MENGEDEPANKAN ASPEK KEIMANAN DENGAN DILANDASI AKIDAH AHLU SUNNAAH WAL JAMA'AH
Kamis, 04 September 2014
BAB I PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA MODERN (1800M-SEKARANG)
BAB I PERKEMBANGAN ISLAM
PADA MASA MODERN (1800M-SEKARANG)
|
A. Perkembangan
Islam pada Masa Modern
Periode
modern dalam sejarah perkebangan Islam bermula dari tahun 1800 M dan berlangsung
sampai sekarang. Pada awal periode ini, kondisi dunia islam secara politis
berada di bawah penetrasi/ kekuasaan kolonialisme. Baru pada pertengahan abad
ke-20 M dunia islam bangkit memerdekakan negerinya dari penjajahan Barat.
Periode ini memang merupakan zaman kebangkitan kembali Islam, setelah mengalami
kemunduran di periode pertengahan. Pada periode ini mulai bermunculan pemikiran
pembaharuan dalam Islam.
Gerakan modernisasi dalam dunia Islam dipelopori oleh para tokoh Islam yang
berusaha sekuat tenaga untuk kembali kepada ajaran Islam yang benar, dan
berusaha kembali untuk memajukan Islam dan umatnya. Para pemimpin islam
menyadari kelemahan, ketertinggalan, dan keterbelakangan dari berbagai
aspeknya, setelah banyak diantara mereka yang berdialog atau berhadapan
langsung dengan kemajuan peradaban bangsa Barat.
1. Latar Belakang
a.
Kemunduran
Kerajan-kerajaan Islam
Kerajaan
Safawiyah mengalami kemunduran, karena tidak hanya mendapat serangan dari
kerajaan Turki, tetapi juga mendapat serangan dari kalangan Dinasti yang tunduk
pada Safawiyah yang ingin merdeka, yaitu berturut-turut Raja Afganistan,
sehingga pada tahun 1722 M berhasil menduduki Asfahan, kemudian disusul oleh
serangan Dinasti Zand yang pada tahun 1750 M berhasil menguasai seluruh Persia.
Maka berakhirlah kekuasaan kerajaan Safawi di pertengahan abad ke-18.
Di
belahan kerajaan Mughal juga dilanda kemunduran, tepatnya pada pemerintahan
setelah Aurangzeb yang mendapat serangan dari masyarakat Hindu. Diantaranya
pemberontakan Sikh yang dipimpin oleh Guru Tegh Mahabur Dean, guru Gobind
Singh. Pada awal paro kedua abad ke-19 M kerajaan Mughal hancur di tangan
Inggris yang kemudian mengambil alih kekuasaan di anak benua India.
Kekuatan
Islam terakhir yang masih disegani oleh lawan tinggal kerajaan Usmani di Turki.
Dalam periode kerajaan Usmani peradaban Islam mendapat perlawanan dari dua
arah, yaitu dari dalam, berupa perlawanan dari orang Islam sendiri, dan dari
luar, berupa serangan balik dari Eropa khususnya kerajaan Kristen.
Dari
dalam, kerajaan Usmani dilanda konflik antara penguasa Turki dan perlawanan
dari daerah kekuasaannya yang menuntut merdeka, seperti Mesir dan negara Arab
lainnya. Karena pada waktu itu Turki dipandangnya bukan sebagai Khalifah yang
melindungi Islam, tetapi tidak lebih sebagai kerajaan yang hanya mementingkan
kekuasaan, bahkan kehidupan dalam Istana tidak kelihatan corak keislamanya,
yang ada hanyalah kemewahan. Sehingga dengan demikian pecahlah peperangan
dengan kerajaan Safawiyah yang berkepanjangan sampai runtuhnya Usmani secara
total.
Diantara
peperangan itu adalah peperangan yang memperebutkan wilayah Irak pada abad
ke-18, ada yang berpendapat peperangan itu merupakan peperangan ideologis
antara Sunni dan Syiah. Kemerosotan Kesultanan Turki Usmani semakin cepat setelah
mendapat serangan dari dunia barat, sehingga daerah kekuasaannya satu persatu
jatuh kembali ketangan Kristen.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kelemahan kerajaan - kerajaan Islam tersebut
telah menyebabkan Eropa dapat menguasai, menduduki dan menjajah negerinegeri
Islam dengan mudah.
b.
Kemajauan
Bangsa Eropa (rennaisance)
Kebangkitan bangsa Barat bermuara pada khazanah ilmu
pengetahuan dan metode berpikir yang dikembangkan umat Islam yakni rasional. Di
antara jalur masuknya ilmu pengetahuan Islam ke Eropa yang terpenting adalah
Spanyol. Ketika Spanyol Islam mengalami kejayaan, banyak orang-orang Eropa yang
datang untuk belajar ke sana, kemudian menerjemahkan karya-karya ilmiah umat
Islam. Hal ini dimulai sejak abad ke-12.
Gerakan renaisans bangsa Eropa melahirkan
perubahan-perubahan besar. Abad ke-16 dan ke-17 merupakan abad yang paling
penting bagi kebangkitan Eropa, sementara pada akhir abad ke-17 itu pula, dunia
Islam mulai mengalami kemunduran. Banyak penemuan-penemuan dalam segala
lapangan ilmu pengetahuan dan kehidupan yang diperoleh orang-orang Eropa.
Perkembangan itu semakin cepat setelah ditemukan mesin uap, yang kemudian
melahirkan revolusi industri di Eropa. Teknologi perkapalan dan militer
berkembang dengan pesat. Sehingga, dengan kekuatan baru yang mereka miliki,
Eropa menjadi penguasa lautan dan bebas melakukan kegiatan ekonomi dan
perdagangan dari dan ke seluruh dunia, tanpa mendapat hambatan berarti dari
lawan-lawan mereka yang masih menggunakan persenjataan sederhana dan tradisional.
Dalam pada itu, kemorosotan dunia Islam tidak terbatas
pada bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan saja, melainkan mereka juga
ketinggalan dari Eropa dalam industri perang, padahal keunggulan Turki Usmani
di bidang ini pada masa-masa sebelumnya telah diakui oleh seluruh dunia.
Ketika
tiga kerajaan besar Islam sedang mengalami kemunduran di abad ke-18, Eropa
Barat mengalami kemajuan dengan pesat. Setelah jalan melalui laut telah
ditemukan oleh Cristoper Colombus (1492 M ) menemukan benua Amerika dan Vasco da
Gama menemukan jalam ke Timur melalui Tanjung Harapan (1498 M) benua Amerika
dan kepulauan Hindia segera jatuh ke bawah kekuasaan Eropa, maka Eropa tidak
lagi tergantung kepada jalur lama yang dikuasai umat Islam.
Perekonomian
bangsa-bangsa Eropa semakin maju, bahkan kemajuan mereka telah melampui
kemajuan Islam yang sejak lama mengalami kemunduran. Teknologi perkapalan dan
militer berkembang dengan pesat, sehingga Eropa menjadi penguasa lautan dan
bebas melakukan kegiatan ekonomi dan perdagangan ke seluruh Dunia. Bahkan ,
satu demi satu negeri Islam jatuh ke bawah kekuasaannya sebagai negeri jajahan.
c.
Imperialisme
Bangsa Eropa terhadap Dunia Islam
Penjajahan
Barat terhadap dunia Islam yang diawali dengan Perang Salib berlatar belakang
hal-hal berikut
1) Mercenary yaitu untuk mencari keuntungan negara
Barat di negara-negara Islam.
2) Missionary yaitu untuk menyebarkan agama Kristen
pada negara-negara jajahannya.
3) Military yaitu perluasan daerah militer.
Faktor utama yang menarik kehadiran kekuatan-kekuatan
Eropa ke negara-negara muslim adalah ekonomi dan politik. kemajuan Eropa dalam
bidang industri menyebabkannya membutuhkan bahan-bahan baku, disamping
rempah-rempah. Mereka juga membutuhkan negeri-negeri tempat memasarkan hasil industri
mereka. Untuk menunjang perekonomian tersebut, kekuatan politik diperlukan
sekali. Akan tetapi persoalan agama seringkali terlibat dalam proses politik
penjajahan barat atas negeri-negeri muslim. Trauma Perang Salib masih membekas
pada sebagian orang barat, terutama Portugis dan Spanyol, karena kedua negara
ini dalam jangka waktu lama, berabad-abad berada di bawah kekuasaan
Islam.
Negeri-negeri
Islam yang pertama dapat dikuasai Barat adalah negeri Islam di Asia Tenggara
dan di Anak Benua India, kemudian negeri-negeri Islam di Timur Tengah yang
berada di bawah kekuasaan Kerajaan Usmani, karena meskipun mengalami kemuduran,
ia masih disegani dan dipandang masih cukup kuat untuk berhadapan dengan
kekuatan militer Eropa waktu itu.
India
ketika berada pada masa pemerintahan Mughal adalah negeri yang kaya dengan
hasil pertanian. Hal itu mengundang Eropa, yang sedang mengalami kemajuan
berdagang kesana. Awal abad ke-17, Inggris dan Belanda mulai menginjakkan kaki
di India. Tahun 1611 M, Inggris mendapat izin menanamkan modal, dan tahun 1617
M Belanda mendapat izin yang sama. Akhirnya, pada tahun 1899 M kesultanan
Muslim Baluchistan jatuh di bawah kekuasaan India-Inggris, yang memang
sebelumnya telah diincarnya.
Asia
Tenggara, negeri tempat Islam baru mulai berkembang, merupakan daerah rempah-rempah
terkenal pada masa itu dan menjadi ajang perebutan negara-negara Eropa.
Kekuatan Eropa malah lebih awal menancapkan kekuasaannya di negeri ini. Hal ini
dimungkinkan karena dibandingkan dengan Mughal, kerajaan - kerajaan Islam di
Asia Tenggara lebih lemah sehingga dengan mudah dapat ditaklukkan.
Kerajaan
Islam Malaka yang berdiri pada awal abad ke-15 M di Semenanjung Malaya yang
strategis dan merupakan kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara setelah Samudera
Pasai, di taklukkan Portugis tahun 1511 M. Pada tahun 1521 M, Spanyol datang ke
Maluku dengan tujuan dagang. Spanyol berhasil menguasai Filipina, termasuk di
dalamnya beberapa kerajaan Islam, seperti Kesultanan Manguindanao, Kesultanan
Buayan, dan Kesultanan Sulu. Bahkan, Abad ke-19 M, Inggris menguasai seluruh
Indonesia untuk jangka waktu yang tidak terlalu lama.
Sebagaimana
di India, di Asia Tenggara kekuasaan politik negara-negara Eropa berlanjut
terus sampai pertengahan abad ke-20 M, ketika negeri - negeri tersebut
memerdekakan diri dari kekuasaan asing. Ekspansi Barat ke Timur Tengah di mulai
ketika Kerajaan Usmani mengalami kemunduran sementara Barat mengalami kemajuan
di segala bidang, seperti perdagangan, ekonomi, industri perang dan teknologi
militer. Meskipun demikian, nama besar Turki Usmani masih disegani oleh Eropa
Barat sehingga mereka tidak melakukan penyerangan ke wilayah-wilayah kekuasaan
kerajaan Islam. Namun, kekalahan besar Kerajaan Usmani dalam menghadapi
serangan Eropa di Wina tahun 1683 M menyadarkan Barat bahwa Kerajaan Usmani
telah mundur dan sejak itulah Kerajaan Usmani berulangkali mendapat
serangan-serangan besar dari Barat.
