Senin, 09 Februari 2015

PERKEMBANGAN ISLAM DI BENUA AMERIKA SERIKAT


1. Perkembangan Islam di Benua Amerika
a. Amerika Serikat
        Sejarah Islam di Amerika Serikat bermula sekitar abad ke 16, dimana Estevánico dari Azamor  seorang Berber dari Afrika Utara yang menjelajahi Arizona dan New Mexico untuk Kerajaan Spanyol. Estevanico datang ke Amerika sebagai seorang budak penjelajah Spanyol adalah Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah Amerika Utara. Walau begitu, kebanyakan para peneliti di dalam mempelajari kedatangan Muslim di AS lebih memfokuskan pada kedatangan para imigran yang datang dari Timur Tengah pada akhir abad ke 19.
        Selama tahun 1520-an telah didatangkan budak ke Amerika Utara dari Afrika. Diperkirakan sekitar 500 ribu jiwa dikirim ke daerah ini atau 4,4% dari total 11.328.000 jiwa budak yang ada. Diperkirakan sekitar 50% budak atau tidak kurang dari 200 ribu jiwa budak yang didatangkan berasal dari daerah-daerah yang dipengaruhi oleh Islam. 
        Menurut sumber lain, kedatangan paling awal imigran Muslim adalah antara tahun 1875 dan 1912 dari kawasan Suriah, Yordania, Palestina, dan Israel. Daerah ini dulunya dikenal sebagai Suriah Raya yang diperintah oleh Kekaisaran Ottoman. Setelah Kekaisaran Ottoman runtuh pada Perang Dunia I (PD I), terjadi gelombang kedua imigrasi kaum Muslim dari Timur Tengah, dimana dalam periode ini pula dimulainya kolonialisme Barat di Timur Tengah.
        Pada tahun 1924, aturan keimigrasian AS disahkan, yang segera membatasi gelombang kedua imigrasi ini dengan memberlakukan "sistem kuota negara asal". Periode imigrasi ketiga terjadi pada 1947 sampai 1960, dimana terjadi peningkatan jumlah Muslim yang datang ke AS, yang kini berasa dari negara-negara di luar Timur Tengah. Gelombang keempat kemudian terjadi pada tahun 1965 disaat Presiden Lyndon Johnson menyokong rancangan undang-undang keimigrasian yang menghapuskan sistem kuota negara asal yang sudah bertaha lama.
        Di AS, ada sekitar 1.209 Masjid, dimana yang terbesar adalah Islamic Center of America yang terletak di Dearborn, Michigan. Dibangun pada 2005, Masjid ini dapat menampung lebih dari 3.000 jamaah yang terus tumbuh di wilayah itu. Hanya kurang dari 100 unit yang benar-benar dari awal dirancang sebagai Masjid, kebanyakan jamaah Islam di AS pada awalnya beribadah di bangunan-bangunan yang semula didirikan untuk tujuan lain, seperti bekas stasiun pemadam kebakaran, teater, gudang, dan toko.
   Menurut Lembaga Survey Pew pada tahun 2007, dua pertiga Muslim di AS adalah keturunan asing. Di antara mereka telah bermigrasi ke AS sejak tahun 1990. Sedangkan sepertiga dari Muslim AS adalah penduduk asli yang beralih ke Islam, dan keturunan Afro Amerika. Pada tahun 2005, menurut New York Times, lebih banyak lagi orang dari negara-negara Muslim yang menjadi penduduk AS - hampir 96.000 - setiap tahun dibanding dua dekade sebelumnya.
        Sedangkan menurut Council on American-Islamic Relations (CAIR),  jemaah masjid Sunni yang diperuntukkan bagi umum di AS berasal dari latar belakang bangsa yang berbeda: Asia Selatan (33%),  Afro Amerika  (30%),  Arab (25%),  Eropa (2,1%), Amerika kulit putih (1,6%),  Asia Tenggara (1,3%), Karibia (1,2%), Turki Amerika  (1,1%),  Iran Amerika (0,7%), dan Hispanik/Latin (0,6%).
        Komunitas Muslim pertama berada di Midwest. Di Dakota Utara, kaum Muslim berkumpul untuk salat berjamaah di tahun-tahun pertama era 1900-an, di Indiana, sebuah pusat kegiatan Islam dimulai sejak 1914, dan Cedar Rapids, Iowa, adalah rumah bagi Masjid tertua yang masih digunakan hingga sekarang. Daerborn, Michigan, dipinggiran Detroit, adalah tempat Muslim Sunni dan Syiah dari banyak negara Timur Tengah. Bersama umat Kristen dari Timur Tengah, kaum Muslim Michigan membentuk komunitas Arab-Amerika terbesar di negara ini. Galangan kapal di Quincy, Massachusetts, diluar Boston, menyediakan lapangan kerja bagi imigran Muslim sejak tahun 1800-an. Di New England juga telah dibuat sebuah Islamic Center, yang kini menjadi kompleks Masjid besar untuk beribadah bagi para pelaku bisnis, guru, profesional, serta pedagang dan buruh. Di New York, Islam telah hadir dan muncul selama lebih dari satu abad.
        Rumah pertama yang lain bagi imigran Muslim adalah Chicago, Illinois, dimana beberapa orang menyatakan jumlah Muslim yang tinggal disini pada awal 1900-an adalah yang terbanyak di antara kota-kota lain di AS. Lebih dari 40 kelompok Muslim telah berdiri di kawasan Chicago. Di Los Angeles dan San Fransisco, California, juga telah menjadi pusat komunitas Muslim yang besar di AS.
   Karena dalam Islam perbuatan riba diharamkan oleh agama, sebagian Muslim merasa kesulitan ketika harus mendanai dan mengembangkan usahanya. Sebagian besar lembaga keuangan dan perbankan di AS masih bersifat konvensional, dimana mereka menerapkan sistem berbunga. Namun sejak beberapa tahun lalu, sebagian lembaga keuangan dan korporasi mulai mencari cara untuk membantu Muslim AS. Beberapa program pendanaan lokal ala Islam baru-baru ini telah dimulai atau sedang dalam tahap perencanaan.
1)  Korporasi Pengembangan Komunitas Phillips (Phillips Community Development Corp.) maupun Badan Pengembangan Komunitas Minneapolis (Minneapolis Community Development Corp.), masing-masing telah memberi dana bagi pemiliki usaha Islam dengan biaya administrasi sebagai pengganti bunga.
2)  Konsorsium Minneapolis dari Para Pengembang Komunitas (Minneapolis Consortium of Community Developers) telah menyediakan dua pendanaan berdasarkan biaya untuk usaha-usaha Islami sebagai proses awal.
3)  Delsan Auto Dealer, tempat usaha mobil bekas miliki seorang Somalia, menyediakan pendanaan bebas bunga kepada pelanggannya.
4)  Kelompok Twin Cities sedang berupaya untuk membentuk perserikatan kredit secara Islam.
5)  Bank-bank seperti Wells Fargo & Co. dan University Bank tengah mencari jalan bagaimana mereka bisa membantu usaha Islam.
   Perkembangan islam di AS teroganisir dengan baik, diantara organisasi Islam di AS adalah :
1)  Kelompok yang paling besar adalah American Society of Muslims (ASM atau Masyarakat Muslim Amerika), pengganti Nation of Islam, yang lebih dikenal sebagai Black Muslim. Kelompok ini dipimpin oleh Warith Deen Mohammed. Tidak begitu jelas berapa Muslim Amerika yang mengikuti kelompok ini. Kepercayaan kelompok ini juga berbeda dengan kepercayaan Islam pada umumnya, mereka tidak mengenali Muhammad adalah Rasul Allah yang terakhir.
2)  Kelompok terbesar kedua adalah Islamic Society of North America (ISNA atau Masyarakat Islam Amerika Utara). ISNA adalah suatu asosiasi organisasi-organisasi Muslim dan perorangan untuk mempresentasikan Islam. Kelompok ini dibuat oleh imigran, beberapa etnis Kaukasia dan sekelompok kecil Afro Amerika yang masuk Islam. Jumlah anggotanya baru-baru ini mungkin telah melampaui ASM. Konvensi tahunan ISNA mungkin adalah pertemuan Muslim paling besar di AS. Organisasi ini telah dikritik karena menyebarkan ajaran Wahabi dan karena memiliki hubungan dengan terorisme.
