali yang dibangun di wilayah itu adalah Masjid Raya Sao Paulo di Brasil, yang
mulai digagas tahun ‘30-an. Tahun 1939, tokoh-tokoh muslim Brasil saweran
membeli lahan. Peletakan batu pertamanya dilakukan pada tahun 1948
dan baru berakhir pembangunannya tahun 1960. Lamanya pembangunan masjid tak
lepas dari sulitnya upaya penggalangan dana yang dilakukan umat Islam di negeri
tersebut. Begitu pembangunan masjid rampung, umat Islam sudah tersebar ke
seantero Brasil. Di daerah-daerah baru itu, mereka juga mendirikan masjid.
Jumlah masjid pun kian berkembang dan tak hanya di Sao Paulo. Sedangkan
madrasah mulai berdiri di Brasil sejak tahun ‘60-an.
Pertama
kali madrasah berdiri di Sao Paulo, daerah yang paling banyak dihuni umat
Islam. Setelah itu, berdiri pula madrasah di wilayah Cortiba dan beberapa
tempat lainnya. Madrasah digunakan sebagai semacam diniyah, yaitu untuk
mengajarkan ilmu agama dan bahasa Arab.
Syaikh
Khalil Saifi, koordinator The Center of
Divulgation of Islam to Latin America, yang berpusat di Sao Bernardo do
Campo, menyatakan, dakwah Islam di negeri ini baru sebatas menghadirkan Islam
dan membantu masyarakat Brasil mengenal Islam. Selain itu juga memelihara
hubungan mereka dengan bahasa dan juga kebudayaan Islam. "Orang Brasil
yang datang ke sini pastilah sebelumnya bersentuhan terlebih dahulu dengan
komunitas muslim Arab," ujarnya.
Problem
lainnya, saat ini Brasil amat kekurangan dai dan guru agama, meski masjid dan
madrasah banyak berdiri di Brasil. Kondisi ini memang sangat disayangkan. Pada
saat masjid dan madrasah sudah berdiri, juru dakwah dan mereka yang
berpengalaman dalam bidang agama masih sangat minim sehingga pengelolaannya
tidak maksimal.
Mingguan
berbahasa Arab, Al-'Alam Al-Islamy,
edisi 29 Agustus 2011, mengungkapkan, umat Islam di Brasil sejak lama telah
berupaya untuk mendirikan sarana ibadah berupa masjid dan madrasah. Bagi
mereka, upaya ini tentu bukan hal yang mudah. Islam merupakan minoritas.
c.
Argentina
Peran
kaum pendatang dari Timur Tengah, seperti Suriah dan Lebanon, menjadikan dakwah
Islam di Argentina terlihat kian ramai. Para pendatang itulah yang justru
banyak memperkenalkan Islam kepada penduduk Argentina. Mereka bermigrasi ke
wilayah Argentina pada awal abad ke-20, dan membentuk permukiman di
tengah-tengah penduduk asli. Mereka hidup rukun dan damai tanpa ada rasa curiga
dan permusuhan.
Namun,
jauh sebelum kedatangan kaum imigran Suriah dan Lebanon ini, komunitas Muslim
sudah terbentuk di tanah Argentina. Kedatangan para imigran Muslim pertama ini
bersamaan dengan kedatangan para penjelajah berkebangsaan Spanyol dan Portugis
di wilayah Argentina. Jumlah imigran Muslim ini terus bertambah setelah Argentina
menjadi wilayah koloni Spanyol.
Di
antara imigran Arab yang terkenal adalah keluarga Menem, yang berasal dari
Suriah dan pemeluk Islam. Mantan presiden Argentina, Carlos Menem, merupakan
salah satu keturunan keluarga imigran Suriah ini. Meski leluhurnya adalah
pemeluk Islam, ia sendiri merupakan seorang penganut Katolik Roma. Karena
faktor agama inilah, Carlos Menem diizinkan untuk ikut mencalonkan diri sebagai
presiden Argentina. Dalam aturan konstitusi yang berlaku, presiden Argentina
haruslah seorang pemeluk Katolik Roma. Namun, aturan ini dihapuskan dalam
reformasi konstitusi tahun 1994.
Diperkirakan,
saat ini terdapat sekitar 3,5 juta penduduk Argentina keturunan Arab. Para
keturunan Arab Argentina ini tidak hanya memeluk agama Islam, tetapi juga
pemeluk Kristen dan Yahudi. Bahkan, bisa dikatakan sebagian besar keturunan
imigran Arab ini adalah orang Kristen serta Yahudi, dan mungkin hanya kurang
dari seperempat keturunan imigran Arab yang benar-benar Muslim. Keberadaan Islam di
Argentina juga bisa dilihat dari sejumlah nama tempat dan kota di negara ini,
yang menggunakan istilah-istilah yang berakar dan berasal dari bahasa umat
Islam, yakni bahasa Arab.
Dr
Youssef Mroueh, dari Preparatory Commitee
for International Festivals to celebrate the millennium of the Muslims arrival
to the Amricas, dalam esainya yang berjudul Precolumbian Muslims in America menyebutkan, di kawasan Argentina
terdapat nama kota-kota Cordoba dan Bahia.
Cordoba
merupakan nama sebuah kota di masa kekhalifahan Islam yang pernah berkuasa di
wilayah Spanyol saat ini. Di Argentina, Cordoba merupakan nama ibu kota salah
satu provinsi di Argentina yang berada sekitar 700 kilometer arah barat laut
Buenos Aires. Sementara dalam sejarah peradaban Islam, Bahia merupakan salah satu
istana peninggalan kejayaan Islam yang berada di Kota Marrakech, Maroko.
Sedangkan di Argentina, terdapat sebuah kota bernama Bahia Blanca. Kota ini
berada di sebelah barat daya ibu kota Argentina, Buenos Aires.
d.
Meksiko
Agama
Islam sampai ke Meksiko melalui perantara imigran asal Timur Tengah. Adalah
sebuah buku karya Pascual Almazan berjudul Un
hereje y Un Musulman yang mengisahkan seorang Muslim bernama Yusof bin
Alabaz, menjadi petunjuk tentang kedatangan Islam pertama kali ke negara ini.
Berdasarkan
buku tersebut, Yusof hidup pada abad ke-16. Dia tinggal di Andalusia namun
selamat dari serbuan balasan kaum Nasrani di sana. Yusof lantas melarikan diri
ke Maroko. Akan tetapi, di tengah perjalanan, dia ditawan oleh perompak yang
kemudian membawanya ke Meksiko. Karena takut dijadikan budak, dia pun berusaha
melepaskan diri dan berhasil. Setelah itu, beberapa tahun kemudian Yusof
tinggal di sebuah kawasan bernama Veracruz dan menyebarkan agama Islam kepada
penduduk setempat.
Dari
situlah, agama Islam berkembang ke seluruh wilayah negeri. Terlebih ketika kian
banyak berdatangan para imigran dari Timur Tengah. Begitulah sejarahnya. Tidak
ada bukti konkret yang menyebutkan bahwa Islam telah ada di negara tersebut
sebelum datangnya imigran Arab. Saat ini di negara tersebut memang banyak terdapat
imigran Timur Tengah. Mereka berasal dari Lebanon, Maroko, Mesir, dan Suriah.
Namun, tidak diketahui berapa jumlah pemeluk Islam di antara mereka. Barulah
ketika dosen dari Georgetown University, Theresa Velcamp, mengadakan penelitian
tahun 1999, diketahui sedikit banyak tentang mereka.
Menurut
dia, imigran asal Suriah dan Lebanon merupakan komunitas imigran terbesar
dengan estimasi 200 ribu jiwa. Selain itu, umat Muslim kebanyakan tinggal di
kota-kota besar seperti Mexico City, Monterey, Guadalajara, Ciudad Obregon, dan
Chiapas
Suku
Indian di Meksiko berbondong-bondong memeluk agama Islam. Pemerintah pun mulai
‘gerah’. Setelah lama menjadi basis penganut Katolik, wilayah selatan Meksiko
secara cepat berubah bagai medan pencarian iman. Termasuk pula agama Islam,
yang tercatat berhasil menanamkan pengaruhnya setelah ratusan kaum Indian Maya
beralih menjadi Muslim. Dan pemerintah Meksiko pun dibuat khawatir terhadap
merebaknya ‘benturan budaya’ di halaman belakang mereka sendiri. “Dalam agama Islam, tidak mengenal
perbedaan suku serta etnis,” ungkap seorang mualaf dari suku Maya kepada media
Jerman, Der Spiegel, saat ditanya
alasannya berpindah agama. Ia mengaku belajar banyak agama sebelum akhirnya
memilih Islam sebagai agamanya. Rasa antusiasmenya terhadap agama ini bisa
dimengerti. Di kampung halamannya di Chiapas, wilayah paling miskin di Meksiko,
suku tradisional kerap dipandang sebagai warga kelas dua. Orang kulit putih dan
Mestizos pun selalu mengancam mereka. Bahkan, di kota San Cristobal de las
Casas, kota terbesar di selatan, orang-orang asli Indian harus menyingkir ke
jalan ketika ada orang kulit putih mendekati mereka di trotoar.