2. Faktor Perkembangan
Islam pada Masa Modern
a. Kesadaran Melakukan
Pembaharuan Pemikiran, Politik dan Peradaban
Pembaruan dalam Islam yang timbul pada periode
sejarah Islam mempunyai tujuan, yakni membawa umat Islam pada kemajuan, baik
dalam ilmu pengetahuan maupun kebudayaan. Perkembangan Islam dalam sejarahnya
mengalami kemajuan dan juga kemunduran.
Persentuhan
dengan Barat menyadarkan tokoh-tokoh Islam akan ketinggalan mereka. Karena itu,
mereka berusaha bangkit dengan mencontoh Barat dalam masalah masalah politik
dan peradaban untuk menciptakan keseimbangan kekuatan (balance of power). Hal ini tercermin dalam pengiriman para
pelajar muslim oleh penguasa Turki dan Mesir ke negara-negara Eropa untuk
menimba ilmu pengetahuan dan dilanjutkan dengan gerakan penerjemahan
karya-karya Barat ke dalam bahasa mereka. Pelajar-pelajar India juga banyak
yang menuntut ilmu ke Inggris.
Gerakan pembaharuan itu, dengan segera juga memasuki
dunia politik, karena Islam memang tidak bisa dipisahkan dengan politik.
Gagasan politik yang pertama kali muncul adalah gagasan Pan-Islamisme (Persatuan umat Islam Sedunia) yang pada awalnya
didengungkan oleh gerakan Wahhabiyah dan Sanusiayah. Namun, gagasan ini baru
disuarakan dengan lantang oleh tokoh pemikir Islam terkenal, Jamaludin
al-Afghani. Al-Afghani-lah orang pertama yang menyadari sepenuhnya akan
dominasi Barat dan bahayanya.
Gagasan nasionalisme yang berasal dari Barat tersebut
masuk ke negeri-negeri Islam melalui persentuhan umat Islam dengan Barat yang
menjajah mereka dan dipercepat oleh banyaknya pelajar Islam yang menuntut ilmu
ke Eropa atau lembaga-lembaga pendidikan barat yang didirikan di negeri mereka.
Gagasan kebangsaan ini pada mulanya banyak mendapat tantangan dari
pemuka-pemuka Islam, karena dipandang tidak sejalan dengan semangat uóuwaú
al-Islamiyaú. Akan tetapi, gagasan ini berkembang dengan cepat setalah gagasan
Pan-Islamisme redup.
b. Kemerdekaan Negara
Mayoritas Islam dari Penjajahan Bangsa Barat
Negara
berpenduduk mayoritas Muslim yang pertama kali memproklamasikan kemerdekaannya
adalah Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945. Pakistan tanggal 15 Agustus 1947,
ketika Inggris menyerahkan kedaulatannya di India kepada dua Dewan Konstitusi,
satu untuk India dan satunya untuk Pakistan.
Mesir
tanggal 23 Juli 1952 menganggap dirinya benar - benar merdeka. Pada tahun 1951
di Afrika, tepatnya Libiya merdeka, Sudan dan Maroko tahun 1956, Aljazair tahun
1962. Semuanya membebaskan diri dari Prancis. Dalam waktu yang hampir
bersamaan, Yaman Utara, Yaman selatan dan Emirat Arab memperoleh kemerdekaannya
pula. Di Asia tenggara, Malaysia, yang saat itu termasuk Singapura mendapat
kemerdekaan dari Inggris pada 1957, dan Brunai Darussalam pada 1984 M.
Demikianlah,
satu persatu negeri-negeri Islam memerdekakan diri dari penjajahan. Bahkan,
beberapa diantaranya baru mendapat kemerdekaan pada tahun-tahun terakhir,
seperti negera Islam yang dulunya bersatu dalam Uni Soviet, yaitu Uzbekistan,
Turkmenia, Kirghistan, Kazakhtan, Tasjikistan dan Azerbaijan pada tahun 1992
dan Bosnia memerdekakan diri dari Yugoslavia pada tahun 1992.
B. Aspek-aspek
Kebangkitan dalam Perkembangan Islam Zaman Modern
1. Aspek Aqidah (purifikasi)
Masalah tauhid merupakan ajaran yang paling mendasar dalam
Islam. Pemikiran tentang
purifikasi/pemurnian akidah adalah upaya memperbaiki sekaligus reaksi terhadap paham tauhid yang terdapat di kalangan umat Islam yang telah bercampur dengan khurafat.
Pemikiran
diatas mencuat atas kondisi mayoritas kaum muslimin di awal abad ke-12, telah
bergelimang dengan kesyirikan dan kembali ke era jahiliyah. Hal itu disebabkan
karena kebodohan mereka dan semaraknya para juru dakwah yang mengajak kepada
kesesatan dan kesyirikan. Mereka berpaling dari tauhid dan menyembah kaum
shalihin, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia, serta
menyembah kuburan-kuburan mereka. Bahkan kesesatan kaum muslimin tersebut
sebenarnya telah terjadi berabad-abad yang silam.
2. Aspek Syari’ah (tajdid)
Menghidupkan kembali ajaran salaf al-shaleh, memelihara nash-nash, dan meletakkan kaidah-kaidah yang
disusun untuknya serta meletakkan metode yang benar untuk memahami nash
tersebut dalam mengambil makna yang benar yang sudah diberikan oleh ulama
dibutuhkan gerakan tajdid yakni gerakan membersihkan Sunnah dari bid’ah memperbanyak ilmu dan
memu-liakannya, membenci bid’ah dan menghilangkannya .” Selanjutnya tajdid dikatakan sebagai penyebaran ilmu, meletakkan pemecahan
secara Islami terhadap setiap problem yang muncul dalam kehidupan manusia, dan
menentang segala yang bid’ah.
Salah
satu gagasan penting dalam bidang syari’ah adalah adanya gagasan, pemikiran dan
gerakan dibukanya pintu ijtihad dan rasionalisasi dimensi ajaran syari’ah islam
yang menzaman. Pada zaman kebangkitan ini, gagasan, pemikiran dan gerakan
dibukanya pintu ijtihad dan rasionalisasi ini menemukan momentumnya setelah
sekian abad terlarang, sebagai akibat sistem pengamalan ajaran yang terpusat
pada tokoh-tokoh tasawuf yang secara ketat menggiring umat islam untuk
mengikuti ajaran tokoh sufi tertentu sehingga bersifat ekslusif yakni sikap merasa paling benar dan enggan menerima
pendapat pihak lain.
Sebagai
akibat lanjut dari eksklusifisme, orang-orang kelompok ini menjadi kehilangan
sikap objektifitas dalam menilai sebuah persoalan. Benar dan salah tidak lagi
didasarkan atas persoalannya melainkan lebih pada asalnya, dari dan oleh
kelompok mana atau tokoh siapa yang pada giliranya masyarakat terkurung dalam
satu keadaan, karena terbiasa menerima
sabda sang panutan dan menganggapnya sebagai sebuah keniscayaan tanpa ada
keinginan untuk merubah apalagi menolak.
3. Aspek Ilmu
Pengetahuan
Islam merupakan agama yang sangat mendukung kemajuan ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu, Islam menghendaki manusia menjalankan kehidupan yang didasarkanpada
rasioanlitas atau akal dan iman. Ayat-ayat Al Qur’an banyak memberi tempat yang
lebih tinggi kepada orang yang memiliki ilmu pengetahuan, Islam pun
menganjurkan agar manusia jangan pernah merasa puas dengan ilmu yang telah
dimilikinya karena berapapun ilmu dan pengetahuan yang dimiliki itu, masih
belum cukup untuk dapat menjawab pertanyaan atau masalah yang ada di dunia ini.
Ajaran Islam tersebut mendapat respon yang positif dari para pemikir Islam
sejak zaman klasik (650-1250 M), zaman pertengahan (1250-1800 M) hingga periode
modern (1800 m dan seterusnya). Masa pembaruan merupakan zaman kebangkitan umat
Islam. Jatuhnya mesir ke tangan barat menyadarkan umat Islam bahwa di barat
telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi Islam.
Raja-raja dan pemuka-pemuka Islam mulai memikirkan cara untul meningkatkan mutu
dan kekuatan umat Islam.
Pada
era kebangkitan ini pemikir muslim berusaha untuk menguasai kembali khazanah
keilmuan yang telah dikuasai barat, dengan cara mempelajari dan medalami
pemikiran barat modern guna dijadikan dasar pijakan pengusaan teknologi dengan
mempertimbangkan nilai-nilai ajaran kitab suci dan sunnah.
4. Aspek Politik
a. Gerakan Pan Islamisme (persaudaraan sesama umat Islam sedunia)
Kemunduran umat Islam, salah satu
sebabnya adalah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Ajaran qada’
dan qadar telah berubah menjadi ajaran fatalisme yang menyebabkan umat menjadi
statis. Sebab-sebab lain adalah perpecahan di kalangan umat Islam sendiri,
yaitu lemahnya persaudaraan antar umat Islam dan lain-lain. Untuk mengatasi
semua itu, menurutnya umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang benar,
mensucikan hati, memuliakan ahlak, berkorban untuk kepentingan umat,
pemerintahan otokratis harus diubah menjadi demokratis. Dan persatuan umat
harus diwujudkan sehingga umat akan maju sesuai tuntutan zaman.
Selain itu, solidaritas sesama
muslim bukan karena ikatan etnik maupun rasial, tetapi karena ikatan agama.
Muslim entah dari bangsa mana datangnya, walau pada mulanya kecil akan
berkembang dan diterima oleh suku dan bangsa lain seagama selagi ia masih
menegakkan hukum agama.
b. Gerakan Nasionalisme.
Munculnya gagasan nasionalisme yang
diikuti gengan berdirinya partai-partai politik merupakn modal utama umat islam
dalam perjuangannya untuk mewujudkan Negara merdeka yang terbebas dri pengaruh
poilitik barat. Perjuangan mereka biasanya terwujud dalam beberapa bentuk
kegiatan seperti gerakan politik, baik dalam bentuk diplomadi maupun perjuangan
bersenjata dan pendidikan, serta propaganda alam rangka mempersiapkan
masuarakat menyambut dan mengisi kemerdekaan itu. Negara berpenduduk mayoritas
muslim yang berhasil memproklamasikan kemerdekaan
5. Aspek Pendidikan
Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorentasi pada pola
pendidikan modern di Barat. Yang mempunyai pandangan bahwa sumber kekuatan dan
kesejahteraan hidup yang dialami oleh Barat adalah sebagai hasil perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang mereka capai. Dan bahwa apa yang
dicapai oleh bangsa-bangsa barat sekarang adalah merupakan pengembangan dari
ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang pernah berkembang di dunia Islam. Atas
dasar demikian, maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam,
sumber kekuatan dan kesejahteraan tersebut harus dikuasai kembali. Dari dari
mencermin dari pola pendidikan yang dikembangkan barat maka umat Islam mulai
mendirikan sekolah-sekolah sebagai pusat pendidikan seperti yang ada di barat.
Baik sistem maupun isi pendidikan. Dan juga mengirim para pelajar untuk menimba
ilmu pengetahuan langsung dari tempat berkembangnya ilmu pengetahuan Barat
tersebut.