3)  Kelompok terbesar ketiga adalah Islamic Circle of North America (ICNA atau Lingkaran Islam Amerika Utara). ICNA adalah kelompok Islam yang tidak memandang kesukuan, terbuka bagi semua, dan mandiri. Kelompok ini dibentuk oleh imigran, Amerika kult putih, dan Afro Amerika yang masuk Islam. Kelompok ini sedang tumbuh, dan juga bisa lebih besar dari ASM disaat sekarang. Divisi mudanya adalah Young Muslims atau Muslim Muda.
4)  Islamic Supreme Council of America (ISCA atau Dewan Tertinggi Muslim Amerika) mewakili banyak Muslim AS. Tujuannya adalah menyediakan solusi-solusi bagi Muslim Amerika, yang berlandaskan hukum Islam. ISCA bekerja keras untuk mengintegrasikan ajaran Islam dalam memecahkan isu-isu zaman demi memelihara keyakinan Islam ditengah masyarakat yang sekuler.
5)  Islamic Assembly of North America (IANA Himpunan Islam Amerika Utara), adalah suatu organisasi Muslim terkemuka di AS. Menurut situs mereka, di antara sasaran IANA adalah "mengkoordinir dan mempersatukan usaha-usaha dari dakwah yang berbeda, mengorientasikan organisasi (Islam) di Amerika Utara atau mengarahkan umat Muslim untuk bertahan pada metodologi Islam". Untuk mencapai sasarannya, IANA menggunakan sejumlah alat, metode, konvensi, rapat anggota, lembaga, institusi, akademi berorientasi dakwah, dan lain-lain.
6)  Muslim Students' Association (MSA atau Asosiasi Pelajar-pelajar Muslim), adalah suatu kelompok yang diperuntukkan bagi pelajar Islam di perguruan tinggi Kanada dan Amerika Serikat. MSA juga sering dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, seperti pengumpulan dana untuk tunawisma selama Ramadhan.
7)  Islamic Information Center (IIC atau Pusat Informasi Islam) adalah organisasi yang dibentuk untuk memberi informasi kepada publik, sebagian besar melalui media, seputar Islam dan umat Muslim
      Organisasi politik Islam di AS berkepentingan untuk mengakomodasi kepentingan Muslim disana. Organisasi seperti American Muslim Council aktif terlibat menegakkan hak asasi dan hak warga negara bagi setiap orang Amerika.
1)  Council on American-Islamic Relations (CAIR atau Dewan Hubungan Islam-Amerika), adalah organisasi Islam paling besar yang mengakomodasi kepentingan Muslim di AS. CAIR menggambarkan organisasinya sebagai organisasi yang moderat di DPR Amerika dan arena politik Amerika. CAIR juga mengutuk semua aksi terorisme, dan sedang bekerjasama dengan Gedung Putih mengenai isu-isu keselamatan dan politik luar negeri. CAIR adalah lembaga pembela hak-hak warga Muslim AS yang paling besar dan mempunyai 35 kantor. Selain memiliki advokasi terhadap kaum Muslim juga meningkatkan pemahaman Islam, mendorong tanya jawab, melindungi kebebasan-kebebasan sipil, memberdayakan Islam di Amerika, dan membangun kesatuan dan mempromosikan keadilan dan saling pengertian.
2)  Muslim Public Affair Council (MPAC atau Dewan Permasalahan Masyarakat Islam), adalah suatu jawatan pelayanan bagi masyarakat Muslim Amerika. Berpusat di Los Angeles, California dan memiliki cabang di Washington, DC. MPAC didirikan pada 1988. Tujuan orgaisasi ini adalah untuk memperkenalkan identitas Muslim Amerika, mengembangkan suatu organisasi yang aktif, dan juga pelatihan bagi generasi masa depan baik pria dan wanita untuk berbagai visi. MPAC juga bekerja untuk memperkenalkan Islam dan Muslim secara akurat melalui media massa, mendidik masyarakat Amerika mengenai Islam, persahabatan dengan masyarakat yang berbeda dan menjalin hubungan dengan para pembuat dan pengambil keputusan (pemerintah).
3)  American Islamic Congress, adalah organisasi kecil dan moderat yang memperkenalkan pluralisme.
4)  Free Muslims Coalition, dibentuk untuk menghapus dukungan terhadap Islam radikal dan terorisme serta memperkuat institusi yang demokratis di Timur Tengah dan Dunia Islam dengan mendukung usaha reformasi Islam.
  Serangan 11 Sepetember 2001 ke gedung WTC dan Pentagon adalah bencana bagi Amerika dan umat Muslim sedunia. Pasca serangan, berbagai tudingan dilontarkan kepada Islam dan ummatnya. Banyak serangan-serangan yang terjadi tehadap Muslim Amerika setelah kejadian itu, walaupun ini terbatas pada kelompok minoritas kecil.
  Menurut survey yang dilakukan pada 2007, 53% Muslim Amerika menganggap bahwa menjadi lebih sulit menjadi seorang Muslim (di AS) setelah serangan itu. Wanita Muslim yang menggunakan hijab/jilbab diganggu, menyebabkan beberapa wanita Muslim lebih memilih untuk tinggal dirumah, sedangkan yang lainnya untuk sementara meninggalkan praktik (pekerjaan)

b. Brazil
        Sejarah Islam di Brasil dimulai dengan masuknya orang-orang Afrika dalam bentuk perbudakan. Sejak tahun 1550, orang Portugis telah menggunakan budak bangsa Afrika untuk bekerja di kebun tebu yang sebelumnya dimusnahkan oleh penduduk setempat. Brasil menerima 37% dari seluruh budak Afrika yang diperdagangkan, berjumlah sekitar 3 juta orang.
        Sebagian sarjana menyatakan, Brasil merupakan negara Amerika yang paling banyak menerima muslim bangsa Afrika. Tahun 1835, di Bahia, muslim berbagai bangsa pernah mengadakan suatu pemberontakan. Peristiwa itu menyebabkan banyak orang terbunuh. Sejak itu, Portugis berjaga-jaga terhadap Afro-muslim, termasuk memaksa mereka menganut agama Katolik. Walaupun demikian, komunitas muslim di Brasil tidak dapat dienyahkan begitu saja. Hingga tahun 1900, tercatat masih terdapat 10.000 Afro-muslim yang hidup di Brasil.
        Setelah masa asimilasi paksa terhadap Afro-muslim, perkembangan Islam di Brasil telah memasuki suatu era yang baru dengan adanya imigran muslim Timur Tengah ke negara ini. Kebanyakan mereka berasal dari Suriah. Setiap harinya di kota Sao Paulo, Brasil, terdapat tiga warga Brasil yang masuk Islam. Demikian berita sebagaimana dilansir oleh salah satu lembaga Islam di negeri itu. Namun lembaga tersebut belum mendapatkan informasi secara pasti mengenai jumlah kaum muslimin di Brasil.
      Sedangkan menurut otoritas Islam yang ada, muslim di Brasil berjumlah sekitar 1 juta hingga 1,5 juta orang. Jumlah itu tampaknya merupakan jumlah akumulatif yang menghitung jumlah kaum muslimin, baik para imigran maupun penduduk asli Brasil yang telah masuk Islam. Berdasarkan surat kabar terbitan setempat, jumlah penduduk muslim di Brasil sekitar 56.000 sampai 70.000 orang.
        Mayoritas penduduk Brasil yang masuk Islam berasal dari kalangan pemuda dan pemudi. Fenomena ini menunjukkan, Islam tengah mendapat sambutan hangat di Brasil. Sejumlah pengamat mengatakan, biasanya fenomena tersebut diawali adanya kerusakan moral dalam keluarga dan ketidakstabilan keluarga mereka. Dalam pencarian mereka, mereka pun kemudian masuk Islam ketika mereka mempelajari isi kandungan ajaran Islam yang menurut mereka dapat membawa solusi bagi permasalahan yang tengah mereka hadapi.
        Sejak kapan agama Islam masuk ke Brasil? Dari berbagai tulisan disebutkan, Islam masuk ke Brasil sejak abad ke-16 dan 17 Masehi melalui para budak dari Afrika yang menggunakan bahasa Portugis. Sejak itu, agama Islam berkembang di negara ini. Beberapa waktu kemudian, agama Islam kemudian semakin berkembang dengan adanya kedatangan para imigran Arab.