Sekitar 300 Indian dari suku Tzozil, juga telah
beralih memeluk Islam dalam beberapa tahun belakangan dan jumlahnya masih terus
meningkat. Fakta tersebut jelas merisaukan pemerintah Meksiko. Akibatnya,
pemerintah mencurigai para mualaf ini dengan tuduhan melakukan aktivitas
subversif dan telah menyebar agen dinas rahasia untuk mengamati suku
Maya-Muslim ini. Kendati demikian, kaum Indian tidak mau terpengaruh dengan
kekhawatiran dari pemerintah, mulai dari tuduhan menjadi kaum ekstrimis,
mancampuri urusan politik, atau apa pun namanya. Hanya satu hal yang mereka
ingin lakukan, yakni beribadah sebaik-baiknya.
2. Perkembangan Islam
di Benua Eropa
a. Inggris
Sejarah
pertumbuhan komunitas muslim di Inggris hampir serupa apa yang dialami di
Prancis, yaitu melalui proses imigrasi. Imigrasi muslim ke Inggris mulai
berlangsung pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 melalui pendaratan para
pelaut yang direkrut oleh East India Cornpany (Perusahaan India Timur) dari
Yaman, Gujarrat, Sind. Assam. dan Bengal.
M.
Ali Kettani, dalam bukunya "Minoritas
Muslim di Dunia Dewasa Ini" mengatakan imigran pertama ke Inggris
adalah orang Yaman dari Aden. Mereka rnenghimpun diri di Cardif dan di situ
membangun salah satu masjid pertama di negeri itu pada tahun 1870. Sebelum
pergantian abad datang kelompok muslirn lain dari India dan menetap di dekat
London, di sana mereka membangun masjid Shah Jehan di Woking.
Sekitar
abad ke-19, sejumlah pengusaha muslim juga telah berniaga ke kerajaan Inggris.
Salah satunya adalah perusahaan terkenal "Mohamed’s
Baths” yang didirikan oleh Sake Deen Muhamed (1750-1851). Selain pekerja
dan pedagang, pada akhir abad ke-19 mulai masuk juga kelompok intelektual ke
Inggris. Hal ini terlihat tatkala pada periode antara 1893 hingga 1908, sebuah
jurnal mingguan bernuansa Islami dengan nama "The Cresent", mulai disebarkan di Liverpool. Pendiri
jurnal ini adalah seorang muslim keturunan bangsawan Inggris yang bernama
William Henry Quilliam, yang dikenal sebagai Syekh Abdullah Quilliam, yang
berprofesi sebagai pengacara. Dia masuk Islam pada tahun 1887 setelah lama
bermukim di Aljazair dan Maroko. william Henry Quilliam bahkan memelopori
pembangunan sebuah masjid yang sangat aktif dan menjadi pusat dakwah di wilayah
Inggris.
Pada
tahun 1930-an, gagasan rencana pembangunan masjid pusat di London juga muncul
sebagai respons atas pembangunan masjid di Paris pada tahun 1926 yangjuga
mendapat perhatian dara Raja Goerge IV pada tahun 1944. Namun berbagai kendala
seperti terjadinya Perang Dunia II dan masalah yang dihadapi pemerintah lnggris
akibat kemerdekaan India dan Pakistan, menyebabkan pembangunan masjid tertunda
hingga tahun 1970-an. Baru pada tahun 1977, Masjid Pusat London dengan Islamic Cultural Center (Pusat
Kebudayaan Islam)-nya akhirnya diresm ikan dan dewasa ini menjadi terkenal.
Sampai tahun 1990 jumlah masjid di Inggris telah mencapai 452.
Sehubungan
dengan terbitnya "Commonwealth
Immigration Act" (Undang-undang Imigrasi Persemakmuran), tahun 1962,
yang semakin memberikan kemudahan untuk menjadi warga negara Inggris bagi warga
negara bekas jajahan Inggris, juga turut rnendorong laju migrasi ini. Pada
tahun 1951, penduduk muslim di negara itu diperkirakan baru mencapai 23.000
jiwa. Sepuluh tahun belakangan, populasi penduduk muslim di Inggris mcniadi
82.000, dan pada tahun l97l sudah mencapai 369.000 jiwa.
Dan
saat ini. jumlah penduduk muslirn di Inggris sekitar 2 juta jiwa. Demikian
menurut M. Ali Kettani dan Philip Lewis, yang menyebutkan angka lebih besar,
yakni sekitar 2 juta. Hampir separuh dari jumlah keseluruhan kaum muslim di
Inggris tinggal di London dan wilayah sekitarnya. Sekitar dua pertiga sisanya
bermukim di West Midlands, Yorkshire, Glasgow, dan wilayah-wilayah di sekitar
Manchester.
Pola
distribusi pemukiman muslim tidak merata, baik secara geografis maupun etnis.
Kendati demikian, ada konsentrasi tertentu, misalnya penduduk muslim India di
West Midlands, Arab dan Iran di Cardif Liverpool, dan Birmigham. Turki-Cyiprus
di wilayah Timur London, serta Pakistan dan Bangladesh di Bradford.
Dari
perspektif mazhab, muslim di Inggris mayoritas berrnazhab Hanafi, sisanya
Syafi, Ja'fari atau Ismaili. Selama periode pertama permukiman, titik berat
pembagunan institusi muslim di Inggris adalah pendirian sarana peribadatan dan
sarana untuk menyampaikan ajaran dan praktik ajaran.lslam kepada generasi
penerus. Usaha ini cenderung terpusat di seputar masjid. Sehingga hal ini tidak
mengherankan jika kemudian perkembangan jumlah masjid di Inggris dan sekitarnya
mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Misalnya masjid pusat di London,
masjid Shah Jehan Woking, Masjid Nour al-lslam di Cardiff, dan masjid-masjid di
Conventry, Liverpool, Preston, Birmingham, Manchester, Nottingham dan
dibeberapa wilayah lainnya.
Organisasi
berjaringan luas seperti Jamaah Islami
dengan anak organisasinya seperti United
Kingdom Islamic Mission (Misi Islam Inggris Raya) dengan Islamic Foundation (Yayasan Islam)-nya
yang terutama bergerak di bidang dakwah, pelatihan, penelitian, dan penerbitan.
Mereka misalnya menerbitkan majalah dwi mingguan Impact International, di samping buku-buku terjemahan dan
riset-riset dalam bidang ekonomi Islam.
Pada
tahun 1980-an, muncul kemudian organisasi dari jenis yang lain, yakni The Council of Mousques in the UK and Eire
(Dewan Masjid Inggris dan Irlandia). Organisasi ini dibentuk atas dorongan Rabitha al-'Alam al-Islami cabang London
untuk merespon rencana kebijakan pendidikan multikultural yang dicanangkan
pemerintah Inggris pada tahun 1985. Pada saat bersamaan, muncul juga Council of Imams and Mousques (Dewan
Imam dan Masjid) yang didirikan atas inisiatif mantan direktur Islamic Cultural Center di London, Dr.
Zaki Badawi.
Agama
Islam di Inggris dalam beberapa dekade terakhir ini, juga sangat berkembang di
kalangan akademisi dan universitas di berbagai perguruan tinggi. Hal ini dapat
dilihat dengan digelarnya berbagai kegiatan dan juga munculnya Islamic Society.
Salah satunya kegiatan yang dilakukan University of Essex, Colchester dengan
mengelar "lslamic Awarness"
yang diisi antara lain dengan pameran pengetahuan pengenal Islam, pameran halal food dan konferensi Islam yang
berjudul “lslam Beyon the Viel".
Konferensi yang diikuti lebih dari 200 peserta, separuh di antaranya adalah
warga Inggris digelar Islamic Society,
lembaga mahasiswa Muslim di University of Essex, menawarkan Islam sebagai
solusi.
Islamic Society juga mengelar bazar buku, pakaian,
makanan halal dan kebutuhan muslim, sholat jama'ah fardhu dan Jum'at, "Fajr Tree" yaitu saling
membangunkan sholat Shubuh dengan miss
call ke HP terutama saat musim panas dimana waktu shubuh sekitar pukul 3
pagi. Banyak lagi kegiatan yang dilakukan bahkan mereka juga aktif mengikuti
kegiatan nasional, seperti konferensi British
Muslim Council (MCB), demo anti perang, mengorganisir diskusi terbuka seputar
masalah Palestina dan dunia Islam lainnya, dan pemutar film Islami.
Pada
saat ini umat muslim Inggris menjalin hubungan kerja sama dengan umat muslim
Indonesia. Programnya adalah penukaran imam dan khotib yang disepakati dalam
forum Kelompok Penasehat Keulamaan Indonesia- Inggris atau RI UK Islamic Advisory Group ( UK - IAG ) di
atas. Selain itu adalah penterjemahan karya-karya Indonesia ke dalam bahasa
Inggris, dialog antara agama dan aneka kegiatan.
b. Prancis
Islam
masuk ke Perancis sejak abad 8 M. Islam masuk ke kota-kota selatan Perancis
melalui Spanyol ke Toulouse, Narbonne dan sekitarnya hingga Bourgogne di
tengah-tengah Perancis. Namun baru pada abad 12 hingga abad 15
orang-orang Islam mulai menempati kota-kota selatan Perancis yang terdapat di
provinsi Roussillon, Languedoc, Provence, Pay Basque Perancis termasuk Bearn.
Hal ini berlangsung secara bertahap dan puncaknya adalah ketika terjadi
pengusiran besar-besaran terhadap muslim Spanyol pada peristiwa Reconquista di
bawah raja Ferdinand II dan istrinya ratu Isabelle pada tahun 1492
M.