Di kenalnya orang-orang bangsa Tukir Usmani sebagai bangsa
yang suka berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima
kebudayaan luar membuat dasar mudahnya melakukan pembaharuan pendidikan yang
berorientasi pada pola pendidikan barat menjadi mudah dan cepat berkembang.
Pembaharuan pendidikan dengan pola barat ini, mulanya timbul di Turki Usmani pada
akhir abad ke 11 H/17 M.
C. Tokoh-Tokoh
Berprestasi dalam Perkembangan Islam Pada Masa
Modern
1. Muhammad Bin Abdul Wahab
Salah
satu pelopor pembaharuan dalam dunia Islam Arab adalah suatu aliran yang
bernama Wahabiyah yang sangat berpengaruh di abad ke-19. Pelopornya adalah
Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787 M) yang berasal dari Najd, Saudi Arabia.
Pemikiran yang dikemukakan oleh Muhammad Bin Abdul Wahab adalah upaya
memperbaiki kedudukan umat Islam dan merupakan reaksi terhadap paham tauhid
yang terdapat di kalangan umat Islam saat itu. Paham tauhid mereka telah
bercampur aduk oleh ajaran-ajaran tarikat yang sejak abad ke-13 tersebar luas
di dunia Islam
Disetiap
negara Islam yang dikunjunginya, Muhammad bin Abdul Wahab melihat makam-makam
syekh tarikat yang ditinggikan yang bertebaran. Setiap kota bahkan desa-desa
mempunyai makam sekh atau walinya masing-masing. Ke makam-makam itulah umatt
islam pergi dan meminta pertolongan dari syekh atau wali yang dimakamkan disana
untuk menyelesaikan masalah kehidupan mereka sehari-hari. Ada yang meminta
diberi anak, jodoh disembuhkan dari penyakit, dan ada pula yang minta diberi
kekayaan. Syekh atau wali yang telah meninggal. Syekh atau wali yang telah
meninggal dunia itu dipandang sebagai orang yang berkuasa untuk meyelesaikan
segala macam persoalan yang dihadapi manusia di dunia ini. Perbuatan ini
menurut paham Wahabiyah termasuk syirik karena permohonan dan doa tidak lagi
dipanjatkan kepada Allah SWT.
Pokok-pokok
pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab tentang pemurnian (purifikasi) tauhid sebagai berikut :
a. Tauhid
Tauhid merupakan tema sentral dalam pemikiran Muhammad
bin Abdul Wahab Tauhid. Menurutnya, seperti yang ada dalam bukunya Kitab
Al-Tauhid, yakni Al-Ibadah atau pengabdian kepada Allah, karena rasul
yang diutus Allah memulai seruannya kepada manusia agar beribadah hanya kepada
Allah SWT. Selanjutnya ia mengartikan kalimat tauhid La ilaha illallahbahwa
hanya Allah-lah yang mempunyai kekuasaan hakiki dan hanya Allah pula-lah yang
patut disembah selain Allah adalah syirik dan thagut.
Muhammad bin Abdul Wahab membagi tauhid dalam empat
bagian yaitu: Tauhid Uluhiyah, (tauhid terhadap Allah sebagai yang
disembah). Tauhid Rububiyah, (tauhid terhadap Allah sebagai
pencipta segala sesuatu), Tauhid Asma dan Sifat, (tauhid yang
berhubungan dengan nama dan sifat Allah), dan Tauhid Af’al (tauhid
yang berhubungan dengan perbuatan Allah).
Kesimpulan
tauhid yang diajarkan dari Muhammad bin Abdul Wahab pada intinya sebagai
berikut:
1)
Yang boleh dan harus disembah hanyalah
Tuhan Allah SWT, dan bagi orang yang menyembah selain dari Tuhan Allah telah
menjadi musyrik.
2)
Sebagian orang Islam bukan lagi
penganut paham tauhid yang sebenarnya, karena mereka meminta pertolongan bukan
lagi kepada tuhan tetapi dari syekh atau wali dari kekuatan ghaib. Orang Islam
yang demikian menjadi musyrik.
3)
Menyebut nama, syekh atau malaikat
sebagai perantara dalam doa juga merupakan syirik.
4)
Meminta syafa’at selain dari kepada
Allah adalah juga syirik.
5)
Bernazar kepada selain dari Allah juga
syirik
6)
Tidak percaya kepad qada dan qadar Tuhan
juga merupakan kekufuran.
Ajaran tauhid yang dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul
Wahab bukan hanya dalam tatanan teoritis, tetapi ia juga mencoba mewujudkan
pemikiran tauhidnya dalam bentuk aksi. Dengan gerakan wahabiyahnya, ia berusaha
keras untuk memurnikan ajaran Islam dan mengembalikan ajaran pemahaman umat
Islam kepada Islam yang murni, yakni Islam yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan
hadits. Ia pun
mengajarkan untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits.
b. Terbukanya pintu ijtihad dan melarang
taqlid
Seruan untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits membawa
konsekkuensi logis bagi terbukanya pintu ijtihad. Hal ini dapat dipahami karena
tidak semua ajaran Islam yang bersifat universal diformulasikan secara rinci di
dalam Al-Qur’an dan Hadits. Dengan terbukanya pintu ijtihad, maka Muhammad bin
Abdul Wahab melarang umet Islam untuk bertaqlid kepada para ulama.
c. Penetapan hukum Islam harus merujuk
kepada Al-Qur’an dan Hadits
Prosedur yang harus dilalui dalam menetapkan hukum Islam yaitu pertama-tama
harus meneliti apakah persoalan tersebut terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Jika tidak ada, maka diperlukan ijma’ (konsensus). Bagi Muhammad bin Abdul
Wahab, ijma’ dipahami secara terbatas, yakni pada beberapa generasi muslim pertama.
d. Tawassul dan bid’ah
Muhammad bin Abdul Wahab membantah dengan keras
lawan-lawannya yang membolehkan adanya tawassul. Menurutnya, ibadah
dimaksudkan untuk menyerahkan seluruh ucapan dan tingkah laku hanya kepada
Allah semata. Meminta bantuan atau perlindungan melalui perantaraan seseorang
atau kepada simbol-simbol yang bersifat mistik dilarang dalam Islam. Sementara
itu, dalam mengartikan bid’ah Ibn Abdul Wahab sangat ketat. Bid’ah
didenifisikan sebagai ajaran atau aktifitas yang tidak berdasarkan kepada Al-Qur’an
dan As-Sunnah (praktik-praktik yang dijalankan oleh Rasullulah). Ia menolak
semua bentuk bid’ah. Baginya tidak ada bid’ah hasanah. Beberapa contoh yang
diklaim sebagai bid’ah yaitu; memasang kain Raudhah, mengucapkan
kata Sayyidina Muhammad, merayakan hari lahirnya nabi, meminta tawassul dari
para wali, mengirimkan Fatihah kepada para pendiri sufi setelah sholat lima
waktu, dan mengulang sholat lima waktu setelah selesai shalat Jum’at di bulan
Ramadhan.
Muhammad bin Abdul Wahab merupakan pemimpin yang aktif
berusaha mewujudkan pemikirannya. Ia
mendapat dukungan dari Muhammad Ibn Su’ud dan putranya Abdul Aziz di Najd.
Paham-paham Muhammad bin Abdul Wahab tersebar luas dan pengikutnya bertambah
banyak sehingga di tahun 1773 M mereka dapat menjadi mayoritas di Saudi Arabia,
hingga saat ini.
2. Syah Waliyullah
Nama lengkapnya adalah Imam Al-Kabir Sheikh Ahmad Abdur Rahim
Ibn As-Shahid Wajihuddin Ibn Mu’azzam Ibn Mansur Ibn Ahmad Ibn
Mahmud Dahlawi adalah kemudian lebih dikenal dengan Syah Waliyullah.
Lahir pada 21
Febuari 1114 H/ 1702 M, di Pulth, daerah Muzaffaragh, dekat Delhi,
India Silsilah keturunannya di sebelah ayahnya sampai kepada Sayyidina Umar
Al-Faruq dan di
sebelah ibunya sampai kepada Imam Musa Khazim r.a.
Tokoh besar ini terlihat memiliki kecerdasan
yang luar biasa sejak dalam tingkat dasar
sekitar umur 5 tahun. Menginjak umur 7 tahun
ia telah menghafal al Quran. Tahun demi tahun silih berganti. Tepat menginjak umur 15 tahun, ia sudah menguasai
berbagai disiplin ilmu pengetahuan
seperti halnya: ilmu hukum, tafsir, hadits, ilmu logika, filsafat, astronomi, kedokteran, matematika dan
lain-lain. Sebagai penyeimbang dari berbagai ilmu pengetahuan yang didapatkan,
beliau juga mendalami pengembangan ruhani
melalui latihan-latihan dalam tarekat, sebab orang
tuanya juga sebagai pemimpin tarekat lokal yang bernama Naqsyabandiyah.
Mengingat berbagai pengalaman dan keilmuaan yang beliau miliki sangat komplek,
setidaknya ada beberapa catatan penting
dari hasil produk-produk intlektual beliau yang
ditawarkan di tengah kehidupan masyarakat yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Menyeru Kembali
kepada Al Qur’an dan Hadis
b.
Tidak suka
praktek-praktek sufi yang sudah tidak benar
c.
Membrantas taklid
buta, beliau berpandangan yang dapat diperbolehkan
adalah seseorang mengetahui secara jelas apa yang harus dia ikuti
Adapun hasil dari pemikirannya ialah sejumlah karya ilmiahnya di antaranya:
a.
Fuyud al Haramain (limpahan
dua kota suci)
b.
Al Fatimah (berkisah
tentang bangunan spiritual)
c.
Al Hujjat al Baligah
(argumentasi
yang kuat)
d.
Al-Fauz al Kabir fi Usul at Tafsir (kemenangan
besar dalam Usul Tafsir)
3. Mohammad Ali Pasya
Muhammad Ali seorang keturunan dari Turki yang lahir dari
Kawalla. pada tahun 1765. dan meninggal di Mesir pada tahun 1849. Orang tuanya
bekerja sebagai penjual rokok, dari kecil ia sudah harus bekerja, dia tak
pernah memperoleh kesempatan sekolah, dengan demikian dia tidak bisa
membaca dan menulis.
Ia diberikan kepercayaan sebagai pemimpin militer pada era
Turki Utsmani dan menjadi seorang pemimpin tersohor kebanggaan negara Mesir,
terutama dalam merevolusi negara tersebut menjadi sebuah negara industri
dan modern. Bahkan, orang Mesir sendiri mengenalnya sebagai seorang pahlawan.
Walaupun tidak dilahirkan di Mesir dan tidak berbahasa Arab, namun keinginannya
untuk membangun dan meningkatkan sumber penghasilan ekonomi bagi negara Mesir
sangat besar. Inisiatif, visi dan semangat yang dimilikinya tak mampu
menandingi pahlawan-pahlawan lain yang sezaman dengannya.
Muhammad Ali memerintahkan tentaranya untuk menggagalkan
serta mengusir balik usaha Napoleon Bonaparte yang ketika itu berhasil berlabuh
di tepi pantai Alexandria. Selama kurun waktu 3 tahun bekerjasama dengan
pihak Inggris akhirnya ekspedisi itupun menuai hasil, tepatnya pada tahun 1801
M.