        Brasil pernah mencatat sejarah dalam penyebaran Islam di Amerika Latin. Masjid pertama kali yang dibangun di wilayah itu adalah Masjid Raya Sao Paulo di Brasil, yang mulai digagas tahun ‘30-an. Tahun 1939, tokoh-tokoh muslim Brasil saweran membeli lahan. Peletakan batu pertamanya dilakukan pada tahun 1948 dan baru berakhir pembangunannya tahun 1960. Lamanya pembangunan masjid tak lepas dari sulitnya upaya penggalangan dana yang dilakukan umat Islam di negeri tersebut. Begitu pembangunan masjid rampung, umat Islam sudah tersebar ke seantero Brasil. Di daerah-daerah baru itu, mereka juga mendirikan masjid. Jumlah masjid pun kian berkembang dan tak hanya di Sao Paulo. Sedangkan madrasah mulai berdiri di Brasil sejak tahun ‘60-an.
        Pertama kali madrasah berdiri di Sao Paulo, daerah yang paling banyak dihuni umat Islam. Setelah itu, berdiri pula madrasah di wilayah Cortiba dan beberapa tempat lainnya. Madrasah digunakan sebagai semacam diniyah, yaitu untuk mengajarkan ilmu agama dan bahasa Arab.
   Syaikh Khalil Saifi, koordinator The Center of Divulgation of Islam to Latin America, yang berpusat di Sao Bernardo do Campo, menyatakan, dakwah Islam di negeri ini baru sebatas menghadirkan Islam dan membantu masyarakat Brasil mengenal Islam. Selain itu juga memelihara hubungan mereka dengan bahasa dan juga kebudayaan Islam. "Orang Brasil yang datang ke sini pastilah sebelumnya bersentuhan terlebih dahulu dengan komunitas muslim Arab," ujarnya.
   Problem lainnya, saat ini Brasil amat kekurangan dai dan guru agama, meski masjid dan madrasah banyak berdiri di Brasil. Kondisi ini memang sangat disayangkan. Pada saat masjid dan madrasah sudah berdiri, juru dakwah dan mereka yang berpengalaman dalam bidang agama masih sangat minim sehingga pengelolaannya tidak maksimal.
   Mingguan berbahasa Arab, Al-'Alam Al-Islamy, edisi 29 Agustus 2011, mengungkapkan, umat Islam di Brasil sejak lama telah berupaya untuk mendirikan sarana ibadah berupa masjid dan madrasah. Bagi mereka, upaya ini tentu bukan hal yang mudah. Islam merupakan minoritas.

c. Argentina
        Peran kaum pendatang dari Timur Tengah, seperti Suriah dan Lebanon, menjadikan dakwah Islam di Argentina terlihat kian ramai. Para pendatang itulah yang justru banyak memperkenalkan Islam kepada penduduk Argentina. Mereka bermigrasi ke wilayah Argentina pada awal abad ke-20, dan membentuk permukiman di tengah-tengah penduduk asli. Mereka hidup rukun dan damai tanpa ada rasa curiga dan permusuhan.
        Namun, jauh sebelum kedatangan kaum imigran Suriah dan Lebanon ini, komunitas Muslim sudah terbentuk di tanah Argentina. Kedatangan para imigran Muslim pertama ini bersamaan dengan kedatangan para penjelajah berkebangsaan Spanyol dan Portugis di wilayah Argentina. Jumlah imigran Muslim ini terus bertambah setelah Argentina menjadi wilayah koloni Spanyol.
        Di antara imigran Arab yang terkenal adalah keluarga Menem, yang berasal dari Suriah dan pemeluk Islam. Mantan presiden Argentina, Carlos Menem, merupakan salah satu keturunan keluarga imigran Suriah ini. Meski leluhurnya adalah pemeluk Islam, ia sendiri merupakan seorang penganut Katolik Roma. Karena faktor agama inilah, Carlos Menem diizinkan untuk ikut mencalonkan diri sebagai presiden Argentina. Dalam aturan konstitusi yang berlaku, presiden Argentina haruslah seorang pemeluk Katolik Roma. Namun, aturan ini dihapuskan dalam reformasi konstitusi tahun 1994.
        Diperkirakan, saat ini terdapat sekitar 3,5 juta penduduk Argentina keturunan Arab. Para keturunan Arab Argentina ini tidak hanya memeluk agama Islam, tetapi juga pemeluk Kristen dan Yahudi. Bahkan, bisa dikatakan sebagian besar keturunan imigran Arab ini adalah orang Kristen serta Yahudi, dan mungkin hanya kurang dari seperempat keturunan imigran Arab yang benar-benar Muslim. Keberadaan Islam di Argentina juga bisa dilihat dari sejumlah nama tempat dan kota di negara ini, yang menggunakan istilah-istilah yang berakar dan berasal dari bahasa umat Islam, yakni bahasa Arab.
        Dr Youssef Mroueh, dari Preparatory Commitee for International Festivals to celebrate the millennium of the Muslims arrival to the Amricas, dalam esainya yang berjudul Precolumbian Muslims in America menyebutkan, di kawasan Argentina terdapat nama kota-kota Cordoba dan Bahia.
        Cordoba merupakan nama sebuah kota di masa kekhalifahan Islam yang pernah berkuasa di wilayah Spanyol saat ini. Di Argentina, Cordoba merupakan nama ibu kota salah satu provinsi di Argentina yang berada sekitar 700 kilometer arah barat laut Buenos Aires. Sementara dalam sejarah peradaban Islam, Bahia merupakan salah satu istana peninggalan kejayaan Islam yang berada di Kota Marrakech, Maroko. Sedangkan di Argentina, terdapat sebuah kota bernama Bahia Blanca. Kota ini berada di sebelah barat daya ibu kota Argentina, Buenos Aires.

d. Meksiko
        Agama Islam sampai ke Meksiko melalui perantara imigran asal Timur Tengah. Adalah sebuah buku karya Pascual Almazan berjudul Un hereje y Un Musulman yang mengisahkan seorang Muslim bernama Yusof bin Alabaz, menjadi petunjuk tentang kedatangan Islam pertama kali ke negara ini.
        Berdasarkan buku tersebut, Yusof hidup pada abad ke-16. Dia tinggal di Andalusia namun selamat dari serbuan balasan kaum Nasrani di sana. Yusof lantas melarikan diri ke Maroko. Akan tetapi, di tengah perjalanan, dia ditawan oleh perompak yang kemudian membawanya ke Meksiko. Karena takut dijadikan budak, dia pun berusaha melepaskan diri dan berhasil. Setelah itu, beberapa tahun kemudian Yusof tinggal di sebuah kawasan bernama Veracruz dan menyebarkan agama Islam kepada penduduk setempat.
   Dari situlah, agama Islam berkembang ke seluruh wilayah negeri. Terlebih ketika kian banyak berdatangan para imigran dari Timur Tengah. Begitulah sejarahnya. Tidak ada bukti konkret yang menyebutkan bahwa Islam telah ada di negara tersebut sebelum datangnya imigran Arab. Saat ini di negara tersebut memang banyak terdapat imigran Timur Tengah. Mereka berasal dari Lebanon, Maroko, Mesir, dan Suriah. Namun, tidak diketahui berapa jumlah pemeluk Islam di antara mereka. Barulah ketika dosen dari Georgetown University, Theresa Velcamp, mengadakan penelitian tahun 1999, diketahui sedikit banyak tentang mereka.
        Menurut dia, imigran asal Suriah dan Lebanon merupakan komunitas imigran terbesar dengan estimasi 200 ribu jiwa. Selain itu, umat Muslim kebanyakan tinggal di kota-kota besar seperti Mexico City, Monterey, Guadalajara, Ciudad Obregon, dan Chiapas
        Suku Indian di Meksiko berbondong-bondong memeluk agama Islam. Pemerintah pun mulai ‘gerah’. Setelah lama menjadi basis penganut Katolik, wilayah selatan Meksiko secara cepat berubah bagai medan pencarian iman. Termasuk pula agama Islam, yang tercatat berhasil menanamkan pengaruhnya setelah ratusan kaum Indian Maya beralih menjadi Muslim. Dan pemerintah Meksiko pun dibuat khawatir terhadap merebaknya ‘benturan budaya’ di halaman belakang mereka sendiri. “Dalam agama Islam, tidak mengenal perbedaan suku serta etnis,” ungkap seorang mualaf dari suku Maya kepada media Jerman, Der Spiegel, saat ditanya alasannya berpindah agama. Ia mengaku belajar banyak agama sebelum akhirnya memilih Islam sebagai agamanya. Rasa antusiasmenya terhadap agama ini bisa dimengerti. Di kampung halamannya di Chiapas, wilayah paling miskin di Meksiko, suku tradisional kerap dipandang sebagai warga kelas dua. Orang kulit putih dan Mestizos pun selalu mengancam mereka. Bahkan, di kota San Cristobal de las Casas, kota terbesar di selatan, orang-orang asli Indian harus menyingkir ke jalan ketika ada orang kulit putih mendekati mereka di trotoar.