Di Perancis, Islam berkembang pada
akhir abad ke-19 dan awal ke-20 M. Bahkan, pada tahun 1922, telah berdiri
sebuah masjid yang sangat megah bernama Masjid Raya Yusuf di ibu kota Perancis,
Paris. Hingga kini, lebih dari 1000 masjid berdiri di seantero Perancis.
Di negara ini, Islam berkembang melalui
para imigran dari negeri Maghribi, seperti Aljazair, Libya, Maroko, Mauritania,
dan lainnya. Sekitar tahun 1960-an, ribuan buruh Arab berimigrasi (hijrah)
secara besar-besaran ke daratan Eropa, terutama di Perancis. Berdasarkan angket yang dibuat pada
Maret 2007, jumlah Muslim di Perancis adalah sekitar 4 hingga 5 juta orang atau
6 % dari total penduduk Perancis. Dengan jumlah tersebut, Perancis menjadi negara dengan
pemeluk Islam terbesar di Eropa.
Peran buruh migran asal Afrika dan
sebagian Asia itu membuat agama Islam berkembang dengan pesat. Para buruh ini
mendirikan komunitas atau organisasi untuk mengembangkan Islam. Secara
perlahan-lahan, penduduk Perancis pun makin banyak yang memeluk Islam.
Sejak
peristiwa kelam 11 September 2001, Islam mendapat cap baru yaitu, agama
teroris. Dengan berbagai alasan dan dalih, Amerika Serikat menjadi pelopor dan
penggerak agar dunia mengutuk dan menjauhi Islam. Timbullah apa
yang disebut Islamophobia. Hal ini terlihat pada kebijakan resmi pada tahun 2004 yakni diterapkanya peraturan
yang melarang pelajar Muslimah dan pegawai negri mengenakan jilbab selama
mereka berada dilingkungan sekolah dan kerja. Begitupun dengan masjid. Azan
dilarang dikumandangkan bila suaranya terdengar hingga ke luar lingkungan
masjid. Menara masjid tidak boleh lebih tinggi dari 30 meter.
Walaupun
demikian, menurut laporan banyak perempuan Perancis tertarik kepada ajaran
Islam karena Islam ternyata sangat melindungi hak-hak perempuan. Jilbab yang
dituduh merupakan cermin ketidak-bebasan perempuan sekaligus lambang
superioritas laki-laki ternyata malah berfungsi melindungi perempuan dari
gangguan dan keisengan laki-laki mata keranjang. Sejumlah perempuan barat yang
biasa dididik untuk bekerja mencari nafkah hingga larut malam juga mulai
merasakan betapa berat tugas mereka. Dengan ber-Islam mereka menyadari bahwa
ternyata mencari nafkah adalah tugas laki-laki.
Menurut survei yang dilakukan kelompok
Muslim Perancis, sampai tahun 2003, jumlah masjid di seantero Perancis mencapai
1.554 buah. Mulai dari yang berupa ruangan sewaan di bawah tanah sampai gedung
yang dimiliki oleh warga Muslim dan dibangun di tempat-tempat umum.
Perkembangan Islam dan masjid di
Perancis juga ditulis oleh seorang wartawan Perancis yang juga pakar tentang
Islam, Xavier Ternisien. Dalam buku terbarunya, Ternisien menulis, di kawasan
Saint Denis, sebelah utara Perancis, terdapat kurang lebih 97 masjid, sementara
di selatan Perancis sebanyak 73 masjid.
Di bidang
pendidikan Awalnya, sebuah
sekolah didirikan di Vitrerie, pinggiran selatan Paris. Kurikulumnya
disesuaikan dengan kurikulum pendidikan nasional Perancis, namun ada tambahan
pelajaran khusus muatan lokal tentang keislaman, seperti bahasa Arab dan agama
Islam.
Education et Savior adalah sekolah
kedua yang dibuka di Paris setelah sekolah Reussite di pinggiran Aubervilliers,
utara Paris, dan yang keempat di Perancis. Dua sekolah swasta Islam lainnya
adalah Ibn Rushd di Kota Lille, utara Perancis, dan Al-Kindi di Kota Lyon.
c. Jerman
Sebenarnya
islam sudah dikenal oleh bangsa Jerman sejak zaman pendudukan Kekhalifahan
Islam di Spanyol. Pada saat itulah kekuasaan dan kemajuan dunia islam disegani
oleh bangsa-bangsa Eropa. Andalusia dijadikan pusat pengembangan ilmu
pengetahuan dibawah Kekhalifahan Islam. Eropa mulai memasuki abad pertengahan,
mereka menyebutnya sebagai zaman kegelapan atau The Dark Age atau zaman
kegelapan.
Hubungan
antara Jerman dan Islam terus berlanjut. bahwa pada tahun 1739, raja Friedrich
Wilhelm I mendirikan sebuah masjid di kota Potsdam untuk tentaranya yang
beragama islam, mereka disebut dengan nama pasukan Muhammadaner. Mereka juga diberikan jaminan kebebasan beribadah.
Pada Pebruari 1807 pasukan Muhammadaner
membantu raja Wilhelm memerangi Napoleon dari Perancis. Bersama pasukan Jerman
lainnya, mereka pun memerangi Rusia dan Polandia. Pada satu resimen bernama
Towarczy, 1220 tentara beragama Islam dan 1320 tentara lainnya beragama
kristen.
Saat
Perang Dunia Pertama, Jerman kembali bersekutu dengan tentara muslim dari
Kekhalifahan Turki. Hal ini membuat komunitas muslim di Jerman bertambah banyak
dan makin menguatkan eksistensinya. Lembaga Muslim Jerman sudah berdiri pada
tahun 1930. Antara 1933 dan 1945, tercatat lebih dari tiga ribu warga Jerman
beragama Islam, dan tiga ratus di antaranya berdarah etnis Jerman. Sayangnya,
pada saat kepemimpinan Hitler dan perang dunia kedua, umat islam terpecah-pecah
dan kebebasan beribadah terancam.
Keberadaan
Islam di Jerman meningkat pada tahun 1960-an. Akibat perang dunia, negara
Jerman hancur berantakan. Jerman membutuhkan banyak tenaga kerja. Para pekerja
berdatangan dari Italia, Turki dan Eropa Timur untuk membangun Jerman kembali.
Setelah kontrak kerja mereka selesai, para pekerja ini menolak untuk pulang ke
negara mereka, bahkan mereka mendatangkan keluarga-keluarganya untuk tinggal
menetap di Jerman. Berlin menjadi kota dengan jumlah komunitas Turki terbesar.
Umat
muslim dari Yugoslavia dan Iran pun berdatangan dan menetap di Jerman. Hal-hal
tersebut membuat jumlah penduduk yang beragama Islam di Jerman mencapai lebih
dari dua juta jiwa pada awal tahun 1990. Sekarang berkisar 3 juta jiwa. Satu
fenomena yang menarik belakangan bahwa tingkat konversi orang-orang Jerman ke
Islam cukup tinggi. Majalah ternama Jerman Der
Spiegel pernah menyebutkan bahwa antara Juli 2004 dan Juni 2005 saja
terdapat sekitar 4000 orang di Jerman masuk Islam. Kebanyakan para muallaf berasal dari kalangan terpelajar.
Menariknya, fenomena ini terjadi justru disaat media-media Barat gencar
mengaitkan Islam dengan terorisme.
Saat
ini jumlah mesjid di Jerman berkisar 2000, namun sebagian besar tidak dalam
bentuknya yang umum, melainkan ruko-ruko yang berada dekat pusat bisnis dan
perumahan kaum Muslim. Di Jerman, kebebasan beragama dijamin oleh
Undang-Undang. Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Dasar Jerman (Grundgesetz) menyebutkan Die
Freiheit des Glaubens, des Gewissens und die Freiheit des religiösen und weltanschaulichen
Bekenntnisses sind unverletzlich. (Kebebasan beragama dan memiliki
pandangan filosofis hidup tidak boleh diganggu).
Memang
belakangan terdapat beberapa kasus dimana warga Muslim mendapat diskriminasi di
Jerman misalnya dalam masalah jilbab. Namun hal ini bukanlah kasus yang
fenomenal dan tidak merubah kebijakan pemerintah Jerman terhadap umat Islam.
Secara umum, masyarakat Jerman sangat menghargai kebebasan beragama. Sebuah
survey yang pernah dilakukan Stiftung Konrad Adenauer menunjukkan bahwa dua
pertiga peserta polling percaya bahwa umat Islam harus diberikan kebebasan
untuk melaksanakan ajaran agama mereka.
Berbeda
dengan kebanyakan negara-negara lain di Eropa, Jerman dalam perkembangan
terakhir, mulai memperbolehkan pelajaran agama Islam bagi para pelajar Muslim
di sekolah-sekolah umum. Biasanya pelajaran agama dilakukan orang-orang Islam
secara non-formal di mesjid-mesjid atau kelompok-kelompok masyarakat. Kebijakan
baru yang merupakan hasil dari penggodokan bersama antara pemerintah Jerman dan
komunitas Muslim di Jerman ini adalah salah satu upaya mendukung proses
integrasi sosial Muslim di Jerman. Kebijakan tersebut dapat menjembatani
perbedaan yang kerap timbul.
Dengan
demikian, perkembangan Islam dan komunitas Muslim di Jerman tampak memberi
dampak yang positif bagi kehidupan masyarakat Jerman. Penerimaan Islam oleh
masyarakat Jerman sendiri menunjukkan agama ini memberikan alternatif bagi
pemecahan masalah kehidupan mereka. Islam tidak lagi diidentikkan sebagai agama
para imigran melainkan agama yang terintegral dari kehidupan mereka sendiri.