Kepentingan Inggris tidak lain adalah meminta kerjasama
dengan pihak Mesir guna membuka Terusan Suez sebagai jalur transportasi
menuju kawasan India dan Timur Jauh. Inggris sebagai negara kolonialis
berambisi untuk melakukan perluasan negara jajahan, terutama kawasan India yang
memiliki kekayaan berlimpah dan yang patut dieksploitasi. Tetapi keinginan
Inggris tersebut mendapat penolakan dari pihak Mesir dengan mengerahkan 5.000
tentara Pasha yang sanggup mempertahankan jalur perdagangan terpadat dunia
tersebut.
Muhammad Ali memperkuat kekuatannya dengan memajukan negara
dari segala lini kehidupan. Kepercayaan yang dimilikinya sebagai seorang Sultan
Utsman mampu menggerakkan pemerintahan Mesir untuk memodernisasikan kekuatan
dan administrasi militer. Muhammad Ali Payha mengundang para ahli militer barat
untuk melatih angkatan bersenjata Mesir dan juga mengirim misi ke luar negeri
(Eropa) guna mempelajari ilmu kemiliteran. Pada tahun 1815 M untuk pertama
kalinya Mesir mendirikan Sekolah Militer yang sebagian besar instrukturnya
didatangkan dari Eropa. Tidak hanya itu, namun ia juga banyak mengimpor
persenjataan buatan Eropa seperti buatan Jerman atau Inggris.
Terinspirasi oleh pelatihan militer bangsa Eropa, Muhammad
Ali kemudian melatih bala tentaranya berdasarkan “Nidzam al-Jadid “ atau bisa disebut dengan peraturan baru. Ia
mengatur tentara-tentara Mesir dan mulai memperkuatkannya dengan menjadikan
para petani luar daerah untuk mengikuti wajib militer. Upaya itu ternyata cukup
berhasil untuk menjadikan kekuatan militer Mesir semakin berkembang. Bisa kita
simpulkan, bahwa modernisasi yang paling utama dilakukan yaitu di bidang
kemiliteran.
Untuk kemajuan Negara Ia meningkatkan pertanian di Mesir
dengan membuat Irigasi, melakukan penanaman Kapas yang di datangkan dari India
dan Sudan. demi kemajuan ekonomi ia memperbaiki pengangkutan dan menghidupkan
Industri tetapi gagal karena kekurangan ahli di mesir.
Diantara
pembaharuan yang dilakukan oleh Ali Pasha adalah :
a. Bidang Ekonomi
Salah satu dampak perkembangan tersebut adalah ekspor kapas
ke negara Eropa. Hal itu sangat menguntungkan, karena adanya angsuran terhadap
para petugas administrasi yang dijadikan sebagai salah satu titik poin
keuntungan bagi Mesir. Selain itu wisatawan asing juga turut menyumbangkan
pendapatan bagi devisa negara.
Tatanan sosial Muhammad Ali Pasha mengubah pengaturan
administrasi bagi penduduk desa dan kota dengan sistem yang lebih modern.
Pembangunan prasarana masyarakat umum mulia digalakkan, seperti pembangunan
Rumah Sakit, sekaligus mendatangkan beberapa dokter spesialis untuk menangani
problematika penduduk setempat. Hal itu tidak lain adalah sebagai bentuk
kekhawatiran Ali Pasha terhadap kesejahteraan penduduk desa yang mengikuti
wajib militer. Terutama ketika virus cacar mulai melanda sebagian penduduk
Mesir ketika itu.
Bidang perekonomian Mesir mengalami peningkatan yang sangat
besar, hal itu terjadi pada tahun 1830 M. Bagaimanapun, Muhammad Ali sangat
berjasa telah menunjukkan kehebatan militer dan sistem administrasinya. Ia juga
mengusulkan untuk mengontrol proyek aliran sungai nil, membangun batu-batu dari
pyramid yang telah diselesaikan pada tahun 1861 M. Pada akhirnya,
Muhammad Ali diasingkan oleh Sultan Turki Usmani atas tekanan Inggris di tahun
1840 M dan Mesir kembali diperintah oleh Abbas dan Sa'id Pasha. Pada masa ini
Mesir mengalami kemerosotan, namun dihidupkan kembali oleh pemimpin tangguh
Khediv Ismail. Dibawah kepemimpinan ini, sang Khediv mulai menghidupkan kembali
tatanan sosial politik Mesir dari yang sebelumnya merosot.
b. Bidang Pembangunan
Usaha terhebat lainnya adalah dengan terselesaikannya
pembangunan sebuah terusan kuno yang menghubungkan antara Alexandria dengan
sungai nil. Menurut beberapa laporan, upaya tersebut diawali dengan penggalian
yang mengerahkan kurang lebih 100.000 petani Mesir. Dari hal tersebut meningkat
pulalah pusat irigasi dari tahun 1813-1830 M hingga 18%, yang sebelumnya proyek
irigasi ini sangat lemah dan kurang menguntungkan terlebih ketika masa awal
kepemimpinan Muhammad Ali.
Peninggalan termegah Muhammad Ali bisa kita lihat di
perbukitan Jabal Muqatam, ia dengan mengerahkan desainer Yunani bernama Yusuf
Bushnak akhirnya berhasil membuat Masjid indah dengan corak menara Turki yang
berwarna putih perak. Jika kita amati, masjid ini terbuat dari bahan marmer
yang menawan, maka tidak heran jika mayoriytas penduduk Mesir menamainnya
sebagai masjid Alabaster.
Sungguh pun seorang yang buta huruf namun ia mengerti
akan pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk kemajuan suastu negara. ia mendirikan satu kementrian pendidikan, untuk
pertama kalinya ia mendirikan sekolah militer di Mesir di tahun 1815. sekolah
teknik di tahun 1816. dan sekolah kedokteran di tahun1827.guru-gurunya di
datangkan dari Barat. Muhammad Ali merobabah sistim atau imprastruktur yang
selama ini di pakai kepada pembahruan. Karena ia yakin bahwa kekuasaannya hanya
dapat dipertahankan dan di perbesar dengan kekuatan militer.
Jasa lain Muhammad Ali adalah melakukan renovasi benteng
Sholahuddin yang dibangun pertama kali oleh pahlawan Perang Salib muslim,
Sholahuddin al-Ayyubi. Dalam hal ini, ia banyak melakukan perbaikan
tembok-tembok yang sudah runtuh baik yang berada didalam maupun diluar.
Kemudian, ia juga membangun sebuah istana keluarga yang dapat kita nikmati jika
kita melewati Bab al-Qullah. Pada tahun 1949 istana ini dijadikan museum oleh
Raja Faruq.
c. Bidang Pendidikan
Cara modernisasi yang ia lakukan adalah dengan menerjemahkan
buju-buku terbitan Eropa dalam skala yang besar. Menurut catatan sejarah ia
mengirim 311 pelajar Mesir ke Italia, Perancis, Inggris dan Austria dengan
mengambil disiplin keilmuan yang beragam seperti kemiliteran, ilmu
administrasi, arsitek, kedokteran dan obat-obatan. Di samping mendelegasikan
pelajar Mesir ke Eropa ia juga mendatangkan guru-guru agung Eropa untuk
mengajar di sekolah-sekolah yang telah ia bangun, misalnya Sekolah Militer
(1815), Sekolah Teknik (1816), Sekolah Kedokteran (1927), Farmasi (1829).
Muhammad Ali juga menerbitkan majalah berbahasa Arab pertama kalinya yang diterbitkan
tahun 1828 M, ia menamainya dengan majalah " al-Waqa'i al-Mishriyah" (Berita Mesir). Majalah ini digunakan
rezim Muhammad Ali sebagai alat resmi pemerintah.
Sungguh pun seorang yang buta huruf namun ia mengerti
akan pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk kemajuan suastu negara. ia mendirikan satu kementrian pendidikan, untuk
pertama kalinya ia mendirikan sekolah militer di Mesir di tahun 1815, sekolah teknik di tahun 1816, dan sekolah
kedokteran di tahun 1827 guru-gurunya di datangkan dari Barat.
Muhammad Ali merobabah sistim atau imprastruktur yang selama ini di pakai
kepada pembahruan. Karena ia yakin bahwa kekuasaannya hanya dapat dipertahankan
dan di perbesar dengan kekuatan militer.
d. Bidang Militer
Ambisi Muhammad Ali untuk memperluas kawasan jajahannya
mulai terlihat tahun 1830 M. Setelah serangan pertamanya ke Tripoli, akhirnya
ia meluncurkan sebuah invasi ke Syria pada tahun 1831 M dengan alasan bahwa dia
hanya mencoba untuk menahan 6.000 penduduk Mesir yang menolak dikenakan wajib
militer. Tercatat, pada kekuasaan Muhammad Ali inilah Mesir mampu memperluas
daerah kekuasannya sampai ke Sudan, Syria, bahkan para tentaranya turut
berperang bersama Turki di kepulauan Yunani, Asia Kecil, hingga Eropa Timur.
Sebuah kekuatan sebesar 30,000 tentara dibawah perintah anaknya yaitu Ibrahim
Pasha telah berhasil mengepung kota Acra (bagian utara Israel). Pada tahun 1832
M, setelah pengepungan tersebut sekaligus penyerbuan terhadap Syria pasukan
mereka mulai berpindah ke daerah Anatolia; Turki pada masa sekarang.
4. Rifa’ah Badawi Rafi’ Al-Tahtawi
Rifa’ah
badawi Rafi’ Al-tahtawi adalah pembawa pemikiran yang besar pengaruhnya
dipertengahan pertama diabad ke sembilan belas di mesir. Ia lahir pada tahun
1801 di Tahta, suatu kota yang terletak di Mesir bagian selatan, dan meninggal
di Cairo pada tahun 1873. ketika berumur 16 tahun ia pergi ke Cairo untuk
belajar di Al Azhar. Setelah 5 tahun menuntut ilmu ia selesai dari studinya di
Al-Azhar pada tahun 1822, Al-tahtawi menjadi pengajar disana selama 2 tahun
kemudian diangkat menjadi imam tentara di tahun 1824. 2 tahun kemudian, ia
diangkat menjadi imam mahasiswa-mahasiswa yang dikirim Muhammad Ali ke Paris.
Selama
di Paris ia menerjemahkan 12 buku dan risalah, antara lain buku-buku sejarah,
teknik, ilmu bumi, politik dan lain-lain. Ia juga membaca buku-buku karangan
Maria Montesquieu, Voltaire, dan JJ.
Rousseau. Buku-buku yang di baca Al-Tahtawi mencakup berbagai lapangan ilmu
pengetahuan. Kelihatannya ia dengan sengaja membaca lapangan-lapangan yang
begitu berbeda dan tidak mencurahkan perhatiannya ke suatu lapangan tertentu,
karena tujuannya adalah menerjemahkan buku-buku Prancis kedalam bahasa Arab.
Di
antara karangan-karangan Al Tahtawi adalah Takhlisul
Ibriz fi Talkhish Pariz, Manhij al Albab al Mishriyah fi Manahijj al Adab al`
Ashriyah, Al Mursyid al Amin lil banat wa al banin, Al- Qaul al Said fi Ijtihad wa al Taqlid, Anwar Taufiq al jalil fi Akhbar Mishar wa Tautsiq Bani
Ismail, Al-Mazahib al
Arba`ah fi al Fiqh, Qanun al Tijari, Al Tuhfat al Maktabiyah fi al Nahw,
Al Manafi` al Uminyah
Rifa’a
al-Tahtawi adalah salah satu tokoh pembaharu pertama yang mencoba
menjawab pertanyaan limadza taakhkhara al-muslimun wa limadza taqaddama
ghayruhum (mengapa kaum Muslim mundur dan mengapa bangsa lain maju?).