   Sekitar 300 Indian dari suku Tzozil, juga telah beralih memeluk Islam dalam beberapa tahun belakangan dan jumlahnya masih terus meningkat. Fakta tersebut jelas merisaukan pemerintah Meksiko. Akibatnya, pemerintah mencurigai para mualaf ini dengan tuduhan melakukan aktivitas subversif dan telah menyebar agen dinas rahasia untuk mengamati suku Maya-Muslim ini. Kendati demikian, kaum Indian tidak mau terpengaruh dengan kekhawatiran dari pemerintah, mulai dari tuduhan menjadi kaum ekstrimis, mancampuri urusan politik, atau apa pun namanya. Hanya satu hal yang mereka ingin lakukan, yakni beribadah sebaik-baiknya.

2. Perkembangan Islam di Benua Eropa
a.  Inggris
              Sejarah pertumbuhan komunitas muslim di Inggris hampir serupa apa yang dialami di Prancis, yaitu melalui proses imigrasi. Imigrasi muslim ke Inggris mulai berlangsung pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 melalui pendaratan para pelaut yang direkrut oleh East India Cornpany (Perusahaan India Timur) dari Yaman, Gujarrat, Sind. Assam. dan Bengal.
              M. Ali Kettani, dalam bukunya "Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini" mengatakan imigran pertama ke Inggris adalah orang Yaman dari Aden. Mereka rnenghimpun diri di Cardif dan di situ membangun salah satu masjid pertama di negeri itu pada tahun 1870. Sebelum pergantian abad datang kelompok muslirn lain dari India dan menetap di dekat London, di sana mereka membangun masjid Shah Jehan di Woking.
              Sekitar abad ke-19, sejumlah pengusaha muslim juga telah berniaga ke kerajaan Inggris. Salah satunya adalah perusahaan terkenal "Mohamed’s Baths” yang didirikan oleh Sake Deen Muhamed (1750-1851). Selain pekerja dan pedagang, pada akhir abad ke-19 mulai masuk juga kelompok intelektual ke Inggris. Hal ini terlihat tatkala pada periode antara 1893 hingga 1908, sebuah jurnal mingguan bernuansa Islami dengan nama "The Cresent", mulai disebarkan di Liverpool. Pendiri jurnal ini adalah seorang muslim keturunan bangsawan Inggris yang bernama William Henry Quilliam, yang dikenal sebagai Syekh Abdullah Quilliam, yang berprofesi sebagai pengacara. Dia masuk Islam pada tahun 1887 setelah lama bermukim di Aljazair dan Maroko. william Henry Quilliam bahkan memelopori pembangunan sebuah masjid yang sangat aktif dan menjadi pusat dakwah di wilayah Inggris.
              Pada tahun 1930-an, gagasan rencana pembangunan masjid pusat di London juga muncul sebagai respons atas pembangunan masjid di Paris pada tahun 1926 yangjuga mendapat perhatian dara Raja Goerge IV pada tahun 1944. Namun berbagai kendala seperti terjadinya Perang Dunia II dan masalah yang dihadapi pemerintah lnggris akibat kemerdekaan India dan Pakistan, menyebabkan pembangunan masjid tertunda hingga tahun 1970-an. Baru pada tahun 1977, Masjid Pusat London dengan Islamic Cultural Center (Pusat Kebudayaan Islam)-nya akhirnya diresm ikan dan dewasa ini menjadi terkenal. Sampai tahun 1990 jumlah masjid di Inggris telah mencapai 452.
              Sehubungan dengan terbitnya "Commonwealth Immigration Act" (Undang-undang Imigrasi Persemakmuran), tahun 1962, yang semakin memberikan kemudahan untuk menjadi warga negara Inggris bagi warga negara bekas jajahan Inggris, juga turut rnendorong laju migrasi ini. Pada tahun 1951, penduduk muslim di negara itu diperkirakan baru mencapai 23.000 jiwa. Sepuluh tahun belakangan, populasi penduduk muslim di Inggris mcniadi 82.000, dan pada tahun l97l sudah mencapai 369.000 jiwa.
   Dan saat ini. jumlah penduduk muslirn di Inggris sekitar 2 juta jiwa. Demikian menurut M. Ali Kettani dan Philip Lewis, yang menyebutkan angka lebih besar, yakni sekitar 2 juta. Hampir separuh dari jumlah keseluruhan kaum muslim di Inggris tinggal di London dan wilayah sekitarnya. Sekitar dua pertiga sisanya bermukim di West Midlands, Yorkshire, Glasgow, dan wilayah-wilayah di sekitar Manchester.
              Pola distribusi pemukiman muslim tidak merata, baik secara geografis maupun etnis. Kendati demikian, ada konsentrasi tertentu, misalnya penduduk muslim India di West Midlands, Arab dan Iran di Cardif Liverpool, dan Birmigham. Turki-Cyiprus di wilayah Timur London, serta Pakistan dan Bangladesh di Bradford.
              Dari perspektif mazhab, muslim di Inggris mayoritas berrnazhab Hanafi, sisanya Syafi, Ja'fari atau Ismaili. Selama periode pertama permukiman, titik berat pembagunan institusi muslim di Inggris adalah pendirian sarana peribadatan dan sarana untuk menyampaikan ajaran dan praktik ajaran.lslam kepada generasi penerus. Usaha ini cenderung terpusat di seputar masjid. Sehingga hal ini tidak mengherankan jika kemudian perkembangan jumlah masjid di Inggris dan sekitarnya mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Misalnya masjid pusat di London, masjid Shah Jehan Woking, Masjid Nour al-lslam di Cardiff, dan masjid-masjid di Conventry, Liverpool, Preston, Birmingham, Manchester, Nottingham dan dibeberapa wilayah lainnya.
              Organisasi berjaringan luas seperti Jamaah Islami dengan anak organisasinya seperti United Kingdom Islamic Mission (Misi Islam Inggris Raya) dengan Islamic Foundation (Yayasan Islam)-nya yang terutama bergerak di bidang dakwah, pelatihan, penelitian, dan penerbitan. Mereka misalnya menerbitkan majalah dwi mingguan Impact International, di samping buku-buku terjemahan dan riset-riset dalam bidang ekonomi Islam.
              Pada tahun 1980-an, muncul kemudian organisasi dari jenis yang lain, yakni The Council of Mousques in the UK and Eire (Dewan Masjid Inggris dan Irlandia). Organisasi ini dibentuk atas dorongan Rabitha al-'Alam al-Islami cabang London untuk merespon rencana kebijakan pendidikan multikultural yang dicanangkan pemerintah Inggris pada tahun 1985. Pada saat bersamaan, muncul juga Council of Imams and Mousques (Dewan Imam dan Masjid) yang didirikan atas inisiatif mantan direktur Islamic Cultural Center di London, Dr. Zaki Badawi.
              Agama Islam di Inggris dalam beberapa dekade terakhir ini, juga sangat berkembang di kalangan akademisi dan universitas di berbagai perguruan tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan digelarnya berbagai kegiatan dan juga munculnya Islamic Society. Salah satunya kegiatan yang dilakukan University of Essex, Colchester dengan mengelar "lslamic Awarness" yang diisi antara lain dengan pameran pengetahuan pengenal Islam, pameran halal food dan konferensi Islam yang berjudul “lslam Beyon the Viel". Konferensi yang diikuti lebih dari 200 peserta, separuh di antaranya adalah warga Inggris digelar Islamic Society, lembaga mahasiswa Muslim di University of Essex, menawarkan Islam sebagai solusi.
              Islamic Society juga mengelar bazar buku, pakaian, makanan halal dan kebutuhan muslim, sholat jama'ah fardhu dan Jum'at, "Fajr Tree" yaitu saling membangunkan sholat Shubuh dengan miss call ke HP terutama saat musim panas dimana waktu shubuh sekitar pukul 3 pagi. Banyak lagi kegiatan yang dilakukan bahkan mereka juga aktif mengikuti kegiatan nasional, seperti konferensi British Muslim Council (MCB), demo anti perang, mengorganisir diskusi terbuka seputar masalah Palestina dan dunia Islam lainnya, dan pemutar film Islami.