Integrasi Islam dan kultur mereka inilah yang akan membangun apa yang dikenal
sebagai “Euro Islam”.
Diantara
tokoh islam asal jerman adalah Murad
Wilfried Hofmann Terlahir pada 6 Juli 1931, dengan nama
Wilfred Hoffman, dari sebuah keluarga Katholik, di Jerman. Pendidikan
Universitasnya dilalui di Union College, New York. Pada tahun 1957 ia meraih
gelar gelar Doktor dalam bidang Undang-undang Jerman, dari Universitas Munich.
Dan pada tahun 1960, ia meraih gelar magister dari Universitas Harvard dalam
bidang Undang-undang Amerika. Ia kemudian bekerja di kementerian luar negeri
Jerman, semenjak tahun 1961 hingga tahun 1994. Ia terutama bertugas dalam
masalah pertahanan nuklir. Ia pernah menjadi direktur penerangan NATO di
Brussel, Duta Besar Jerman di Aljazair dan terakhir Duta Besar Jerman di
Maroko, hingga tahun 1994. Kini bersama isterinya, seorang muslimah asal Turki,
ia menikmati masa-masa pensiun di Istambul. Sambil berpikir dan mengarang buku.
Pengalamannya
sebagai duta besar dan tamu beberapa negara Islam mendorongnya untuk
mempelajari Islam, terutama Al Quran. Dengan tekun ia mempelajari Islam dan
belajar memperaktekkan ibadah-ibadahnya. Pada tanggal 11 September 1980, di
Bonn, setelah lama ia rasakan pergolakan pemikiran dalam dirinya yang makin
mendekatkan dirinya kepada keimanan, dengan terharu ia mengungkapkan dalam
memoarsnya (edisi bahasa Indonesia: Pergolakan Pemikiran): "Aku harus menjadi seorang Muslim!" Maka pada tanggal 25
September 1980, di Islamic Center Colonia,
ia dengan pasti mengucapkan dua kalimat syahadat.
Yang
menarik dari Murad Hoffman adalah, ketika ia sedang menjadi duta besar Jerman
di Maroko, pada tahun 1992, ia mempublikasikan bukunya yang menggegerkan
masyarakat Jerman: Der Islam als
Alternative (Islam sebagai Alternatif). Dalam buku tersebut, ia tidak saja
menjelaskan bahwa Islam adalah alternatif yang paling baik bagi peradaban Barat
yang sudah kropos dan kehilangan justifikasinya, namun ia secara eksplisit
mengatakan bahwa alternatif Islam bagi masyarakat Barat adalah suatu
keniscayaan.
d. Bosnia dan
Herzigovina
Runtuhnya
komunisme di Eropa timur, memberi pengaruh positif bagi perkembangan Islam di
wilayah tersebut. Dinamika Islam di Bosnia menjadi salah satu buktinya. Begitu
komunisme runtuh, wajah Islam di Bosnia menjadi terlihat lebih dominan. Fakta
ini diungkapkan oleh Harun Karcic, peneliti Universita Bologna yang baru
merampungkan risetnya soal kebangkitan Islam di Bosnia.
Islam
memang datang ke negeri ini melalui jalan damai, perdagangan. Ini terjadi pada
abad ke- 14 M. Pada periode selanjutnya, tahun 1429-1481, khalifah Muhammad
Al-Fatih dari Turki, melebarkan wilayah kekuasaan politiknya hingga ke Balkan.
Dakwah Islam yang semula melalui perdagangan, berubdah menjadi politik.
Al-Fatih
berhasil menaklukan Bulgaria, terus menuju Balkan. Kedatangannya ke Balkan,
tidak membuat penduduk non-muslim terganggu. Karena Al-Fatih memperlakukan
mereka dengan baik dan menjamin kebebasan menjalankan agama bagi pemeluk agama
lain. Ini mungkin disebabkan, agama yang dipeluk oleh penduduk setempat,
bernama Bugumili, artinya mencintai tuhan, dalam banyak hal memiliki kesamaan
doktrin teologi dengan akidah Islam.
Tanpa
dipaksa, warga pemeluk Bugumili, akhirnya memeluk Islam. Ini lantaran ajaran
moral yang diajarkan oleh Islam telah lama dikenal dalam ajaran agama Bugumili.
Kedatangan Islam ke Balkan, bukan saja memberikan keuntungan spiritual, tapi
dalam bidang pemerintahan dan keilmuan pun mengalami peningkatan. Balkan yang
semula berupa wilayah dibawah kekuasaan bangsa lain di sebelah baratnya,
menjadi merdeka dan memiliki sistem pemerintahan sendiri.
Dalam
bidang Ilmu pengetahuan, bukan saja ilmu-ilmu keagamaan yang tumbuh subur,
tetapi juga ilmu-ilmu eksakta seperti astronomi, kedokteran dll. Bosnia pada
abad ke-15, mungkin merupakan negara Eropa yang memiliki peneropongan bintang
moderen, pada saat bersamaan, Negara-negara Eropa lain masih belum
menguasainya. Adalah Syeikh Ulugh Beg yang berjasa atas kemajuan itu.
Kini
usia Islam di Bosnia-Hercegovina telah mencapai 5 abad. Saudara-saudaranya di
kawasan yang sama, seperti Montenegro, Kosovo dan Albania, juga tak jauh beda.
Sama-sama menyatakan diri tetap Islam sekalipun berada di Benua Eropa.
Kendati
sempat diguncang prahara dan berada dibawah tekanan rejim komunis selama hampir
setengah abad, namun Islam tetap mampu bertahan di negeri indah ini. Kini
mereka memiliki harapan hidup yang lebih baik, sekalipun serbuan liberalisme
Eropa mencoba membelokkan keyakinan umat Islam Bosnia. Tanpa Islam, mungkin
Bosnia-Hercegovina telah tenggelam dan tidak dikenal oleh dunia.
Etnis
Bosnia maupun Hercegovina, boleh dianggap dua etnis beruntung di kawasan Eropa,
yang hampir saja lenyap dari atas bumi gara-gara prahara perang Balkan yang
melanda kawasan itu, sekian tahun yang lalu (1992-1995). Disebut hampir musnah,
karena dunia hanya diam terpaku, membiarkan etnis Serbia membantai etnis
Bosnia-Hercegovina yang rata-rata muslim.
Mungkin
bila dunia Islam tidak melakukan protes keras atas sikap negara-negara besar
yang diam-diam menyetujui pembantaian (genosida) yang dilakukan oleh etnis
Serbia (pemeluk katholik ortodoks), dilihat dari kelambanan mereka bergerak
merespon peperangan di Balkan, bisa saja Bosnia-Hercegovina hanya tinggal nama.
e. Rusia
Islam
merupakan agama terbesar kedua di Rusia, dengan total populasi 28 juta jiwa.
Mereka berasal dari 40 kelompok etnis dimana diantaranya yang paling besar
adalah kelompok Tartar dengan seperempat dari jumlah orang Muslim di Rusia
(daerah Volga), diikuti oleh Avar, Bashkiria, Chechnya, Cherkass, Ingush,
Kabardin dan lainnya (terutama di Kaukasus Utara).
Sejarah
Islam di wilayah Rusia masa kini berawal dari abad ke 14, tiga abad setelah
Rusia menerima agama Kristen. Negara-negara Islam digabungkan ke Imperi Rusia
pada abad 16 – 19 dan sejak itu kehidupan beragama Muslim diatur oleh peraturan
resmi. Pada tahun 1788 berdasarkan keputusan Kaisar Wanita dibentuk Dewan Tatar
Kazan yang dikepalai oleh seorang Mufti, didirikan di Ufa. Tugasnya adalah
mengawasi penempatan imam-imam serta mengadakan pengujian kualifikasi bagi
calon ulama Muslim.
Pada
periode Soviet kehidupan beragama tetap berjalan, namun semua aliran keagamaan
menghadapi tekanan. Misalnya pada awal abad 20 di masa Imperi Rusia terdapat
sekitar 12,000 mesjid, namun pada masa pertengahan 1980-an tinggal hanya 343
dari jumlah tersebut.
Bagi
Rusia akhir abad 20 – awal abad 21 adalah periode kebangkitan rohani dan
keagamaan termasuk pula Islam. Pada tahun 2000 jumlah mesjid di wilayah
Federasi Rusia (yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan wilayah Uni Soviet
atau Imperi Rusia) mencapai hampir setengah dari jumlah sebelum revolusi. Kini
di Rusia secara resmi telah terdaftar 4,750 mesjid, namum jumlah sebenarnya
lebih besar dan jumlah itu terus bertambah.
Di
Dagestan saja terdapat antara 1,600 – 3,000 mesjid. Dalam sepuluh tahun
terakhir jumlah mesjid di Tatarstan telah melebihi 1,000. Di Ibukota Rusia
dengan jumlah pemeluk agama Islam yang melebihi 1 juta orang terdapat 20
komunitas Muslim dan 5 mesjid. Menurut pakar data Rusia, kami dapat mengatakan
sedikitnya terdapat 7,000 mesjid di Rusia.
f.