Menurut al-Tahtawi, kunci pertanyaan itu adalah kebebasan (hurriyyah). Bangsa Eropa maju
karena memiliki kebebasan. Temuan sains dan teknologi di Eropa sejak abad
ke-16 didorong oleh suasana kebebasan dalam masyarakat itu. Tahtawi
menganggap kebebasan bukan hanya kunci bagi kebahagiaan, tapi juga
bagi keamanan dan kesejahteraan.
Sebab
utama keterbelakangan kaum Muslim, menurut Tahtawi, ialah ketiadaan
kebebasan itu. Ini sudah terjadi sejak kerajaan Islam di Baghdad (abad
ke-12) dan Cordova (abad ke-15) runtuh. Sebaliknya, kebebasan berpikir
yang dalam istilah agama dikenal dengan ijtihad justru dimusuhi dan
diharamkan. Selama rentang abad ke-15-ke-19, wacana pemikiran Islam diwarnai
dengan semangat menutup pintu ijtihad.
Pokok-pokon pembaharuan Al Tahtawi adalah
:
a. Bidang Pendidikan
Pemikiran tentang pendidikan yang diterapkan oleh Al
Tahtawi di tulis pada buku al-Mursyid
al-Amin fi Tarbiyah al-Banin (pedoman tentang pendidikan anak). Buku ini menerangkan tentang ide-ide
pendidikan yang meliputi :
1)
Pembagian jenjang pendidikan atas tingkat permulaan,
menengah, dan pendidikan tinggi akhir.
2)
Pendidikan diperlukan, kerana
pendidikan merupakan salah satu jalan untuk mencapai kesejahteraan
3)
Pendidikan mesti dilaksanakan dan
diperuntukan bagi segala golongan. Maka tidak ada perbedaan antara pendidikan
anaklaki-laki dan anak perempuan. Pemikiran mengenai persamaan antara
laki-laki dan pendidikan anak perempuan ini dinilai sebgai mencontoh ide
pemikiran Yunani.
4)
Anak-anak perempuan
harus memperoleh pendidikan yang sama dengan anak lelaki. Pendidikan terhadap perempuan
merupakan suatu hal yang sangat penting karena alasan, yaitu :
a)
Wanita dapat menjadi istri yang baik dan dapat menjadi mitra
suami dalam kehidupan sosial dan intelektual.
b)
Agar wanita sebagai istri memiliki keterampilan untuk
bekerja dalam batas-batas kemampuan mereka sebagai wanita.
b. Bidang Ekonomi
Beberapa ide yang dikemukan Al Tahtawi mengenai bidang
ekonomi, termuat dalam karya tulisannya " kitab Takhlish al Ibriz ila
talkhis bariz " antara lain :
1)
Aspek pertanian
Orang Mesir
terdahulu terkenal kaya hanya tergantung pada tanah Mesir yang baik dan subur.
Oeh karena itu bahwa, perlunya meningkatkan perbaikan bidang pertanian misalnya
penanaman pohon kapas, Naila Anggur, zaitun, pemerilaharaan leba, ulat sutra,
dan termasuk hal-hal yang berkaitan dengan pertanian misalnya pupuk tanaman,
irigasi yang cukup, sarana pengangkutan.
2)
Aspek transportasi
Perbaikan jalan
yang menghubungkan dari satu tempat ke tempat lain, demikian juga jembatan dan
pemasangan aat telekomunikasi untuk mempermudah Buku atau karya At Tahtawi yang
membahas secara rinci mengenai bidang ekonomi, bisa dilihat dalam " Al
Manaf al Umumiyyah ". Didalam buku itu dinyatakan bagaimana
orang-orang Egypt (Mesir) dahulu
dapat berhasil dan sukses, dan kini kemudian akan hilang
c. Bidang Kesejahteraan Masyarakat
Kesejahteraan
merupakan tanggung jawab bersama, antara rakyat dan pemerintah harus saling berkaitan.
Kesejahteraan dodunia sangat erat hubungannya dengan kemajuan ekonomi. Sedang
kemajuan ekonomi ditentukan oleh semangat kerja dan pengabdian. Al Tahtawi
menggambarkam orang-orang yang malas bagaikan patung-patung kuno Mesir, bahkan
[etung kuno mesir-pun masaih dapat dijadikan sumber informsi. Jadi menurut Al Tahtawi kesejahteraan akan tercapai dengan dua jalan, yaitu
perpegang pada ajaran agama serta budi pekerti yang baik dan kemajuan ekonomi.
d. Bidang Pemerintahan
Ide Al Tahtawi tentang Negara dan
masyarakat, bukan hanya sekedar pandangan tradisional belaka, dan bukan pula
hanya sebagai refleksi pengalaman dan pengetahuan yang telah didapatnya di
Paris. Tetapi merupakan kombinasi dari keduanya. Dia mengemukakan contoh yang
diteladani yaitu nabi Muhammad SAW., dan para sahabat dalam melaksanakan
pemerintahan yang mempunyai hak kekuasaan mutlak, yang dalam pelaksanaan
pemerintahannya harus dengan adil berdasarkan undang-undang. Untuk kelancaran
pelaksanaan undand-ondang itu harus ditangani oleh tiga badanyang terpisah
yaitu legislative, executive dan judicative (Trias Politica Montesque).
e. Patriotisme(hub al
wathan)
Al Tahtawi adalah orang Mesir yang
pertama penganjur patriotisme. Paham bahwa seluruh dunia Islam adalah tanah air
bagi setiap individu muslim, mulai di rubah penekannya. Al Tahtawi menekankan
bahwa tanah air adalah tanah tumpah darah seseorang, bukan seluruh dunia Islam.
Ia berpendapat bahwa selain adanya persaudaraan se-agama, juga ada persaudaraan
setanah air. Patriotisme adalah dasar yang kuat untuk mendorong orang
mendirikan suatu masyarakat yang mempunyai pradaban.
f. Ijtihad dan Sains Modern
Ulama yang dibutuhkan untuk
membangun pemerintah yang kuat dan maju, adalah ulama yang ikut bertanggung
jawab bersama kepala negara, ulama yang berpikir dinamis, memiliki pengetahuan
luas dan menjauhi sikap statis agar mampu menginterprestasi kembali konsep
agama sesual denga tuntutan zaman.
Sains dan pemikiran rasional pada
dasarya tidak bertentangan dengan syari’at Islam. Karena itu, ijtihad harus dilakukan
oleh ulama. Ulama harus dapat merubah masyarakat yang berfikiran statis dan
tradisional.
Dalam bukunya Al Qaul al Sadid fi al ijtihad wa al Taqlid menguraikan pentingnya
ijtihad dan syarat-syarat menjadi mujtahid, serta dalil dalil dan tingkatan para
mujtahid.
Al Tahtawi meyakinkan dan menekankan
kepada kaum muslimin Mesir dan para ulama Azhar agar menerima dan merasakan
betapa pentingnya serta manfaatnya sains modern sebagaimana telah dikembangkan
dan dimanfaatkan oleh orang Barat.
Ia mengatakan pada hakikatnya sains
modern itu adalah dan hasil pemikiran kaum muslimin yang kemudian dikembangkan
oleh Barat, yaitu dengan perantaraan terjemahan dan buku-buku yang di tulis
orang Islam dalam bahasa Arab. Perkembangan sains dan teknologi disamping untuk
neningkatkan upaya kualitas umat Islam dalam melakukan ijtihad, juga dapat
menunjang kesejahteraan kehidupan kaum muslimin di dunia sebagaimana telah
dikembangkan di Eropa.
Gagasan tersebut menjadi fokus
penting dan pemikiran dan pembaharuan Al Tahtawi. Oleh karena itu, sebagian
besar hidupnya disumbangkan untuk mendukung gagasannya dengan menerjemahkan
buku buku agar umat Islam mengetahui budaya yang maju di Barat. Disamping
sebagai penulis dan menjadi pimpinan dalarn beberapa pendidikan.
5. Sayyid Ahmad Khan
Sayyid Ahmad Khan adalah salah tokoh
modernis yang lahir di Delhi tahun 1817 M. Nenek moyangnya berasal dari semenanjung Arab yang
kemudian hijrah ke Heart, Persia (Iran), karena tekanan politik pada zaman
dinasti umayyah. Dan menurut keterangan ia berasal dari keturunan Husain, cucu
Nabi Muhammad melalui Fatimah bin Ali. Neneknya Sayyid Hadi, adalah pembesar
Istana dizaman Alamghir II (1754-1759).
Di tahun 1861 Ia dirikan sekolah Inggris di Muradabad di
tahun 1876 Ia minta berhenti sebagai pegawai pemerintah Inggris dan sampai
akhir hayatnya di tahun 1898, Ia mementingkan pendidikan umat Islam India. Di
tahun 1878, Ia mendirikan sekolah Muhammedan
Anglo Oriental College (M.A.O.C) di Aligarh yang merupakan karyanya yang
bersejarah dan berpengaruh dalam cita-citanya untuk memajukan umat Islam India.
Ia memiliki sikap politik di tengah
masyarakat ketika terjadi peristiwa besar atau pembrontakan di India pada tahun
1857 M dan merupakan pemimpin alternatif pada saat itu.
M.A.O.C dibentuk sesuai dengan model sekolah di Inggris dan
bahasa yang dipakai didalamnya ialah bahsa Inggris. Direkturnya berbangsa
Inggris sedang guru dan staffnya banyak terdiri atas orang Inggris. Ilmu
pengetahuan modern merupakan sebagian besar dari mata pelajaran yang diberikan.
Pendidikan agama tidak diabaikan. Dalam hubungan ini baik disebut bahwa
disekolah-sekolah Inggris yang diasuh oleh Pemerintah, agama tidak diajarkan.
Di M.A.O.C pendidikan agama Islam dan ketaatan siswa menjalankan ajaran agama
diperhatikan dan dipentingklan. Sekolah itu terbuka bukan hanya bagi orang
Islam, tetapi juga bagi orang Hindhu, Parsi, dan Kristen.
Sayyid Ahmad Khan, setidaknya memiliki pemikiran politik yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a.
Menyadarkan umat
Islam bahwa untuk menjadi kuat mereka harus mau mengembangkan dan menggunakan
metode ilmu dan teknologi Inggris dalam berbagai hal. Karena dengan kerja sama
itulah sehingga rasa kecurigaan di antara keduanya akan hilang dan dia berusaha
membujuk Inggris agar mengubah sikap kejamnya terhadap umat Islam .
b.
Berusaha
menghilangkan kecurigaan Inggris terhadap umat Islam dan berusaha meyakinkan
Inggris bahwa umat Islam bukanlah pemegang peranan utama dalam pembrontakan
1857 M
c.
Umat Islam harus
memiliki negara tersendiri dan terlepas dengan umat Hindu, karena bersatu
negara dengan umat Hindu akan membuat minoritas bagi umat Islam.