              Pada saat ini umat muslim Inggris menjalin hubungan kerja sama dengan umat muslim Indonesia. Programnya adalah penukaran imam dan khotib yang disepakati dalam forum Kelompok Penasehat Keulamaan Indonesia- Inggris atau RI UK Islamic Advisory Group ( UK - IAG ) di atas. Selain itu adalah penterjemahan karya-karya Indonesia ke dalam bahasa Inggris, dialog antara agama dan aneka kegiatan.
b.  Prancis
              Islam masuk ke Perancis sejak abad 8 M. Islam masuk ke kota-kota selatan Perancis melalui Spanyol ke  Toulouse, Narbonne dan sekitarnya hingga Bourgogne di tengah-tengah Perancis.  Namun baru pada abad 12 hingga abad 15 orang-orang Islam mulai menempati kota-kota selatan Perancis yang terdapat di provinsi Roussillon, Languedoc, Provence, Pay Basque Perancis termasuk Bearn. Hal ini berlangsung secara bertahap dan puncaknya adalah ketika terjadi pengusiran besar-besaran terhadap muslim Spanyol pada peristiwa Reconquista di bawah raja Ferdinand II dan istrinya ratu Isabelle pada  tahun 1492 M. 
   Di Perancis, Islam berkembang pada akhir abad ke-19 dan awal ke-20 M. Bahkan, pada tahun 1922, telah berdiri sebuah masjid yang sangat megah bernama Masjid Raya Yusuf di ibu kota Perancis, Paris. Hingga kini, lebih dari 1000 masjid berdiri di seantero Perancis.
        Di negara ini, Islam berkembang melalui para imigran dari negeri Maghribi, seperti Aljazair, Libya, Maroko, Mauritania, dan lainnya. Sekitar tahun 1960-an, ribuan buruh Arab berimigrasi (hijrah) secara besar-besaran ke daratan Eropa, terutama di Perancis. Berdasarkan angket yang dibuat pada Maret 2007, jumlah Muslim di Perancis adalah sekitar 4 hingga 5 juta orang atau 6 % dari total penduduk Perancis. Dengan jumlah tersebut, Perancis menjadi negara dengan pemeluk Islam terbesar di Eropa.
   Peran buruh migran asal Afrika dan sebagian Asia itu membuat agama Islam berkembang dengan pesat. Para buruh ini mendirikan komunitas atau organisasi untuk mengembangkan Islam. Secara perlahan-lahan, penduduk Perancis pun makin banyak yang memeluk Islam.
              Sejak peristiwa kelam 11 September 2001, Islam mendapat cap baru yaitu, agama teroris. Dengan berbagai alasan dan dalih, Amerika Serikat menjadi pelopor dan penggerak agar dunia mengutuk dan menjauhi  Islam. Timbullah  apa yang disebut Islamophobia. Hal ini terlihat pada kebijakan resmi  pada tahun 2004 yakni diterapkanya peraturan yang melarang pelajar Muslimah dan pegawai negri mengenakan jilbab selama mereka berada dilingkungan sekolah dan kerja. Begitupun dengan masjid. Azan dilarang dikumandangkan bila suaranya terdengar hingga ke luar lingkungan masjid. Menara masjid tidak boleh lebih tinggi dari 30 meter.
              Walaupun demikian, menurut laporan banyak perempuan Perancis tertarik kepada ajaran Islam karena Islam ternyata sangat melindungi hak-hak perempuan. Jilbab yang dituduh merupakan cermin ketidak-bebasan perempuan sekaligus lambang superioritas laki-laki ternyata malah berfungsi melindungi perempuan dari gangguan dan keisengan laki-laki mata keranjang. Sejumlah perempuan barat yang biasa dididik untuk bekerja mencari nafkah hingga larut malam juga mulai merasakan betapa berat tugas mereka. Dengan ber-Islam mereka menyadari bahwa ternyata mencari nafkah adalah tugas laki-laki. 
   Menurut survei yang dilakukan kelompok Muslim Perancis, sampai tahun 2003, jumlah masjid di seantero Perancis mencapai 1.554 buah. Mulai dari yang berupa ruangan sewaan di bawah tanah sampai gedung yang dimiliki oleh warga Muslim dan dibangun di tempat-tempat umum.
        Perkembangan Islam dan masjid di Perancis juga ditulis oleh seorang wartawan Perancis yang juga pakar tentang Islam, Xavier Ternisien. Dalam buku terbarunya, Ternisien menulis, di kawasan Saint Denis, sebelah utara Perancis, terdapat kurang lebih 97 masjid, sementara di selatan Perancis sebanyak 73 masjid.
        Di bidang pendidikan Awalnya, sebuah sekolah didirikan di Vitrerie, pinggiran selatan Paris. Kurikulumnya disesuaikan dengan kurikulum pendidikan nasional Perancis, namun ada tambahan pelajaran khusus muatan lokal tentang keislaman, seperti bahasa Arab dan agama Islam.
        Education et Savior adalah sekolah kedua yang dibuka di Paris setelah sekolah Reussite di pinggiran Aubervilliers, utara Paris, dan yang keempat di Perancis. Dua sekolah swasta Islam lainnya adalah Ibn Rushd di Kota Lille, utara Perancis, dan Al-Kindi di Kota Lyon.

c.  Jerman
              Sebenarnya islam sudah dikenal oleh bangsa Jerman sejak zaman pendudukan Kekhalifahan Islam di Spanyol. Pada saat itulah kekuasaan dan kemajuan dunia islam disegani oleh bangsa-bangsa Eropa. Andalusia dijadikan pusat pengembangan ilmu pengetahuan dibawah Kekhalifahan Islam. Eropa mulai memasuki abad pertengahan, mereka menyebutnya sebagai zaman kegelapan atau The Dark Age atau zaman kegelapan.
   Hubungan antara Jerman dan Islam terus berlanjut. bahwa pada tahun 1739, raja Friedrich Wilhelm I mendirikan sebuah masjid di kota Potsdam untuk tentaranya yang beragama islam, mereka disebut dengan nama pasukan Muhammadaner. Mereka juga diberikan jaminan kebebasan beribadah. Pada Pebruari 1807 pasukan Muhammadaner membantu raja Wilhelm memerangi Napoleon dari Perancis. Bersama pasukan Jerman lainnya, mereka pun memerangi Rusia dan Polandia. Pada satu resimen bernama Towarczy, 1220 tentara beragama Islam dan 1320 tentara lainnya beragama kristen.
              Saat Perang Dunia Pertama, Jerman kembali bersekutu dengan tentara muslim dari Kekhalifahan Turki. Hal ini membuat komunitas muslim di Jerman bertambah banyak dan makin menguatkan eksistensinya. Lembaga Muslim Jerman sudah berdiri pada tahun 1930. Antara 1933 dan 1945, tercatat lebih dari tiga ribu warga Jerman beragama Islam, dan tiga ratus di antaranya berdarah etnis Jerman. Sayangnya, pada saat kepemimpinan Hitler dan perang dunia kedua, umat islam terpecah-pecah dan kebebasan beribadah terancam.
              Keberadaan Islam di Jerman meningkat pada tahun 1960-an. Akibat perang dunia, negara Jerman hancur berantakan. Jerman membutuhkan banyak tenaga kerja. Para pekerja berdatangan dari Italia, Turki dan Eropa Timur untuk membangun Jerman kembali. Setelah kontrak kerja mereka selesai, para pekerja ini menolak untuk pulang ke negara mereka, bahkan mereka mendatangkan keluarga-keluarganya untuk tinggal menetap di Jerman. Berlin menjadi kota dengan jumlah komunitas Turki terbesar.
              Umat muslim dari Yugoslavia dan Iran pun berdatangan dan menetap di Jerman. Hal-hal tersebut membuat jumlah penduduk yang beragama Islam di Jerman mencapai lebih dari dua juta jiwa pada awal tahun 1990. Sekarang berkisar 3 juta jiwa. Satu fenomena yang menarik belakangan bahwa tingkat konversi orang-orang Jerman ke Islam cukup tinggi. Majalah ternama Jerman Der Spiegel pernah menyebutkan bahwa antara Juli 2004 dan Juni 2005 saja terdapat sekitar 4000 orang di Jerman masuk Islam. Kebanyakan para muallaf berasal dari kalangan terpelajar. Menariknya, fenomena ini terjadi justru disaat media-media Barat gencar mengaitkan Islam dengan terorisme.
              Saat ini jumlah mesjid di Jerman berkisar 2000, namun sebagian besar tidak dalam bentuknya yang umum, melainkan ruko-ruko yang berada dekat pusat bisnis dan perumahan kaum Muslim. Di Jerman, kebebasan beragama dijamin oleh Undang-Undang. Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Dasar Jerman (Grundgesetz) menyebutkan Die Freiheit des Glaubens, des Gewissens und die Freiheit des religiösen und weltanschaulichen Bekenntnisses sind unverletzlich. (Kebebasan beragama dan memiliki pandangan filosofis hidup tidak boleh diganggu).