Spanyol
Muslim memerintah Spanyol dari 712
M hingga 1492 AD untuk 780 tahun, namun saat ini tidak ada Muslim di Spanyol
meskipun setiap aspek kehidupan Spanyol memiliki sentuhan Islam. Bahasa Spanyol memiliki banyak
kata-kata Arab, musik memiliki nada Arab, budaya Arab memiliki pengaruh yang
lebih daripada kata benda Eropa, dan tepat dalam bahasa Spanyol sering memiliki
awalan Al seperti pada bahasa Arab.
Seperti di India, Spanyol Muslim
memiliki tiga kategori: (i) keturunan Arab asli, (ii) keturunan ayah Arab dan
ibu Spanyol dan (iii) orang Kristen pindah ke Islam. Segera setelah jatuhnya Grenada banyak
orang Arab asli untuk menyelamatkan hidup mereka meninggalkan Spanyol menuju
Tunisia dan Maroko.
Memasuki
abad ke-19, konsentrasi gerakan perjuangan Muslim Spanyol semakin mengkristal.
Ini dilakukan untuk menyatukan dan menumbuhkan rasa memiliki, memperkokoh
kesatuan umat, menuntut hak-haknya, menentang penyelewengan pemerintah Spanyol
dan gereja Katholik. Mereka sadar akan kelemahan-kelemahan yang menyebabkan
Islam di Spanyol menjadi terkucil. Maka tak ada kata lain selain menumbuhkan
semangat persaudaraan, toleransi dan solidaritas di antara sesama muslim.
Jumlah
masjid di Kepulauan Balears mengalami peningkatan dari lima masjid pada tahun
2005 menjadi 30 masjid di saat ini, berdasarkan catatan badan-badan keagamaan
di Departemen Kehakiman Spanyol. Liga Muslim dan Dewan Islam di kepulauan
Balers yang diketuai oleh Lounis Mzayani
berencana untuk meningkatkan ekspansi dan penyebaran agama Islam dengan
membangun masjid baru di semua distrik di Kepulauan Balears.
Sebagaimana
juga dalam sebuah surat yang ditujukan kepada semua dewan kota menuntut
penyediaan lahan yang dialokasikan untuk pemakaman kaum Muslimin yang meninggal
sesuai syariat Islam. Badan-badan
perwakilan kaum muslimin saat ini sedang mengintensifkan kontak dan pertemuan dengan
pejabat dan wakil terpilih untuk merespon permintaan mereka
Di
sisi lain, Menteri Kehakiman Spanyol Francisco Camano akhirnya mengumumkan
bahwa pemerintah Spanyol saat ini sedang mempertimbangkan undang-undang tentang
kebebasan keyakinan agama yang membatasi pemakaian burqa dan cadar di tempat
umum, mengklaim bahwa itu dapat menghalangi identifikasi identitas seseorang di
tempat umum dan menimbulkan masalah keamanan.
Walikota
Barcelona Jordi Herriot baru-baru ini telah mengumumkan keputusan kota melarang
kerudung di tempat umum, yaitu setelah sejumlah kota di wilayah Catalonia
menerapkan tindakan serupa. Partai
Rakyat yang merupakan partai oposisi terbesar di Spanyol mengumumkan akan
mengusulkan kepada Parlemen Catalonia rancangan undang-undang peelarangan cadar
di tempat umum, dan partai itu sendiri baru-baru ini telah menyampaikan catatan
mengenai subjek yang sama kepada Senat Spanyol.
Pemerintah
sosialis Spanyol juga telah mengumumkan pada 2008 untuk penyusunan
undang-undang baru tentang kebebasan beragama, menyerukan untuk memberikan
penghormatan yang lebih besar kepada sekularisme dan pluralisme agama, di
negara di mana Gereja Katolik menjaga eksistensi dan pengaruhnya yang besar.
Pada
Oktober 2099 partai Islam pertama dari Spanyol diciptakan di Granada: Partai Renaissance
dan Uni dari Spanyol (prune). Setelah penciptaan partai
dibuka delegasi di bagian lain dari
Spanyol, tetapi memiliki sangat
beberapa pendukung.
Diantara
tokoh muslim yang berpengaruh di Spanyol diantaranya :
1)
Valas
Anfanty
Salah
seorang pejuang muslim Spanyol yang gigih membela kepentingan umat Islam. Ia
mempunyai gagasan-gagasan cerdas tentang masa depan Andalusia. "Tujuan kita adalah membebaskan warga
Andalusia, jiwa dan ekonominya," katanya. Selain itu, ia juga menyeru
untuk mengembalikan identitas, tarikh dan bumi mereka, menuntut kebebasan serta
meminta pertanggung-jawaban kekuasaan gereja yang mengusir umat Islam
Andalusia. Ia mengancam akan mendirikan Republik Andalusia, jika tuntutan-tuntutan
rakyat tidak dipenuhi. Akhirnya, pada tahun 1936, pemerintah Spanyol
mengeksekusinya karena ucapan-ucapannya dianggap membahayakan stabilitas
pemerintah.
2)
Antonio
Medine Miller
Ia
masuk Islam pada tahun 1981 dan mengganti namanya menjadi Abdurrahman Madine,
disusul beberapa rekannya. Setelah itu, para pemuda lain mengikuti jejaknya.
Kabar bahagia kemudian muncul juga setelah cita-cita untuk mendirikan masjid di
Granada terwujud pada tahun 1981. Bantuan berasal dari Lybia, UEA dan negara-negara
muslim jawa lainnya. Sebuah bukti yang menggambarkan toleransi budaya umat
Islam yang amat mengagumkan. Bukti ketinggian harga diri yang tak pernah
runtuh, walaupun sebagai minoritas.
g. Belgia
Dari analisis Michael Radu, co-chairman Center on Terorism and
Counterterorism, Foreign Policy . Research Institute of Philadelphia, Eropa
Barat kini sedang menghadapi dilema yang pada awalnya dipicu oleh kebijakan
yang terlalu membuka diri terhadap imigran. Sejarah mencatat, kawasan ini
pernah mengalami derasnya arus kedatangan imigran pada era 1960 dan 1970-an.
Ada banyak alasan yang mendasari, antara lain konflik berkepanjangan di negara
asal, permintaan suaka politik, mencari pekerjaan, atau menempuh studi.
Berkembang pesat Kemudian, diikuti
tumbuhnya komunitas-komunitas Muslim di banyak negara Eropa. Kehadiran umat
Muslim yang semakin intens dan banyak akhirnya mendapat pengakuan. Di Belgia,
misalnya, sejak tahun 1974, Islam sudah diakui sebagai salah satu agama resmi
di negara tersebut.
Seolah menemukan momentumnya, Islam lantas
menjadi agama dengan perkembangan pesat di seluruh Eropa, tak terkecuali di
Belgia. Islam men-jelma sebagai agama terbesar kedua di beberapa negara,
peningkatan jumlah pemeluknya juga begitu signifikan. Inilah sumber kecurigaan
tadi. Sebagian menganggap, kehadiran imigran Muslim bak menyimpan bom waktu.
Sehingga, lanjut Michael Radu, hal itu membuat marak sentimen anti-Islam,
kebencian mereka pada Islam tak lagi sebatas retorika, kebijakan, atau kecaman,
tetapi mengarah pada kebencian dan Islamofobia.
Masjid Agung Brussels dan Pusat
Kebudayaan Islam Belgia setiap hari disesaki oleh para jemaah yang beribadah
disana. Di bulan ramadhan dan dua hari besar Islam, masjid ini benar benar
penuh sesak oleh jemaah hingga ke halaman masjid. Tenda tenda yang dipasang
oleh pengurus masjid tak mampu untuk menampung jemaah yang ditaksir mencapai
7000 jemaah. Sangat kontradiktif dengan masa awal penggunaan masjid itu ditahun
1978 yang hanya di isi oleh tak lebih dari dua shaf jemaah setiap sholat
fardhu.
Sebuah
survei pada tahun 2006 menunjukkan, 61 persen masyarakat Belgia meyakini,
perselisihan antara Muslim dan warga lokal akan semakin meningkat pada masa
mendatang. Faktor pendorongnya adalah isu terorisme dan kelompok radikal yang tak
kunjung selesai. Perubahan demografi Terlepas dari situasi tersebut, agama
Islam terus menunjukkan eksistensi yang semakin kuat di Belgia. Negara
berpenduduk 10 juta jiwa itu kini menjadi tempat bermukim sekitar 628.751 umat
Muslim atau enam persen dari populasi.
Perkembangan Islam di Belgia memang
mengalami peningkatan tajam. Islam di Belgia sudah menjadi agama terbesar kedua
di Belgia. Di tahun 2008 saja pemeluk agama Islam di Belgia diperkirakan
mencapai 400 ribu jiwa. Muslim di kota Brussels sendiri sudah mencapai 17% dari
total populasi ibukota Belgia itu. Menjadikannya salah satu kota dengan muslim
terbanyak di Eropa. Sedangkan bangunan masjid tercatat sudah mencapai 350
masjid, 48 masjid diantaranya sudah di akui oleh Pemerintah, dan mendapatkan
dana tahunan bagi aktivitas masjid termasuk gaji untuk para imam masjid yang
ditanggung oleh Negara.
Islam pun
menjadi agama dengan perkembangan paling pesat. Data pada situs riseofislam
menyebutkan, pada tahun 1990-an, jumlah umat Muslim baru sekitar 285 ribu jiwa.