6. Jamaluddin Al
Afghani
Jamaluddin Al Afghani lahir di Asadabad Afganistan
pada tahun 1838 sebagai seorang anak dengan kualitas Intelektual yang sangat
luar biasa. Ia meninggal dunia pada tahun 1897 M. Garis silsilah
al-Afghani sampai ke Rasulullah SAW.,
melalui Sayyidina Ali ra. Pada umur 18 tahun ia telah menguasai berbagai
cabang ilmu pengetahuan, filsafat, politik, ekonomi, hukum dan agama. Karena
keluasan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, maka pada saat umur 18 tahun
tersebut ia telah mempesona dunia intelektual dan politik dengan gaya
agitasinya yang sungguh menakjubkan.
Ketika baru berusia 22 tahun ia telah
menjadi pembantu bagi pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Di tahun 1864
ia menjadi penasehat Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian ia diangkat oleh
Muhammad A’zam Khan menjadi Perdana Menteri. Pengaruh agitasinya telah
melahirkan suatu revolusi di Afganistan (Kabul) yang memaksa dia harus
mengungsi ke India untuk kali pertama pada 1867, sebagai awal dari petualangan
keilmuan dan politiknya.
Jamaludin Al-Afgani adalah seorang pemimpin
pembaharuan dalam Islam yang tempat tinggal dan aktivitasnya berpindah dari
satu negara ke negara Islam lainnya. Pengaruh terbesar ditinggalkan di Mesir.
Ketika zaman Al Tahtawi buku-buku diterjemahkan sudah menyebar dan di
dalamnya terdapat salah satunya ide trias politika dan patriotisme,
maka pada tahun 1879 Al-Afgani membentuk partai al-Hizb al-Wathan (Partai Nasionalis) dengan slogan Mesir untuki
orang Mesir mulai kedengaran dengan memperjuangkan universal, kemerdekaan
pers dan pemasukan unsur-unsur Mesir ke dalam bidang militer.
Di India, ia juga merasa tidak bebas untuk
bergerak karena negara ini telah jatuh ke bawah kekuasaan Inggris, nampaknya
India adalah sebuah persinggahan sementara, karena ternyata pengaruh Jamaluddin
telah menumbuhkan semangat kebangsaan untuk melawan Inggris, yang sudah barang
tentu sangat dibenci oleh mereka. Maka pada tahun 1871 ia pergi ke Mesir untuk
kali ke dua dan menetap di sana selama 8 tahun (1879). Pada mulanya menjauhi
persoalan-persoalan politik Mesir dan memusatkan perhatian pada bidang ilmiah
dan sastra Arab.
Selama delapan tahun menetap di Mesir ia
pergi ke Paris, disini ia mendirikan perkumpulan “Al-Urwatul Wusqa” yang anggotanya terdiri dari orang-orang Islam
dari India , Mesir, Suria, Afrika Utara dan lain-lain. Diantara tujuan
yang ingin dicapai ialah memperkuat rasa persaudaraan Islam, membela Islam dan
membawa Islam kepada kemajuan. Kemudian di Paris inilah ia bertemu dengan
muridnya yang setia yaitu Muhammad Abduh dan kemudian ia kembali ke Istambul,
sampai akhir hayatnya.
Selama di Mesir al-Afghani mengajukan
konsep-konsep pembaharuannya, antara lain:
a.
Musuh utama adalah
penjajahan (Barat), hal ini tidak lain dari lanjutan perang Salib.
b.
Ummat Islam harus
menantang penjajahan dimana dan kapan saja.
c.
Untuk mencapai tujuan
itu ummat Islam harus bersatu (Pan
Islamisme)
Untuk mencapai usaha-usaha pembaharuan
tersebut di atas menurut al-Afgani:
a.
Rakyat harus
dibersihkan dari kepercayaan ketakhayulan.
b.
Orang harus yakin
bahwa ia dapat mencapai tingkat atau derajat budi luhur.
c.
Rukun Iman harus
betul-betul menjadi pandangan hidup, dan kehidupan manusia bukan sekedar ikutan
belaka.
d.
Setiap generasi
ummat harus ada lapisan istimewa untuk memberikan pengajaran dan pendidikan
pada manusia-manusia bodoh dan juga memerangi hawa nafsu jahat dan menegakkan
disiplin
Diantara
pokok pikiran Jamaluddin Al Afghani
adalah :
a.
Islam mengalami
kemunduran dan kejumudan berfikir bukan disebabkan oleh karena Islam tidak lagi
sesuai dengan perkembangan zaman, situasi dan keadaan masa kini, melainkan
karena umat Islam tidak mampu menginterpretasikannya dengan kemampuan ijtihad
dan kebanyakan umat Islam telah meninggalkan ajarannya dengan mengikuti ajaran
baru yang dimanipulisir untuk kepentingan asing.
b.
Bahwa kemunduran
Islam dilapangan politik disebabkan oleh : Desintegrasi politik atau perpecahan
dikalangan umat Islam, corak pemerintahan yang bersifat absolut
(otoriter), pemimpin negara yang tidak disukai oleh rakyat (tidak kredible),
mengabaikan masalah pertahanan atau militerisasi, administrasi dipegang oleh
mereka yang tidak berkompenten, adanya intervensi oleh negara asing. Untuk itu
diperlukan pola pemerintahan yang dapat menarik partisipasi masyarakat secara
aktif dalam bentuk demokratisasi dan terbentuknya majlis syuro yang menjamin adanya
partisipasi masyarakat secara komunal dan individual.
c.
Bahwa untuk
pembaharuan dan pengembangan semangat keIslaman perlu digalakan solidaritas
Islam dalam bentuk program aksi “Pan
Islamisme” . Gerakan Pan Islamisme tersebut berusaha melakukan pembaharuan
di bidang perpolitikan Islam dengan tujuan menyadarkan umat Islam dari bahaya
dominasi bangsa asing. Oleh sebab itu perlu diadakan kegiatan-kegiatan :
agitasi dan propaganda untuk menggerakkan kaum muslimin agar melakukan
pergerakan pemikiran dan pergolakan kebangsaan, melakukan gerakan anti Eropa
mulai tahun 1882 sebagai reaksi masuknya Inggris pada tahun 1880.
7. Muhammad Abduh
Muhammad Abduh lahir pada tahun 1848 M/ 1265 H
disebuah desa di Propinsi Gharbiyyah Mesir Hilir. Ayahnya bernama Muhammad
‘Abduh ibn Hasan Khairullah. Abduh lahir dilingkungan keluarga petani yang
hidup sederhana, taat dan cinta ilmu pengetahuan. Orang tuanya berasal dari
kota Mahallaj Nashr. Situasi politik yang tidak stabil menyebabkan orang tuanya
berpindah-pindah, dan kembali ke Mahallaj Nashr setelah situasi poltiki
mengizinkan.
Masa pendidikannya dimulai dengan pelajatan dasar membaca
dan menulis yang didapatnya dari orang tuanya. Kemudian sebagai pelajaran
lanjutan ia belajar Qur’an pada seorang hafiz. Dalam masa waktu dua tahun ia
telah menjadi seorang yang hafal al-Qur’an. Pendidikan selanjutnya ditempuhnya
di Thanta, sebuah lembaga pendidikan mesjid Ahmadi.
Abduh adalah seorang pemikir muslim
dari Mesir, dan salah satu penggagas gerakan modernisme Islam. Beliau belajar tentang
filsafat dan logika di Universitas Al-Azhar, Kairo, dan juga murid dari Jamal
al-Din al-Afghani, seorang filsuf dan pembaharu yang mengusung gerakan
Pan-Islamisme untuk menentang penjajahan Eropa di negara-negara Asia dan
Afrika.
Abduh diasingkan dari Mesir selama enam tahun pada 1882,
karena keterlibatannya dalam Pemberontakan Urabi. Di Libanon, Abduh sempat giat
dalam mengembangkan sistem pendidikan Islam. Pada tahun 1884, ia pindah ke
Paris, dan bersalam al-Afghani menerbitkan jurnal Islam The Firmest Bond. Salah satu karya Abduh yang terkenal adalah buku
berjudul Risalah at-Tawhid yang
diterbitkan pada tahun 1897.
Dia
terdaftar di al-Azhar pada tahun 1866. Abduh mempelajari logika, filsafat dan
mistisisme di Al-Azhar University di Kairo. Dia adalah seorang murid dari Jamal
al-Din al-Afghani, seorang filsuf dan pembaharu agama yang menganjurkan
Pan-Islamisme untuk melawan kolonialisme Eropa. Pada 1877, Abduh dianugerahi tingkat Alim dan ia mulai
mengajar logika, teologi dan etika di al-Azhar. Ia diangkat sebagai profesor
sejarah di Kairo guru akademi pelatihan Darul
Ulum pada tahun 1878. Ia juga ditunjuk untuk mengajar bahasa Arab di
Khedivial School of Languages. Abduh diangkat sebagai kepala editor dan al
Waqa al Misriyya surat kabar resmi Negara Mesir.
Untuk
mengimbangi serangan Kristen atas Islam, Muhammad Abduh berusaha mencoba
menjelaskan kembali (redefinisi)
ajaran Islam yang berbeda dengan Kristen. Muhammad Abduh telah berhasil
mengungkapkan delapan keunggulan Islam atas Kristen yaitu :
a.
Islam menegaskan bahwa menyakini keesaan Allah dan
membenarkan risalah Muhammad merupakan kebenaran inti ajaran Islam.
b.
Kaum Muslim sepakat bahwa akal dan wahyu berjalan tidak
saling bertentangan, karena keduanya berasal dari sumber yang sama.
c.
Islam sangat terbuka atas berbagai interprestasi. Oleh
karena itu, Islam tidak membenarkan adanya saling mengafirkan di antara kaum
muslim.
d.
Islam tidak membenarkan seseorang menyerukan risalah Islam
kepada orang lain, kecuali dengan bukti.
e.
Islam diperintahkan untuk menumbangkan otoritas agama,karena
satu-satunya hubungan sejati adalah hubungan manusia dengan tuhannya secara
langsung.
f.
Islam melindungi
dakwah dan risalah, dan menghentikan perpecahan dan fitnah.
g.
Islam adalah agama kasih sayang, persahabatan, dan mawaddah kepada
orang yangb berbeda doktrinnya.
h.
Islam memadukan antara kesejahteraan dunia dan akhirat.
Gerakan pembaharuan
Islam yang dilakukan oleh Muhammad Abduh tidak terlepas dari karekter dan
wataknya yang cinta pada ilmu pengetahuan. Gibb dalam salah satu karya
terkenalnya, Modern Trends in Islam, menyebutkan empat agenda pembaharuan
Muhammad Abduh yakni :
a. Purifikasi (pemurnian Akidah)
Purifikasi atau
pemurnian ajaran Islam telah mendapat tekanan serius dari Muhammad Abduh
berkaitan dengan munculnya bid`ahdan khurafah yang masuk dalam kehidupan beragama kaum muslim. Kaum muslim
tak perlu mempercayai adanyah karamah yang dimiliki para wali atau kemampuan
mereka sebagai perantara (wasilah) kepada Allah. Dalam pandangan Muhmmad Abduh,
seorang muslim diwajibkan mengindarkan diri dari perbuatan dari perbuatan Syirik.
b. Reformasi Pendidikan
Dalam
pembaruan Muhammad Abduh juga memperhatikan pendidikan pada masalah wanita,
yang menurutnya pada saat itu wanita telah dirampas oleh laki-laki. Dari
beberapa permasalahan diatas, maka dalam makalah sederhana ini penulis akan
mencoba untuk membahasnya tentang pembaharuan yang dilakukan Muhammad Abduh
terhadap pendidikan Islam di Mesir.