              Memang belakangan terdapat beberapa kasus dimana warga Muslim mendapat diskriminasi di Jerman misalnya dalam masalah jilbab. Namun hal ini bukanlah kasus yang fenomenal dan tidak merubah kebijakan pemerintah Jerman terhadap umat Islam. Secara umum, masyarakat Jerman sangat menghargai kebebasan beragama. Sebuah survey yang pernah dilakukan Stiftung Konrad Adenauer menunjukkan bahwa dua pertiga peserta polling percaya bahwa umat Islam harus diberikan kebebasan untuk melaksanakan ajaran agama mereka. 
              Berbeda dengan kebanyakan negara-negara lain di Eropa, Jerman dalam perkembangan terakhir, mulai memperbolehkan pelajaran agama Islam bagi para pelajar Muslim di sekolah-sekolah umum. Biasanya pelajaran agama dilakukan orang-orang Islam secara non-formal di mesjid-mesjid atau kelompok-kelompok masyarakat. Kebijakan baru yang merupakan hasil dari penggodokan bersama antara pemerintah Jerman dan komunitas Muslim di Jerman ini adalah salah satu upaya mendukung proses integrasi sosial Muslim di Jerman. Kebijakan tersebut dapat menjembatani perbedaan yang kerap timbul. 
   Dengan demikian, perkembangan Islam dan komunitas Muslim di Jerman tampak memberi dampak yang positif bagi kehidupan masyarakat Jerman. Penerimaan Islam oleh masyarakat Jerman sendiri menunjukkan agama ini memberikan alternatif bagi pemecahan masalah kehidupan mereka. Islam tidak lagi diidentikkan sebagai agama para imigran melainkan agama yang terintegral dari kehidupan mereka sendiri. Integrasi Islam dan kultur mereka inilah yang akan membangun apa yang dikenal sebagai “Euro Islam”.
              Diantara tokoh islam asal jerman adalah Murad Wilfried Hofmann  Terlahir pada 6 Juli 1931, dengan nama Wilfred Hoffman, dari sebuah keluarga Katholik, di Jerman. Pendidikan Universitasnya dilalui di Union College, New York. Pada tahun 1957 ia meraih gelar gelar Doktor dalam bidang Undang-undang Jerman, dari Universitas Munich. Dan pada tahun 1960, ia meraih gelar magister dari Universitas Harvard dalam bidang Undang-undang Amerika. Ia kemudian bekerja di kementerian luar negeri Jerman, semenjak tahun 1961 hingga tahun 1994. Ia terutama bertugas dalam masalah pertahanan nuklir. Ia pernah menjadi direktur penerangan NATO di Brussel, Duta Besar Jerman di Aljazair dan terakhir Duta Besar Jerman di Maroko, hingga tahun 1994. Kini bersama isterinya, seorang muslimah asal Turki, ia menikmati masa-masa pensiun di Istambul. Sambil berpikir dan mengarang buku.
              Pengalamannya sebagai duta besar dan tamu beberapa negara Islam mendorongnya untuk mempelajari Islam, terutama Al Quran. Dengan tekun ia mempelajari Islam dan belajar memperaktekkan ibadah-ibadahnya. Pada tanggal 11 September 1980, di Bonn, setelah lama ia rasakan pergolakan pemikiran dalam dirinya yang makin mendekatkan dirinya kepada keimanan, dengan terharu ia mengungkapkan dalam memoarsnya (edisi bahasa Indonesia: Pergolakan Pemikiran): "Aku harus menjadi seorang Muslim!" Maka pada tanggal 25 September 1980, di Islamic Center Colonia, ia dengan pasti mengucapkan dua kalimat syahadat.
              Yang menarik dari Murad Hoffman adalah, ketika ia sedang menjadi duta besar Jerman di Maroko, pada tahun 1992, ia mempublikasikan bukunya yang menggegerkan masyarakat Jerman: Der Islam als Alternative (Islam sebagai Alternatif). Dalam buku tersebut, ia tidak saja menjelaskan bahwa Islam adalah alternatif yang paling baik bagi peradaban Barat yang sudah kropos dan kehilangan justifikasinya, namun ia secara eksplisit mengatakan bahwa alternatif Islam bagi masyarakat Barat adalah suatu keniscayaan.

d.  Bosnia dan Herzigovina
              Runtuhnya komunisme di Eropa timur, memberi pengaruh positif bagi perkembangan Islam di wilayah tersebut. Dinamika Islam di Bosnia menjadi salah satu buktinya. Begitu komunisme runtuh, wajah Islam di Bosnia menjadi terlihat lebih dominan. Fakta ini diungkapkan oleh Harun Karcic, peneliti Universita Bologna yang baru merampungkan risetnya soal kebangkitan Islam di Bosnia.
        Islam memang datang ke negeri ini melalui jalan damai, perdagangan. Ini terjadi pada abad ke- 14 M. Pada periode selanjutnya, tahun 1429-1481, khalifah Muhammad Al-Fatih dari Turki, melebarkan wilayah kekuasaan politiknya hingga ke Balkan. Dakwah Islam yang semula melalui perdagangan, berubdah menjadi politik.
        Al-Fatih berhasil menaklukan Bulgaria, terus menuju Balkan. Kedatangannya ke Balkan, tidak membuat penduduk non-muslim terganggu. Karena Al-Fatih memperlakukan mereka dengan baik dan menjamin kebebasan menjalankan agama bagi pemeluk agama lain. Ini mungkin disebabkan, agama yang dipeluk oleh penduduk setempat, bernama Bugumili, artinya mencintai tuhan, dalam banyak hal memiliki kesamaan doktrin teologi dengan akidah Islam.
        Tanpa dipaksa, warga pemeluk Bugumili, akhirnya memeluk Islam. Ini lantaran ajaran moral yang diajarkan oleh Islam telah lama dikenal dalam ajaran agama Bugumili. Kedatangan Islam ke Balkan, bukan saja memberikan keuntungan spiritual, tapi dalam bidang pemerintahan dan keilmuan pun mengalami peningkatan. Balkan yang semula berupa wilayah dibawah kekuasaan bangsa lain di sebelah baratnya, menjadi merdeka dan memiliki sistem pemerintahan sendiri.
        Dalam bidang Ilmu pengetahuan, bukan saja ilmu-ilmu keagamaan yang tumbuh subur, tetapi juga ilmu-ilmu eksakta seperti astronomi, kedokteran dll. Bosnia pada abad ke-15, mungkin merupakan negara Eropa yang memiliki peneropongan bintang moderen, pada saat bersamaan, Negara-negara Eropa lain masih belum menguasainya. Adalah Syeikh Ulugh Beg yang berjasa atas kemajuan itu.
   Kini usia Islam di Bosnia-Hercegovina telah mencapai 5 abad. Saudara-saudaranya di kawasan yang sama, seperti Montenegro, Kosovo dan Albania, juga tak jauh beda. Sama-sama menyatakan diri tetap Islam sekalipun berada di Benua Eropa.
        Kendati sempat diguncang prahara dan berada dibawah tekanan rejim komunis selama hampir setengah abad, namun Islam tetap mampu bertahan di negeri indah ini. Kini mereka memiliki harapan hidup yang lebih baik, sekalipun serbuan liberalisme Eropa mencoba membelokkan keyakinan umat Islam Bosnia. Tanpa Islam, mungkin Bosnia-Hercegovina telah tenggelam dan tidak dikenal oleh dunia.
   Etnis Bosnia maupun Hercegovina, boleh dianggap dua etnis beruntung di kawasan Eropa, yang hampir saja lenyap dari atas bumi gara-gara prahara perang Balkan yang melanda kawasan itu, sekian tahun yang lalu (1992-1995). Disebut hampir musnah, karena dunia hanya diam terpaku, membiarkan etnis Serbia membantai etnis Bosnia-Hercegovina yang rata-rata muslim.
        Mungkin bila dunia Islam tidak melakukan protes keras atas sikap negara-negara besar yang diam-diam menyetujui pembantaian (genosida) yang dilakukan oleh etnis Serbia (pemeluk katholik ortodoks), dilihat dari kelambanan mereka bergerak merespon peperangan di Balkan, bisa saja Bosnia-Hercegovina hanya tinggal nama.

e.  Rusia
              Islam merupakan agama terbesar kedua di Rusia, dengan total populasi 28 juta jiwa. Mereka berasal dari 40 kelompok etnis dimana diantaranya yang paling besar adalah kelompok Tartar dengan seperempat dari jumlah orang Muslim di Rusia (daerah Volga), diikuti oleh Avar, Bashkiria, Chechnya, Cherkass, Ingush, Kabardin dan lainnya (terutama di Kaukasus Utara). 