Namun, pada tahun 1998, angkanya telah meningkat pesat hingga menjadi 350 ribu
jiwa. Sejalan dengan itu, tumbuh pula tempat-tempat ibadah dan kegiatan
keagamaan. Ada sekitar 300 masjid, mushala, ataupun pusat keislaman di seluruh
Belgia. Pemerintah pun, sesuai undang-undang, tidak menghalangi umat beragama,
termasuk Muslim, untuk membangun tempat ibadah atau sarana pendidikan.
Islam yang terus bertumbuh kembang
menyebabkan perubahan secara demografi. Di banyak wilayah, penduduk Muslim
sudah lebih banyak ketimbang pemeluk Protestan dan Yahudi. Majalah terkemuka
LExpress dalam sebuah artikelnya bahkan berani memprediksikan bahwa dalam 20
tahun ke depan, Islam bisa menjadi agama dominan di Ibu Kota Brussel.
Kemungkinan itu tidak bisa dikesampingkan.
Bila dicermati, di Brussel sendiri, dengan penduduk berjumlah 1,1 juta jiwa,
sebanyak 56 persennya adalah imigran. Para sosiolog mencatat, pada awal tahun
2000, jumlah umat Muslim di kota itu mencapai 17 persen dari populasi. Namun,
pada 2008, menurut Oivier Servais, dari Laboratory
for Prospective.
Di
beberapa kota di Belgia, arus imigran Muslim seolah tak terbendung. Penulis
buku Islam in Brussels, Corinne
Torrekens, mengatakan, apabila tren ini terus berlanjut, kota-kota, seperti Sint-Jans-Molenbeek,
Schaarbeek, Anderlecht, Ganshoren, dan Koekelberg, bisa menjadi ledakan imigran
Muslim dengan besaran mencapai 20-30 persen dari populasi.
Di antara yayasan sosial dan lembaga
keIslaman atau rganisasi-organisasi pelajar dan mahasiswa yang terkenal di
Belgia adalah:
1) Persatuan
Pelajar dan Pemuda Muslim Eropa.
2) Persatuan
Pelajar Muslim Eropa (Muslim Student
Union)
3) Jamaah
Dakwah dan Tablig.
4) Haiatul Igostah
Al-Islamiyah (Islamic Relief
Organisation)
5) Islamic Centre
Brussel.
6) Lembaga
Para Imam Mesjid (Dibawah naungan Rabitah
Alam Islamy) .
7) Persatuan
Mesjid Belgia.
h. Turki
Memasuki
tahun pertama Masehi, wilayah Turki yang saat itu bernama Kerajaan Bizantium
dikuasai Romawi selama empat abad. Kekuasaan Romawi
dijatuhkan kaum Barbar. Pada masa inilah ibukota kerajaan dipindahkan dari
Roma ke Konstantinopel (sekarang Istambul). Pada abad ke-12 Bizantium
jatuh ke dalam kekuasaan Kerajaan Ottoman yang dipimpin Raja Osman I.
Memasuki masa
reformasi atau masa peralihan dari kekhalifahan ke republik pada dekade 1920-an
dan 1930-an Islam semakin mengalami perkembangan signifikan, sebab memang dalam
sejarahnya, mayoritas bangsa Turki adalah muslim. Komposisi penduduk di dalam
batas-batas Republik Turki berubah secara dramatis, dan sensus tahun 1927
jumlah penduduk non-muslim berkurang dari 20 persen menjadi 2,6 persen, dan
terus berkurang setelah itu. Sebaliknya populasi umat Islam terus berkembang,
dan sensus terakhir di tahun 2000, umat Islam mencapai angka 98 persen. Tentu
saja sampai saat ini, tahun 2007 jumlah populasi tersebut tetap bertahan dan
bahkan meningkat untuk tidak mengatakan bahwa penduduknya adalah muslim semua.
Perkembangan Islam
dari aspek lain di Turki adalah termasuk dari segi penerapan hukum Islam yang
diatur oleh Undang-undang negara tersebut. Misalnya, Undang-undang keluarga
1924 mengharamkan poligami, menjadikan suami dan istri berkedudukan sama dalam
perceraian harus dijatuhkan di pengadilan dengan syarat-syarat tertentu tidak
semata-mata hak prerogatif suami. Konstitusi menegakkan hak persamaan wanita
dalam pendidikan dan dalam pekerjaan, dan pada tahun 1934 kaum wanita diberi
hak untuk dicalonkan dalam pemilihan nasional. Perkembangan dari segi lain,
adalah bahwa di Turki dimasa reformasi, lahir partai-partai Islam yang mewadahi
aspirasi umat dan mengontrol jalannya sistem pemerintahan.
Pada dekade 1960-an
Turki dilanda konflik partai, dan antara lain sebab konflik tersebut adalah
meningkatnya kecenderungan kesadaran politik. Namun demikian dalam suasana
seperti itu Islam tetap berkembang. Aspek perkembangan Islam dan sekaligus
kebangkitan Islam lainnya diwakili oleh The
National Salvation Party yang juga terbentuk pada dekade 1960-an.
Partai ini bukan
hanya partai agama (Islam), melainkan juga bermaksud mendirikan kembali negara
Islam di Turki sebagaimana di masa sebelumnya. Partai Islam menentang
kapitalisme dan menyerukan kepada negara untuk menegakkan moral dan keadilan
sosial. Semangat moral diserukan partai ini kepada kalangan pengrajin di kota-kota
kecil, khususnya di Anatolia tengah dan timur.
Partai ini mewakili
upaya perlindungan sekelompok kecil borjouis Anatolis dari ke-sewenang-wenangan
pemerintah, dan sekaligus mewakili upaya meningkatkan peranan konstituante
terhadap pembangunan ekonomi. Beberapa gerakan Islam di Turki juga menyerukan
kepada penduduk perkampungan dan kota-kota kecil yang berpindah ke kota-kota
besar dan yang mempertahankan orientasi komunitas kecil dan nilai-nilai lama di lingkungan baru
tersebut.
Diantara tempat
bersejarah dalam perkembangan islam di Turki adalah Gedung Blue Mosque (Masjid Biru), yang
dibangun Sultan Mohammad (abad ke-13). Hiasan lampu di seluruh ruangan, aneka
keramik dinding biru diselingi kaligrafi bagai ukiran.
Bangunan Aya Sofia di masa
Romawi adalah sebuah gereja Setelah Constatinopel berpindah ke tangan kerajaan
Islam, maka Sulthan Mehmed (1451-1481) merubah Aya Sofiya menjadi masjid.
Diantara tokoh perkembangan islam di Turki adalah:
1)
Sultan
Muhammad Al-Fatih
Ia adalah sang
pembuka Istanbul, sejak kecil telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan
Kostantinopel. Bahkan beliau mengkaji
usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga
menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam.
Ketika naik tahta
pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk
menaklukan Konstantinopel.
2)
Suleiman
I
Sultan Suleiman I
atau Suleiman Al-Qanuni (6 November 1494 – 5 /6 September1566 adalah Sultan dan
Khalifah Turki Utsmani . Sultan Sulaiman berhasil menyebarkan Islam hingga ke
tanah Balkan di Eropa meliputi Hongaria, Beograd, Austria, benua Afrika dan
Teluk Persia. Dilahirkan di Trabzon , Di awal usia 7 tahun, ia telah
dididik dengan ilmu kesusasteraan, sains, sejarah, agama dan taktik ketentaraan
di Istana Topkapı, İstanbul.
i.
Italia
Sejak awal abad ke-7 dan ke-8, sebagian bangsa Lombard, salah satu dari bangsa Jerman yang menguasai sebagian Italia, memilih
meninggalkan kepercayaan Arianisme dan memeluk Islam disamping Katolik, sedangkan al-Ankubarti umumnya berjuang sebagai tentara sewaan dalam pasukan Arab di
pantai Mediterrania Afrika, khususnya Ifriqiyah-Tunisia, dan juga Saqaliba oleh masyarakat Muslim Arab. Di Palermo Tengah, sebuah distrik diberi nama Saqaliba.
Orang Sisilia-Saqaliba terkenal dari abad ke-10 adalah Gawhar Al-Siqilli, seorang pemimpin militer Fatimiyyah. Orang Sisilia-Saqaliba lain, adalah dari bangsa Slavia Sabir al-Fata, yang menaklukkan Taranto dan Otranto di tahun 927.
Dari Sisilia, bangsa Muslim mulai pindah
ke daratan utama dan menguasai Calabria. Tahun
835 dan kemudian tahun 837, penguasa Naples berjuang
melawan penguasa Benevento yang diminta oleh
bangsa Muslim untuk membantu. Tahun 840, kota
Taranto dan Bari jatuh ke tangan bangsa
Muslim, dan di tahun 841, Brindisi juga mengalami
kejatuhan. Capua dapat ditaklukkan,
Benevento, yang saat itu di bawah kekuasaan bangsa Frank, dapat dikuasai
pada tahun 840-847 dan tahun 851-52. Serangan bangsa Arab terhadap kota Roma pada tahun 843, 846
dan 849 berhasil digagalkan. Pada tahun 847, kota Taranto, Bari dan Brindisi
menjatakan menjadi emirat independen dari Aghlabiyyah. Selama beberapa dekade,
bangsa Muslim memerintah Mediterrania dan menyerang kota-kota pesisir Italia.
Tahun 868-870, kota Ragusa di Sisilia masih
dalam kekuasaan bangsa Arab.