Reformasi pendidikan tinggi Islam difokuskan Muahammad Abduh
pada universitas almamaternya, Al-Azhar. Muhammad Abduh menyatakan bahwa
kewajiban belajar itu tidak hanya mempelajari buku-buku klasik berbahasa Arab
yang berisi dogma ilmu kalam untuk membela Islam. Akan tetapi, kewajiban
belajar juga terletak pada mempelajari sain-sain modern, serta sejarah dan
agama Eropa, agar diketahui sebaba-sebab kemajuan yang telah mereka capai. Usaha awal reformasi Muhammad Abduh adalah memperjuangan mata
kuliah filsafat agar diajarkan di Al-Azhar. Dengan belajar filsafat, semangat
intelektualisme Islam yang padam diharapkan dapat dihiduipkan kembali.
c. Pembelaan Islam
Muhammad Abduh lewat Risalah Al-Tauhidny tetap mempertahankan potret diri Islam.
Hasratnya untuk menghilangkan unsur-unsur asing merupakan bukti bahwa dia tetap
yakin dengan kemandirian Islam. Muhammad Abduh terlihat tidak pernah menaruh
perhatian terhadap paham-paham filsafat anti agama yang marak di Eropa. Dia
lebih tertarik memperhatikan serangan-serangan terhadap agama Islam dari sudut
keilmuan. Muhammad Abduh berusaha mempertahankan potret Islam dengan menegaskan
bahwa jika pikiran dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Hasil yang dicapainya
otomatis akan selaras dengan kebenaran illahi yang dipelajari melalui agama.
d. Pintu Ijtihad Tetap Terbuka
Agenda pembaharuan islam
Muhmmad Abduh berkaitan ijtihad dengan cara membuka kembali pintu ijtihadd. Menurutnya, kemunduran kaum muslim disebabkan oleh dua faktor
yaitu intelnal dan eksternal. Muhammad Abduh dengan refomulasinya
menegaskan bahwa Islam telah membangkitkan akal pikiran manusia dari tidur
panjangnya. Manusia tercipta dalam keadaan dalam keadaan tidak terkekang.
8.
Muhammad
Rasyid Ridha
Muhamrnad
Rasyid bin Al Ridha bin Syamsuddin bin Baha’uddin al-Qalmuni al-Husaini, Lahir
pada tanggal 27 jumadil awal tahun 1282 H / 1865 M di sebuah desa bernama
Qalmun, di sebelah selatan kota Tharablas (Tripoli) atau Syam, ayahnya yang
sangat muhtarom hingga tak heran jika anaknya tumbuh sebagai sosok anak yang
cerdas. Muhammad Rasyid Ridha dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan
keluarga terhormat dan taat beragama. Jika di telisik lebih jauh, ternyata
Rasyid Ridha memiliki pertalian darah dengan Husen Anak dari Ali bin Abi Thalib
dan Sayidina Fatimah (putri Rasulullah SAW).
Setelah
menamatkan pelajaran dilingkungan tempat tinggalnya, yang dinamai al-Kuttab,
Ridha dikirim oleh orangtuanya ke Tripoli ( Libanon ) untuk belajar di Madrasah
Ibtidaiyah yang mengajarkan ilmu nahwu, shorof, akidah, fiqih, berhitung dan
ilmu bumi, dengan bahasa pengantar adalah bahasa Turki, mengingat Libanon waktu
itu ada dibawah kekuasaan kerajaan Utsmaniyah.
Selain
menekuni pelajaran di sekolah tempat ia menimba ilmu, Rasyid Ridha juga rajin
mengikuti beberapa perkembangan dunia Islam melalui surat kabar Al-’Urwah Al-Wusqo (sebuah surat kabar
berbahasa Arab yang dikelola oleh Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh, dan
diterbitkan selama masa pengasingan mereka di Paris).
Melalui
surat kabar ini, Rasyid Ridha mengenal gagasan dua tokoh pembaru yang sangat
dikaguminya, yaitu Jamaluddin Al-Afghani, seorang pemimpin pembaru dari
Afghanistan, dan Muhammad Abduh, seorang pembaru dari Mesir. Ide-ide brilian
yang dipublikasikan itu begitu berkesan dalam dirinya dan menimbulkan keinginan
kuat untuk bergabung dan berguru pada kedua tokoh itu.
Keinginan
untuk bertemu dengan Al-Afghani ternyata belum tercapai, karena tokoh ini lebih
dahulu meninggal dunia. Namun, ketika Muhammad Abduh dibuang ke Beirut pada
akhir 1882, Rasyid Ridha berkesempatan berdialog serta saling bertukar ide
dengan Abduh. Pertemuan dan dialog dengan Muhammad Abduh semakin menumbuhkan
semangat juang dalam dirinya untuk melepaskan umat Islam dari belenggu
keterbelakangan dan kebodohannya.
Kegemarannya
dalam membaca kitab “Ihya Ulumiddin”
karya Imam al-Ghazali yang dibacanya berulang-ulang hingga benar-benar
mempengaruhi jiwa dan tingkah lakunya . Sampai beliau pernah berkata
“Aku
selalu berusaha agar jiwaku suci dan hatiku jernih, supaya aku siap menerima
ilmu yang bersifat ilham, serta berusaha agar jiwaku bersih sehingga mampu
menerima segala pengetahuan yang dituangkan kedalamnya”.
Dalam
rangka menyucikan jiwa inilah, Ridha menghindari makan-makanan yang lezat-lezat
atau tidur diatas kasur, mengikuti cara yang dilakukan kaum sufi.
Melalui
kuliah tafsir yang rutin dilakukan di Universitas Al-Azhar, Rasyid Ridha selalu
mencatat ide-ide pembaharuan yang muncul dalam kuliah yang diberikan Muhammad
Abduh. Selanjutnya, catatan-catatan itu disusun secara sistematis dan
diserahkan kepada sang guru untuk diperiksa kembali. Selesai diperiksa dan
mendapat pengesahan, barulah tulisan itu diterbitkan dalam majalah al-Manar.
Kumpulan tulisan mengenai tafsir yang termuat dalam majalah Al-Manar inilah
yang kemudian dibukukan menjadi Tafsir Al-Manar.
Tafsir
al-Manar yang bernama Tafsir al-Quran al-Hakim memperkenalkan dirinya sebagai
kitab tafsir satu-satunya yang menghimpun riwayat-riwayat yang shahih dan
pandangan akal yang tegas yang menjelaskan hikmah-hikmah syariah serta
sunnatullah yang berlaku terhadap manusia dan menjelaskan fungsi al-Qur'an
sebagai petunjuk untuk seluruh manusia disetiap waktu dan tempat serta
membandingkan antara petunjuknya dengan keadaan kaum Muslimin.
Diantara
pokok-pokok pikiran Rasyid Ridha adalah :
a. Bidang agama
Di
bidang agama, Rasyid Ridha mengatakan bahwa umat Islam lemah karena mereka
tidak lagi mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang murni seperti yang dipraktekkan
pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat. Melainkan ajaran-ajaran yang
menyimpang dan lebih banyak bercampur dengan bid’ah dan khurafat. Ia menegaskan
jika umat Islam ingin maju, mereka harus kembali berpegang kepada Al Quran dan
Sunah. Menurutnya, Al Quran dan Sunah harus dilaksanakan secara murni dan
konsekwen.
b. Bidang pendidikan
Di
bidang pendidikan, Rasyid Ridha berpendapat bahwa umat Islam akan maju jika
menguasai bidang ini. Oleh karenanya, dia banyak menghimbau dan mendorong umat
Islam untuk menggunakan kekayaannya bagi pembangunan lembaga-lembaga
pendidikan. Dalam bidang ini, Ridha pun berupaya memajukan ide pengembangan
kurikulum dengan muatan ilmu agama dan umum. Dan sebagai bentuk kepeduliannya,
ia mendirikan sekolah di Kairo pada 1912 yang diberi nama Madrasah Ad-Da’wah wa
Al-Irsyad.
c. Bidang politik
Dalam
bidang politik, Rasyid Ridha tertarik dengan ide Ukhuwah Islamiyah
(persaudaraan Islam). Sebab, ia banyak melihat penyebab kemunduran Islam,
antara lain, karena perpecahan yang terjadi di kalangan mereka sendiri. Untuk
itu, dia menyeru umat Islam agar bersatu kembali di bawah satu keyakinan, satu
sistem moral, satu sistem pendidikan, dan tunduk dalam satu sistem hukum dalam
satu kekuasaan yang berbentuk negara. Namun, negara yang diinginkannya bukan
seperti konsep Barat, melainkan negara dalam bentuk khilafah (kekhalifahan)
seperti pada masa Al-khulafa ar-Rasyidin. Dia menganjurkan pembentukan
organisasi Al-jami’ah al-Islamiyah (Persatuan Umat Islam) di bawah naungan
khalifah.
9. Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal dikenal sebagai pemikir dan penyair
hebat dan pejuang kemerdekaan Pakistan bersama Muhammad Ali Jinnah. Dialah sang pelopor pembentukan
Negara bagi kaum muslim India yang akhirnya terwujud dalam Negara Pakistan 10
tahun setelah beliau wafat. Ia juga meninggalkan karya-karya besar seperti
Javid Namah (Kitab Keabadian), sebagai buku sastra tersohor.
Iqbal lahir di Sialkot Punjab India 9 November 1877 dan
meninggal di Lahore Pakistan 21 April 1938. Berasal dari keluarga kelas
menengah yang banyak dibekali nilai-nilai Islam yang kuat. Bakat menulisnya
berkembang pesat di bawah bimbingan Maulwi Mirr Hasan. Lulus dari Scotch
Mission College di Sialkot, Iqbal pindah ke Lahore masuk ke Kolese Pemerintah
di Lahore dan mendapatkan guru Sir Thomas Arnold (seorang pakar Islam dan
Filsafat modern) dan tamat dengan predikat cumlaude. Setelah mendapat gelar
master dalam bidang filsafat, ia kemudian menjadi korektor Bahasa Arab di
Universitas Kolese Oriental Lahore dan juga mengajar di Universitas tersebut.
Ia kemudian melanjutkan studi tahun 1905 di Lincoln`s Inn di London untuk
menjadi pengacara. Setelah itu ia kembali belajar di Universitas Cambridge pada
jurusan Filsafat sambil mempersiapkan disertasi Doktor untuk Universitas Munich
Jerman. Disertasinya yang berjudul “Perkembangan Metafisika di Persia”
berhasil diselesaikan sehingga ia meraih gelar Doktor Filsafat tahun
1907.Sekembalinya dari Eropa, ia kembali bergabung di Kolese Pemerintah Lahore
sebagai Profesor Filsafat dan kesusasteraan Inggris.
Ketenaran Iqbal juga merambah dalam dunia politik. Tahun 1908
ia masuk di Komite Inggris Liga Muslim se-India. Ia juga terpilih menjadi
anggota Majelis Legislatif Punjab dan menjadi salah satu pemikir politik.
Pidato kepresidenan Liga Muslim India tahun 1930 menjadi dasar konseptual bagi
pembentukan Negara Pakistan, walaupun ia tidak menyebutkan nama Pakistan secara
eksplisit. Sebagai seorang pemikir, ia sangat prihatin dengankeadaan kaum
muslim India sehingga ia mengajukan konsep pembentukan Negara bagi golongan
kaum muslim.