              Sejarah Islam di wilayah Rusia masa kini berawal dari abad ke 14, tiga abad setelah Rusia menerima agama Kristen. Negara-negara Islam digabungkan ke Imperi Rusia pada abad 16 – 19 dan sejak itu kehidupan beragama Muslim diatur oleh peraturan resmi. Pada tahun 1788 berdasarkan keputusan Kaisar Wanita dibentuk Dewan Tatar Kazan yang dikepalai oleh seorang Mufti, didirikan di Ufa. Tugasnya adalah mengawasi penempatan imam-imam serta mengadakan pengujian kualifikasi bagi calon ulama Muslim. 
   Pada periode Soviet kehidupan beragama tetap berjalan, namun semua aliran keagamaan menghadapi tekanan. Misalnya pada awal abad 20 di masa Imperi Rusia terdapat sekitar 12,000 mesjid, namun pada masa pertengahan 1980-an tinggal hanya 343 dari jumlah tersebut.
              Bagi Rusia akhir abad 20 – awal abad 21 adalah periode kebangkitan rohani dan keagamaan termasuk pula Islam. Pada tahun 2000 jumlah mesjid di wilayah Federasi Rusia (yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan wilayah Uni Soviet atau Imperi Rusia) mencapai hampir setengah dari jumlah sebelum revolusi. Kini di Rusia secara resmi telah terdaftar 4,750 mesjid, namum jumlah sebenarnya lebih besar dan jumlah itu terus bertambah.
              Di Dagestan saja terdapat antara 1,600 – 3,000 mesjid. Dalam sepuluh tahun terakhir jumlah mesjid di Tatarstan telah melebihi 1,000. Di Ibukota Rusia dengan jumlah pemeluk agama Islam yang melebihi 1 juta orang terdapat 20 komunitas Muslim dan 5 mesjid. Menurut pakar data Rusia, kami dapat mengatakan sedikitnya terdapat 7,000 mesjid di Rusia.

f.   Spanyol
              Muslim memerintah Spanyol dari 712 M hingga 1492 AD untuk 780 tahun, namun saat ini tidak ada Muslim di Spanyol meskipun setiap aspek kehidupan Spanyol memiliki sentuhan Islam. Bahasa Spanyol memiliki banyak kata-kata Arab, musik memiliki nada Arab, budaya Arab memiliki pengaruh yang lebih daripada kata benda Eropa, dan tepat dalam bahasa Spanyol sering memiliki awalan Al  seperti pada bahasa Arab. 
              Seperti di India, Spanyol Muslim memiliki tiga kategori: (i) keturunan Arab asli, (ii) keturunan ayah Arab dan ibu Spanyol dan (iii) orang Kristen pindah ke Islam. Segera setelah jatuhnya Grenada banyak orang Arab asli untuk menyelamatkan hidup mereka meninggalkan Spanyol menuju Tunisia dan Maroko.
              Memasuki abad ke-19, konsentrasi gerakan perjuangan Muslim Spanyol semakin mengkristal. Ini dilakukan untuk menyatukan dan menumbuhkan rasa memiliki, memperkokoh kesatuan umat, menuntut hak-haknya, menentang penyelewengan pemerintah Spanyol dan gereja Katholik. Mereka sadar akan kelemahan-kelemahan yang menyebabkan Islam di Spanyol menjadi terkucil. Maka tak ada kata lain selain menumbuhkan semangat persaudaraan, toleransi dan solidaritas di antara sesama muslim.
              Jumlah masjid di Kepulauan Balears mengalami peningkatan dari lima masjid pada tahun 2005 menjadi 30 masjid di saat ini, berdasarkan catatan badan-badan keagamaan di Departemen Kehakiman Spanyol. Liga Muslim dan Dewan Islam di kepulauan Balers yang diketuai oleh Lounis Mzayani  berencana untuk meningkatkan ekspansi dan penyebaran agama Islam dengan membangun masjid baru di semua distrik di Kepulauan Balears.
              Sebagaimana juga dalam sebuah surat yang ditujukan kepada semua dewan kota menuntut penyediaan lahan yang dialokasikan untuk pemakaman kaum Muslimin yang meninggal sesuai syariat Islam. Badan-badan perwakilan kaum muslimin saat ini sedang mengintensifkan kontak dan pertemuan dengan pejabat dan wakil terpilih untuk merespon permintaan mereka
              Di sisi lain, Menteri Kehakiman Spanyol Francisco Camano akhirnya mengumumkan bahwa pemerintah Spanyol saat ini sedang mempertimbangkan undang-undang tentang kebebasan keyakinan agama yang membatasi pemakaian burqa dan cadar di tempat umum, mengklaim bahwa itu dapat menghalangi identifikasi identitas seseorang di tempat umum dan menimbulkan masalah keamanan.
   Walikota Barcelona Jordi Herriot baru-baru ini telah mengumumkan keputusan kota melarang kerudung di tempat umum, yaitu setelah sejumlah kota di wilayah Catalonia menerapkan tindakan serupa. Partai Rakyat yang merupakan partai oposisi terbesar di Spanyol mengumumkan akan mengusulkan kepada Parlemen Catalonia rancangan undang-undang peelarangan cadar di tempat umum, dan partai itu sendiri baru-baru ini telah menyampaikan catatan mengenai subjek yang sama kepada Senat Spanyol.
              Pemerintah sosialis Spanyol juga telah mengumumkan pada 2008 untuk penyusunan undang-undang baru tentang kebebasan beragama, menyerukan untuk memberikan penghormatan yang lebih besar kepada sekularisme dan pluralisme agama, di negara di mana Gereja Katolik menjaga eksistensi dan pengaruhnya yang besar.
              Pada Oktober 2099 partai Islam pertama dari Spanyol diciptakan di Granada:  Partai Renaissance dan Uni dari Spanyol (prune). Setelah penciptaan  partai dibuka  delegasi di bagian lain dari Spanyol, tetapi memiliki sangat  beberapa pendukung.
   Diantara tokoh muslim yang berpengaruh di Spanyol diantaranya :
1)   Valas Anfanty
   Salah seorang pejuang muslim Spanyol yang gigih membela kepentingan umat Islam. Ia mempunyai gagasan-gagasan cerdas tentang masa depan Andalusia. "Tujuan kita adalah membebaskan warga Andalusia, jiwa dan ekonominya," katanya. Selain itu, ia juga menyeru untuk mengembalikan identitas, tarikh dan bumi mereka, menuntut kebebasan serta meminta pertanggung-jawaban kekuasaan gereja yang mengusir umat Islam Andalusia. Ia mengancam akan mendirikan Republik Andalusia, jika tuntutan-tuntutan rakyat tidak dipenuhi. Akhirnya, pada tahun 1936, pemerintah Spanyol mengeksekusinya karena ucapan-ucapannya dianggap membahayakan stabilitas pemerintah.
2)   Antonio Medine Miller
   Ia masuk Islam pada tahun 1981 dan mengganti namanya menjadi Abdurrahman Madine, disusul beberapa rekannya. Setelah itu, para pemuda lain mengikuti jejaknya. Kabar bahagia kemudian muncul juga setelah cita-cita untuk mendirikan masjid di Granada terwujud pada tahun 1981. Bantuan berasal dari Lybia, UEA dan negara-negara muslim jawa lainnya. Sebuah bukti yang menggambarkan toleransi budaya umat Islam yang amat mengagumkan. Bukti ketinggian harga diri yang tak pernah runtuh, walaupun sebagai minoritas.  

g.  Belgia
        Dari analisis Michael Radu, co-chairman Center on Terorism and Counterterorism, Foreign Policy . Research Institute of Philadelphia, Eropa Barat kini sedang menghadapi dilema yang pada awalnya dipicu oleh kebijakan yang terlalu membuka diri terhadap imigran. Sejarah mencatat, kawasan ini pernah mengalami derasnya arus kedatangan imigran pada era 1960 dan 1970-an. Ada banyak alasan yang mendasari, antara lain konflik berkepanjangan di negara asal, permintaan suaka politik, mencari pekerjaan, atau menempuh studi.
        Berkembang pesat Kemudian, diikuti tumbuhnya komunitas-komunitas Muslim di banyak negara Eropa. Kehadiran umat Muslim yang semakin intens dan banyak akhirnya mendapat pengakuan. Di Belgia, misalnya, sejak tahun 1974, Islam sudah diakui sebagai salah satu agama resmi di negara tersebut.