Saat zaman Pertengahan, populasi Muslim
hampir semua berpusat di Sisilia-Sardinia dan Calabria, Puglia di Italia Selatan, saat ini lebih rata
penyebaranya, yang hampir 55% Muslim mendiami Utara Italy, 25% di Pusat, dan
hanya 20% di Selatan.
Dalam satu statistik, antara awal
1990-an dan 2000-an, populasi Muslim telah berlaku meningkat lebih dari empat
ratus persen, dari 154.400, untuk 825.000. Di
beberapa negara Eropa, termasuk Italia, ini peningkatan migrasi terakhir telah
terhubung dengan isu-isu global dan konflik, nyata pertumbuhan yang cepat dari
pengungsi dan pencari suaka pada tahun 1979 dimulai dengan Revolusi Iran dan
meningkat dengan perang Iran-Irak, perang Teluk kedua , perang Taliban di
Afghanistan Rusia, NATO-Taliban perang, dan perang sipil di Tanduk Afrika,
Sudan, dan Aljazair.
Menurut statistik resmi Italia terakhir,
Muslim mencapai sekitar 34% dari 2.400.000 penduduk asing yang tinggal di
Italia pada 1 Januari 2005. 820.000 penduduk asing tersebut merupakan sejumlah
Muslim yang secara resmi bertempat tinggal di Italia, 100.000-150.000 lainnya
seharusnya ditambahkan, sebagai keberadaan Muslim, menurut perkirahan tahunan
yang disetujui secara luas asosiasi Italia Caritas, sekitar 40% imigran resmi
Italia.
Jumlah Muslim asing yang telah
berkedudukan warganegara Italia diperkirakan antara 30.000 hingga 50.000, jika
Muslim Italia (dari marga Italia yang sebelumnya termasuk penganut Katolik atau
tidak memiliki agama lalu masuk Islam) diperkirakan kurang dari 10.000.
Karena itu, di tahun 2005 jumlah Muslim
yang tinggal di Italia diperkirakan menjadi antara 960.000 hingga 1.030.000,
dengan perkiraan rata-rata mendekati angka jutaan dimana media Italia sudah
mulai mengadopsi yang merujuk pada populasi Muslim di Italia.
Dalam laporan 2007 tentang agama dan
migrasi di Italia oleh Caritas Italia, diyakini bahwa pada akhir tahun 2006,
dari 3.690.053 orang asing secara hukum diperkirakan tinggal di Italia,
1.202.296 dari adalah Muslim (masing-masing 32,6% dari semua orang asing),
dibandingkan dengan 1.099.023 pada tahun 2005 (33,2 persen dari semua orang asing). Perubahan lebih dari 100.000 dianggap
terhubung ke kenaikan reunifikasi keluarga Muslim di tren imigrasi.
Perkiraan angka bahwa dari 825.000
Muslim di Italia, 169.000 yang berasal dari Albania, 172.000 dari Maroko,
62.650 dari Tunisia, 26.300 dari Sub-Sahara Afrika, 31.000 dari Pakistan, 3.400
dari India, dan 32.000 dari Bangladesh. Dengan latar belakang linguistik,
budaya, etnis, dan sosial yang beragam, Muslim terdiri dari komunitas agama
terbesar kedua di negeri ini.
Diantara tokoh penting dalam perkembangan
islam di Italia dewasa ini adalah :
1)
Souad
Sbai
Souad Sbai adalah 47 tahun, lahir pada bulan
Februari 1961 di Casablanca, Maroko namun telah tinggal di Italia dan memiliki
kewarganegaraan Italia untuk hampir 30 tahun. Dia dididik di
Universitas Roma, dan belajar Sastra dan Filsafat, dengan disertasinya yang
berfokus pada hukum Islam. Dilatih
sebagai seorang jurnalis, Sbai adalah editor Al-Maghrebiya, sebuah surat kabar
untuk Maroko di Italia dan presiden dari Asosiasi Perempuan Maroko di Italia. Dalam organisasi
ini, Sbai berkaitan dengan penderitaan perempuan dalam konteks imigrasi, agama,
budaya, keamanan, dan penentuan nasib sendiri. Sbai, yang
menganggap dirinya feminis, berpendapat untuk kebutuhan integrasi di Italia -
terutama bagi perempuan Muslim. lembaga
Pengetahuan tentang bahasa Italia, budaya, konstitusi, hukum, dan lokal sangat
penting bagi komunitas imigran bersemangat dan sukses di Italia, sambil
mempertahankan keseimbangan sehubungan dengan tradisi. Sbai adalah anggota
Partai Kebebasan Rakyat di Italia, dan dalam pemilu 2008 nasional, berhasil
terpilih untuk mewakili konstituensi Puglia.
2)
Khalil
Ali
Khalil Ali Rachid, lahir pada bulan April,
1953. Dia telah
menjabat sebagai wakil Majelis Parlemen Dewan Eropa, melayani sebagai anggota
Komite Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan, dan Pendidikan, dan Komite kewajiban dan
komitmen oleh negara-negara anggota Dewan Eropa (Komite Pemantau). Pada pemilu
2008 April nasional Italia, Khalil berhasil menjadi senator dari daerah
Piedmont mewakili aliansi Rainbow, yang tampil buruk dalam pemilihan umum
secara keseluruhan.
Diantara organisasi Islam yang ada sejak
1990, dan direstui pemerintah adalah Unione
delle Comunita de Organizzazioni Islamiche telah melayani untuk menawarkan
suara muslim kolektif dalam berurusan dengan negara Italia. Organisasi ini mengklaim mewakili
antara 80-90% dari masjid muslim Italia. Organisasi
ini telah berpartisipasi dan ditangani dengan isu-isu yang berkaitan dengan kewarganegaraan
dan integrasi, dan memadamkan pernyataan resmi mengenai hal-hal topik utama
perdebatan. Salah satu contoh
adalah mengeluarkan tanggapan menyusul kematian 2005 dari Paus Yohanes Paulus
II dan pemboman London.
Centro Islamico Culturale d'Italia (Pusat
Kebudayaan Islam di Italia) adalah organisasi Islam besar di negara itu, dan
membawa bersama-sama perwakilan masjid dan asosiasi Islam seputar isu-isu yang
menjadi perhatian umum di Italia utara dan tengah. Pada tahun 1974, organisasi ini menjadi
yang terakhir memperoleh perwakilan diplomatik di Italia dan Vatikan City.
B. Ibrah dari Peristiwa Perkembangan Islam di
Dunia
Dari uraian sejarah
perkembangan islam di dunia, ada beberapa pelajaran (ibrah) yang dapat diambil, dianataranya :
1. Ajaran islam
bersifat universal
Salah
satu bukti bahwa islam adalah ajaran bersifat kemanusiaan yakni dapat diterima
oleh umat manusia di seluruh penjuru dunia yang beragam suku, bangsa, etnik dan
ras. Karena itulah ajaran islam kemudian
disebut sebagai ajaran universal. Karena
sifat kemanusiaanya itulah siapapun dapat mengembangkanya tanpa memandang
derajat, kasta dan struktur sosial.
Fakta yang tak terbantahkan adalah para penyebar islam tersebut beragam,
baik yang berprofesi sebagai pedagang, politikus, ilmuwan bahkan budak
sekalipun.
2. Ajaran islam
bersifat Egaliter
Sebagai
ajaran yang bersumber dari Yang Maha Suci, ajaran islam tidak bersifat elitis
dan indifidualistik. Sifatnya mengedepankan kesetaraan (egaliter) dan menghormati hak-hak kemanusiaan menjadikan ajaran sebagai yang paling dapat
diterima nalar. Allah pun memandang derajat kemanusiaan yang paling sah adalah
bagi mereka yang kualitas pengamalan ibadahnya yang paling baik (taqwa), bukan
karena kekayaan, jabatan, kasta dan gelar yang disandang manusia. Dari sifat
egaliter ini ajaran islam telah mampu menembus pelosok-pelososk negeri dan
dapat diterima dengan kesadaran penuh yakni bukan dengan paksaan, sehingga
pemeluknya merasa derajatnya terangkat walau miskin dan papa sekalipun.
3.
Ajaran islam bersifat Rasional
Penyebaran islam keseluruh dunia tidak lepas dari sifat ajaran yang
menghargai akal nalar sebagi modal dasar mengembangkan studi ilmiah. Walupun Al
Qur’an bukan kitab imiah, tetapi segi-segi keilmiahan al Qur’an tidak satupun
yang bertentangan dengan temuan ilmiah barat, bahkan al Qur’an telah banyak
member inspirasi ilmuan untuk melakukan riset. Satu pandangan dasar yang
berbeda dengan ajaran di luar islam yang bersifat dogmatis. Penghargaan tinggi
islam terhadap ilmuwan telah membawa ajaran islam dapat diterima oleh
orang-orang Barat pasca renaesance. Hal ini dapat kita lihat pada dominasi
muslim menerima hadia nobel bidang ilmu pengetahuan misalnya Salam
Madzkur, diterimanya ajaran islam oleh
ilmuwan besar misalnya, Isa Nuruddin (Firdjof Schuon)
4.
Ajaran Islam bersifat
Toleran
Pengalaman masa lalu yang diwarnai ketegangan
peradaban telah menyeret ajaran agama untuk terlibat dalam konflik tersebut.