Karya-karya sastra yang membuatnya amat terkenal adalah
syair-syair yang ditulis dalam bahasa Persia dan Urdhu antara lain “Asrar-I
Khudi )Rahasia diri), Payam-I Masyriq (Pesan dari Timur),Navid Namah (Kitab
Keabadian). Iqbal menderita sakit berkepanjangan antara tahun 1934-1938 dan
tanggal 21 April 1938 ia meninggal kemudian dimakamkan di Masjid Badshahi
Lahore.
10. Ayatullah Khomeini
Sayyid Ayatollah Ruhollah Khomeini adalah tokoh agama,
presiden, dan pemimpin umat Islam yang disegani dunia. Lahir di Khomein,
Provinsi Markazi, 24 September 1902 – meninggal di Tehran, Iran, 3 Juni 1989
pada umur 86 tahun. Khomeini juga tokoh Revolusi Iran dan Pemimpin Agung Iran
pertama. Ayatollah Ruhollah Khomeini belajar teologi di Arak dan kemudian di
kota suci Qom, di mana ia mengambil tempat tinggal permanen dan mulai membangun
dasar politik untuk melawan keluarga kerajaan Iran, khususnya Shah Mohammed
Reza Pahlavi.
Khomeini menyelesaikan studi fiqih dan ushul dengan seorang
guru dari Kasyan, yang sebelas tahun lebih tua darina, yaitu Ayatulllah Ali
Yasrebi Kasyani (meninggal 1959). Kemudian Khomeini mengikuti kelas Ha’eri.
Kalau Orang mengikuti kuliah seperti itu, berari ia memasuki tingkat tiga .
Ha’eri mengajar Dars-e Kharej (studi diluar teks). Pada tingkat ini tidak ada
buku pegangan, para siswa berusaha membentuk pendapatnya sendiri mengenai
soal-soal hukum. Inilah tahap pendidikan Final Khomeini.
Pada awal tahuan 1930-an, dia menjadi mujtahid dan menerima
ijazah untuk menyampaikan hadis dari empat guru terkemuka. Yang pertama dari
kempat guru itu adalah Muhsin Amin Ameli (wafat 1952), seorang ulama terkemuka
dari Libanon. Yang kedua adalah Syaikh Abbas Qumi (wafat 1959) ahli hadis terkemuka
dan sejarahwan Syiah. Qumi adalah penulis yang tulisannya digemari digemari di
Iran Modern, terutama bukunya yang berjudul Mafatih Al-Jinan (kunci surga).
Mafatih Al-Jinan diberikan kepada setiap sukarelawan perang setelah revolusi,
suatu praktek yang salh ditafsarkan lawan Khomeini. Guru ketiganya adalah Abdul
Qasim Dehkordi Isfahani (wafat 1934) seorang mullah terkemuka di Isfahan. Guru
keempatnya adalah Muhammad Reza Masjed Syahi (wafat 1943) yang datang di Qum
pada 1925 karena protes menentang kebijakan anti-Islam Reza Syah.
Setelah studi hukum dan fiqih di Qum, Khomeini juga
mempelajari dua tradisi Islam yang tidak lazim yaitu irfan dan hikamah.
Pelajaran inilah sangat besar dampaknya pada pandangan Khomeini mengenai
dirinya dan dunia . Irafan (gnosis adalah pengetahuan mistis dunia bathiniah
manusia yang mengupayakan keakraban dengan Allah0 merupakan tradisi spiritual
yang terdapat terutama di dunia Syiah. Hikmah yang diwarnai oleh sistem
pemikiran yang sepenuhnya logis dan skolastik, danjuga oleh eksplorasi
pengalaman tentang hakekat realitas puncak. Perwujudan lain irfan, yang juga
penting sehubungan dengan Khomeini, adalah syair mistis persia, kendati tidak
terbatas pada penyair Syiah saja, tapi juga pada penyair Sunni yaitu Jalaluddin
Rumi dan Hafiz.
Setelah mempelajari filsafat, Khomeini mulai mempelajari
tasawuf. Dia terutama tertarik kepada syarh-i fushush, sebuah ulasan oleh
Syarifuddin Daud Qaisari (wafat 1450) atas fushush Al-Hikmah, salah satu karya
Ibn Arabi yang memaparkan secara mistis sifat-sifat Allah yang tercermin dalam
sifat para Nabi seejak Adam hingga Muhammad. Pada 1937, Khomeini menulis ulasan
mengenai fushush tersebut.
Khomeini terpengaruh dari salah seorang gurunya , Syahabadi.
Khomeini perna berkata pada Syahabadi; yang anda katakan tidak ada dalam buku .
Dari mana itu? Jawab Syahabadi; itu pendapatku sendiri. Syahabadi adalah
seseorang yang tak suka bersikap diam. Dia salah seorang anggota kelompok kecil
mullah yang aktif menentang kebijakan Reza Syah, dan juga mempeengaruhi
pandangan politik Khomeni. Syahabadi menekankan pentingnya perencanaan untuk
mendidik dan mengoeganisasikan kaum muslimin.
Ujian pertamanya tiba pada tahun 1962 saat pemerintahan Shah
berhasil mendapatkan RUU yang menetapkan beberapa kekuasaan pada dewan provinsi
dan kota. Sejumlah pengikut Islam keberatan pada perwakilan yang baru dipilih
dan tak diwajibkan bersumpah pada al-Qur'an namun pada tiap teks suci yang
dipilihnya. Khomeini menggunakan kemarahan rakyat ini kemudian mengatur
pemogokan di seluruh negara yang menimbulkan penolakan pada RUU itu.
Sebagai Tokoh Agama, Khomeini memiliki basis dukungan rakyat
yang kuat. Khomeini menyampaikan khotbah di Faiziyveh School yang menuduh
negara berkolusi dengan Israel dan mencoba "mendiskreditkan
al-Qur-an." Penangkapannya yang tak terelakkan oleh polisi rahasia Iran, Savak, memancing kerusuhan besar-besaran
dan reaksi kekerasan yang biasa oleh pihak keamanan yang mengakibatkan kematian
ribuan orang. Khomeini terus susah selama tahun-tahun berikutnya dan pada
peringatan pertama kerusuhan pasukan Shah bergerak ke kota Qom, menahan Imam
sebelum mengirimnya ke pembuangan di Turki. Ia tinggal sebentar di sana selama
sebelum pindah ke Irak di mana melanjutkan perjuangan untuk menjatuhkan rezim
Shah. Pada 1978 pemerintahan Shah meminta Irak untuk mengusirnya dari Najaf,
lalu ia menuju Paris.
Ketokohan Ayatullah Khomeini semakin populer setelah
menjelang sampai kejatuhan Shah. Menyusul rangkaian kekacauan di Iran, keluarga
Shah meninggalkan Iran pada Februari 1979, sementara rakyat tumpah ruah di
jalanan jalan untuk menyambut kembalinya Khomeini dan 'Permulaan Revolusi
Islamnya'. Ayatullah Khomeini disambut ratusan ribu rakyatnya di bandara dan
ribuan orang lainnya berjajar sepanjang jalan kembali ke Teheran. Ayatollah
sudah sepantasnya memandang Iran sebagaimana dirinya, dan Khomeinipun menjadi
pemimpin dan tokoh agama. Teheran menjadi kursi kekuatan, jauh dari jantung
kota Qum. Pada 1981 Irak menyerang Iran. Perang itu berlangsung 8 tahun penuh
yang menghancurkan hidup jutaan muslimin di kedua pihak. Khomeini meninggal di
Teheran pada 3 Juni 1989.
D. Ibrah dari Peristiwa Perkembangan Islam pada Masa Modern
Ada beberapa pelajaran dan hikmah yang dapat dijadikan cerminan terhadap penghayatan akan
sejarah perkembangan Islam pada masa pembaruan ini, diantaranya ;
1.
Keyakinan bahwa Islam adalah agama universal (univer-salisme
Islam). Sebagai agama universal, Islam memiliki misi rahmah li al-‘alamin, memberikan rahmat bagi seluruh alam. Untuk
megembalikan masyarakat sepeperti yang dicita-citakan itu diperlukan konsistensi
menjaga nilai dan norma ajaran islam yang bersumber pada Al Qur’an dan Hadis.
Oleh karena itu, setiap aktifitas baik pribadi maupun kelompok jika
bertentangan dengan nilai-nilai ajaran islam akan kehilangan kekuatan untuk
menjadi masyarakat berperadaban.
2.
Dapat menjadi
pilihan ketika mengambil sikap. Dengan
memahami warisan pengalaman sejarah kaum muslimin yang mendorong munculnya
berbagai gerakan tajdid (pembaruan Islam) setelah mengalami keterpurukan yang
luar biasa akibat keserakahan penguasa muslim dan akibat emperialisme.
3.
Pembaruan akan
memberi manfaat berupa inspirasi untuk mengadakan perubahan-perubahan. Penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan mengedepankan sisi kemanfaatan masyarakat muslim akan menjadi
pusat peradaban dunia.
4.
Dalam sejarah,
dikemukakan pula masalah sosial dan politik yang terdapat di kalangan
bangsa-bangsa terdahulu. Semua itu agar menjadi perhatian dan menjadi pelajaran
ketika menghadapi permasalahan yang mungkin akan terjadi.
5.
Membangun masa depan berdasarkan pijakan-pijakan yang
telah ada di masa lalu sehingga dapat membangun negara senantiasa menjadi baldatun
tayyibatun wa rabbun gafur atau negara yang baik dan mendapat ampunan
dari Allah SWT
6.
Sejarah dapat dijadikan sumber inspirasi untuk membuat
langkah-langakah inovatif agar kehidupan menusia dapat damai dan sejahtera.
E.
Meneladani Tokoh-Tokoh Berprestasi dalam Perkembangan Islam pada Masa Modern
Ada beberapa
perlaku yang dapat dijadikan cerminan terhadap penghayatan akan sejarah
perkembangan Islam pada masa pembaruan ini, diantaranya :
1. Meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, karena atas pertolongan dan
petunjuk yang diberikan kepada
masyarakat islam karena keterpurukan yang telah sekian lama diderita akibat
kesalahan yang telah dilakukan.
2.
Kita dapat memahami dan menghayati
sejarah kebudayaan Islam untuk dijadikan renungan/ refleksi betapa berat
perjuangan tokoh-tokoh islam modern menghadapi situasi dan kondisi yang tidak
menguntungkan.
3.
Kita dapat meneladani sikap intelektual
dan semangat keislaman para tokoh pembaharu islam untuk megembalikan kejayaan
islam.
4.
Kita dapat meneladani semangat para
tokoh pembaharu yang rela berkorban mengemban misi menegakkan kebenaran
berdasar ajaran kitab suci dan tradisi nabi.
5. Dapat menumbuhkan
semangat menuntut ilmu dan menyebarkan ide-ide kreatif demi terciptanya tatanan
masyarakat islam yang dinamis dan berperadaban.
6. Dapat menumbuhkan
semangat amar makruf nahi mungkar yakni pembebasan masyarakat dari kebodohan,
keterbelakang, kemiskinan dan ketidakberdayaan akibat imperialism yang
berkepanjangan bagi masyarakat muslim.
Langganan:
Postingan (Atom)