Pemaksaan untuk menerima ajaran agama tertentu adalah menyalahi fitrah
kemanusiaan, apalagi pembantaian etnis. Pemandangan ini pada dekade akhir tahun
1900-an masih dapat kita saksikan terjadi di sekitar wilayah Timur Tengah
(Israel) dan Balkan (Serbia-montenegro). Tentu berbeda dengan keadaan ketika
islam memaminkan peran sebagai ajaran yang toleran seperti pada usaha
membebaskan Aqsha di Jerussalem dan memimpin peradaban di Spanyol. Dengan
demikian toleransi sebagai bagian penting ajaran islam telah membawa kedamaian
umat manusia dan itulah agaknya yang membuat ajaran islam dapat diterima oleh
siapapun. Dari sini agaknya yang membuat sekian banyak penganut ajaran lain
untuk kemudian memeluk islam.
5.
Ajaran islam telah memberi
inspirasi dan kontribusi terhadap perubahan tatanan dunia.
Ajaran islam menghendaki terciptanya suatu masyarakat yang berpradaban yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang sadar akan hak dan
kewajibannya, demokratis, bertanggung jawab, berdisiplin, menguasai sumber
informasi dalam bidang iptek dan seni, serta budaya yang didasai oleh ajaran
islam. Tentu ini mustahil bila didasari
nilai-nilai materialistik yang kering, industrialisasi yang tidak ramah
lingkungan, hedonis, dan monopili ekonomi.
C.Meneladani
Tokoh-Tokoh Berprestasi dalam Perkembangan Islam di Dunia
Dari uraian tentang
tokoh-tokoh yang berpengaruh terhadap perkembangan islam di dunia, dapat
diambil nilai-nilai keteladanan sebagai berikut :
1.
Keteguhan Hati dan Rela Berkorban
Berbeda keadaan antara tokoh islam yang berada dalam masyarakat yang
mayoritas islam dengan keberadaanya dengan tokoh yang berada dalam masyarakat
yang minoritas. Tetapi kesamaan keduanya adalah keteguhan hati untuk mewarisi
perilaku Nabi Muhammad SAW, dalam mengembangkan ajaran islam. Khususnya tokoh
islam di wilayah minoritas muslim tentu keadaan jauh lebih berat menghadapi pemerintah
yang tidak mendukung atau bahkan melarang aktifis muslim melakukan dakwah. Tapi
oleh karena didorong semangat jihad, mereka meluangkan waktu, tenaga, pikiran,
dana bahkan nyawa sekalipun.
2.
Solidaritas dan Kemanusiaan
Didasari oleh semangat persaudaraan dan hubungan kemanusiaan, para tokoh
muslim di dunia melakukan kerjasama di segala bidang, terutama pada kawasan
yang berdekatan. Jaringan solidaritas ini diperlukan untuk saling memberi
informasi dan tukar saran terhadap metode dakwah yang dikembangkan serta
mencari solusi atas kesulitan yang dihadapi oleh masing-masing dalam melakukan
aktifitas dakwahnya.
3.
Mobilisasi Dakwah dan Pendidikan
Masing-masing tokoh muslim merupakan pemimpin organisasi
dakwah. Keberadaanya sebagai pemuka agama (mufti) dan pemimpin organisasi
mempunyai peran yang penting dalam melakukan dakwah islam. Keberadaan sebagai
pemimpin agama dan pemimpin organisasi tersebut menjadikan posisi tawar (bergaining) terhadap pemerintah dan
kelompok non muslim manjadi sangat diperhitungkan untuk mempengaruhi kebijakan
penguasa. Pengembangan program dakwah dan pendidikan mendapat legalitas
dan dengan sendirinya dapat dijalankan
walau mungkin dengan berbagai rintangan.
4.
Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat
Para tokoh muslim dimasing-masing negara mempunyai agenda untuk mewujudkan
sitem ekonomi syari’ah yang dapat mensejahterakan masyarakat. Kesempatan
memperoleh pekerjaan yang layak dan perlindungan tenaga kerja muslim menjadi
hal yang sampai saat ini menjadi problem serius. Kesedian membantu memikirkan
kesejahteraan masyarakat menempatkan tokoh muslim menjadi tumpuhan dan harapan.
Abdullah, Abdul Rahman Haji, Pemikiran
Islam di Malaysia: Sejarah dan Alian, Cet. I; Jakarta: Gema Insani Press,
1997
Ahmad., Zainal Abidin, Sejarah
Islam dan Umatnya Sampai Sekarang: Perkembangannya dari Zaman ke
Zaman, Jakarta: Bulan Bintang, 1979
Al-Attas, Syed Naquib. Islam dalam
Sejarah Sejarah dan Kebudayaan Melayu. Cet.I; Bandung: Mizan, 1990.
Amal M. Taufik Adnan, "Maluku
Utara, Perjalanan Sejarah 1250 - 1800 Jilid I dan II", Universitas
Khairun Ternate 2002.
Amran, Rusli (23 November 1981). Sumatra
Barat hingga Plakat Panjang. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.
Asmuni., M. Yusran, Pengantar
Studi Pemikiran dan Gerakan Pembahruan dalam Dunia Islam, Rajawali,
Jakarta 1998.
Asrohah
Hanun, 1992. Sejarah Pendidikan
Islam Cet : 1;
Logos Wacana Ilmu, Jakarta.
Azra,
Azyumardi,1999. Esei-Esei Intelektual Muslim dan
Pendidikan Islam Cet.
1., Logos Wacana Ilmu, Jakarta.
------------(14 November 2010). Jaringan
Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Prenada
Media
------------, Islam Reformis :
Dinamika Intelektual dan Geakan, Cet. I; Jakart: PT. Raja Grafindo Persada,
1999.
Depag
RI., 1993., Ensiklopedia Islam.
Depag, Jakarta.
Espossito John
L.” Islam Dan Pembangunan”. Rineka cipta: Jakarta, Agustus 1990
H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001.
Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama
Grafiti.
Hamka. 1981. Sejarah
Umat Islam III. Jakarta: Bulan Bintang
Hayati dkk. 2000. Peranan Ratu
Kalinyamat di jepara pada Abad XVI. Jakarta: Proyek Peningkatan Kesadaran
Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal
Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional.
Jainuri, Achmad., “Landasan
Teologis Gerakan Pembaruan Islam”, dalam Jurnal Ulumul Qur’an, No. 3 Vol.
VI.
Karim., M. Abdul, Sejarah
Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2207
Lombard, Denys. Kerajaan Aceh: Zaman Sultan Iskandar
Muda (1607-1636). Jakarta: Kepustakan Populer Gramedia, 2006.
M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah
Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Maksum,
1999., Madrasah Sejarah dan Perkembangannya
Cet I : Logos Wacana
Ilmu, Jakarta.
Moedjianto. 1987. Konsep
Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius.
Moedjianto. 1987. Konsep
Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius
Mufrodi., Ali, Islam di
Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997
Mughi,
Syafiq A dan Hasan Bandung., 1994. Pemikiran Islam Radikal Cet II.,
Bina Ilmu, Surabaya.
Murodi, Sejarah Kebudayaan
Islam, Semarang: Toha Putra, 1997
Nasution,
Harun. Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah
pemikiran dan gerakan. Jakarta : Bulan Bintang, 1992.
--------------, Islam
Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 1979
Noer., Deliar, Gerakan
Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1996
Permana, Aan Merdeka, Surutnya
Kekuasaan Kesultanan Cirebon, Pikiran Rakyat, Edisi Kamis 17 Juni 2004.
Pusponegoro,
Marwati Djuned
(14 November 1984). Sejarah Nasional Indonesia Jilid III. Balai Pustaka.
Rahman, Fazlur. 1993. Metode dan Alternative Neomodernisme Islam.
Bandung: Mizan.
Reid, Anthony. Asal Usul Konflik Aceh: Dari Perebutan
Pantai Timur Sumatra hingga Akhir Kerajaan Aceh Abad ke-19. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.
Siradj, Said Agil. 1997. Ahlussunnah Wal Jama’ah dan Hak-Hak Azasi Manusia (HAM), dalam Makalah: ASWAJA
dan HAM. Malang: Gedung
Uthman Mansur.
Soeratno, Chamamah et. al. (ed)
(2004). Kraton Yogyakarta:the history and cultural heritage (2nd print).
Yogyakarta and Jakarta: Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat and Indonesia
Marketing Associations.
Stembrink,
Karel A., 1986., Pesantren, Madrasah, Sekolah
Pendidikan Islam dalam Dunia Modern., LP3ES, Jakarta.
Stoddard, Lothrop. 1996. Dunia Baru
Islam. Jakarta: Tp.
Sudarsono, Munir. 1994. Aliran
Modren Dalam Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
Syafei., Mahmud, Perkembangan
Modern Dunia Islam, Yasindo Multi Aspek dan Value Press Bandang, Bandang,
2010.
Tim Ensiklopedi. 2000. Ensiklopedi
Islam Juz I, 4, 5. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve
Wildan, H.Dadan, Dr. M.Hum, Cirebon,
Masa Lalu dan Kini, Pikiran Rakyat, Edisi Selasa, 8 Juni 2004.
Yatim,
Badri. 2004. Sejarah
Kebudayaan Islam (Dirasah islamiyah), Jakarta : Raja Grafindo Persada
Yusuf,
Mundzirin (editor); Sejarah Peradaban Islam di Indonesia; Yogyakarta:
Penerbit PUSTAKA, 2006.
Zuhairini
et.al., 2000. Sejarah
Pendidikan Islam Cet I .,
Bumi Aksara., Jakarta
Majalah Amanah No. 47, Th. XVII, Pebruari
2004/Dzulhijjah 1424 H