   Seolah menemukan momentumnya, Islam lantas menjadi agama dengan perkembangan pesat di seluruh Eropa, tak terkecuali di Belgia. Islam men-jelma sebagai agama terbesar kedua di beberapa negara, peningkatan jumlah pemeluknya juga begitu signifikan. Inilah sumber kecurigaan tadi. Sebagian menganggap, kehadiran imigran Muslim bak menyimpan bom waktu. Sehingga, lanjut Michael Radu, hal itu membuat marak sentimen anti-Islam, kebencian mereka pada Islam tak lagi sebatas retorika, kebijakan, atau kecaman, tetapi mengarah pada kebencian dan Islamofobia.
        Masjid Agung Brussels dan Pusat Kebudayaan Islam Belgia setiap hari disesaki oleh para jemaah yang beribadah disana. Di bulan ramadhan dan dua hari besar Islam, masjid ini benar benar penuh sesak oleh jemaah hingga ke halaman masjid. Tenda tenda yang dipasang oleh pengurus masjid tak mampu untuk menampung jemaah yang ditaksir mencapai 7000 jemaah. Sangat kontradiktif dengan masa awal penggunaan masjid itu ditahun 1978 yang hanya di isi oleh tak lebih dari dua shaf jemaah setiap sholat fardhu. 
        Sebuah survei pada tahun 2006 menunjukkan, 61 persen masyarakat Belgia meyakini, perselisihan antara Muslim dan warga lokal akan semakin meningkat pada masa mendatang. Faktor pendorongnya adalah isu terorisme dan kelompok radikal yang tak kunjung selesai. Perubahan demografi Terlepas dari situasi tersebut, agama Islam terus menunjukkan eksistensi yang semakin kuat di Belgia. Negara berpenduduk 10 juta jiwa itu kini menjadi tempat bermukim sekitar 628.751 umat Muslim atau enam persen dari populasi.
        Perkembangan Islam di Belgia memang mengalami peningkatan tajam. Islam di Belgia sudah menjadi agama terbesar kedua di Belgia. Di tahun 2008 saja pemeluk agama Islam di Belgia diperkirakan mencapai 400 ribu jiwa. Muslim di kota Brussels sendiri sudah mencapai 17% dari total populasi ibukota Belgia itu. Menjadikannya salah satu kota dengan muslim terbanyak di Eropa. Sedangkan bangunan masjid tercatat sudah mencapai 350 masjid, 48 masjid diantaranya sudah di akui oleh Pemerintah, dan mendapatkan dana tahunan bagi aktivitas masjid termasuk gaji untuk para imam masjid yang ditanggung oleh Negara. 
        Islam pun menjadi agama dengan perkembangan paling pesat. Data pada situs riseofislam menyebutkan, pada tahun 1990-an, jumlah umat Muslim baru sekitar 285 ribu jiwa. Namun, pada tahun 1998, angkanya telah meningkat pesat hingga menjadi 350 ribu jiwa. Sejalan dengan itu, tumbuh pula tempat-tempat ibadah dan kegiatan keagamaan. Ada sekitar 300 masjid, mushala, ataupun pusat keislaman di seluruh Belgia. Pemerintah pun, sesuai undang-undang, tidak menghalangi umat beragama, termasuk Muslim, untuk membangun tempat ibadah atau sarana pendidikan.
        Islam yang terus bertumbuh kembang menyebabkan perubahan secara demografi. Di banyak wilayah, penduduk Muslim sudah lebih banyak ketimbang pemeluk Protestan dan Yahudi. Majalah terkemuka LExpress dalam sebuah artikelnya bahkan berani memprediksikan bahwa dalam 20 tahun ke depan, Islam bisa menjadi agama dominan di Ibu Kota Brussel.
        Kemungkinan itu tidak bisa dikesampingkan. Bila dicermati, di Brussel sendiri, dengan penduduk berjumlah 1,1 juta jiwa, sebanyak 56 persennya adalah imigran. Para sosiolog mencatat, pada awal tahun 2000, jumlah umat Muslim di kota itu mencapai 17 persen dari populasi. Namun, pada 2008, menurut Oivier Servais, dari Laboratory for Prospective.
              Di beberapa kota di Belgia, arus imigran Muslim seolah tak terbendung. Penulis buku Islam in Brussels, Corinne Torrekens, mengatakan, apabila tren ini terus berlanjut, kota-kota, seperti Sint-Jans-Molenbeek, Schaarbeek, Anderlecht, Ganshoren, dan Koekelberg, bisa menjadi ledakan imigran Muslim dengan besaran mencapai 20-30 persen dari populasi.
        Di antara yayasan sosial dan lembaga keIslaman atau rganisasi-organisasi pelajar dan mahasiswa yang terkenal di Belgia adalah:
1) Persatuan Pelajar dan Pemuda Muslim Eropa.
2) Persatuan Pelajar Muslim Eropa (Muslim Student Union)
3) Jamaah Dakwah dan Tablig.
4) Haiatul Igostah Al-Islamiyah (Islamic Relief Organisation)
5) Islamic Centre Brussel.
6) Lembaga Para Imam Mesjid (Dibawah naungan Rabitah Alam Islamy) .
7) Persatuan Mesjid Belgia.

h.  Turki
              Memasuki tahun pertama Masehi, wilayah Turki yang saat itu bernama Kerajaan Bizantium dikuasai Romawi selama empat abad.  Kekuasaan Romawi dijatuhkan kaum Barbar.  Pada masa inilah ibukota kerajaan dipindahkan dari Roma ke Konstantinopel (sekarang Istambul). Pada abad ke-12 Bizantium jatuh ke dalam kekuasaan Kerajaan Ottoman yang dipimpin Raja Osman I.
        Memasuki masa reformasi atau masa peralihan dari kekhalifahan ke republik pada dekade 1920-an dan 1930-an Islam semakin mengalami perkembangan signifikan, sebab memang dalam sejarahnya, mayoritas bangsa Turki adalah muslim. Komposisi penduduk di dalam batas-batas Republik Turki berubah secara dramatis, dan sensus tahun 1927 jumlah penduduk non-muslim berkurang dari 20 persen menjadi 2,6 persen, dan terus berkurang setelah itu. Sebaliknya populasi umat Islam terus berkembang,  dan sensus terakhir di tahun 2000, umat Islam mencapai angka 98 persen. Tentu saja sampai saat ini, tahun 2007 jumlah populasi tersebut tetap bertahan dan bahkan meningkat untuk tidak mengatakan bahwa penduduknya adalah muslim semua.
        Perkembangan Islam dari aspek lain di Turki adalah termasuk dari segi penerapan hukum Islam yang diatur oleh Undang-undang negara tersebut. Misalnya, Undang-undang keluarga 1924 mengharamkan poligami, menjadikan suami dan istri berkedudukan sama dalam perceraian harus dijatuhkan di pengadilan dengan syarat-syarat tertentu tidak semata-mata hak prerogatif suami. Konstitusi menegakkan hak persamaan wanita dalam pendidikan dan dalam pekerjaan, dan pada tahun 1934 kaum wanita diberi hak untuk dicalonkan dalam pemilihan nasional. Perkembangan dari segi lain, adalah bahwa di Turki dimasa reformasi, lahir partai-partai Islam yang mewadahi aspirasi umat dan mengontrol jalannya sistem pemerintahan.
        Pada dekade 1960-an Turki dilanda konflik partai, dan antara lain sebab konflik tersebut adalah meningkatnya kecenderungan kesadaran politik. Namun demikian dalam suasana seperti itu Islam tetap berkembang. Aspek perkembangan Islam dan sekaligus kebangkitan Islam lainnya diwakili oleh The National Salvation Party yang juga terbentuk pada dekade 1960-an.
        Partai ini bukan hanya partai agama (Islam), melainkan juga bermaksud mendirikan kembali negara Islam di Turki sebagaimana di masa sebelumnya. Partai Islam menentang kapitalisme dan menyerukan kepada negara untuk menegakkan moral dan keadilan sosial. Semangat moral diserukan partai ini kepada kalangan pengrajin di kota-kota kecil, khususnya di Anatolia tengah dan timur.
        Partai ini mewakili upaya perlindungan sekelompok kecil borjouis Anatolis dari ke-sewenang-wenangan pemerintah, dan sekaligus mewakili upaya meningkatkan peranan konstituante terhadap pembangunan ekonomi. Beberapa gerakan Islam di Turki juga menyerukan kepada penduduk perkampungan dan kota-kota kecil yang berpindah ke kota-kota besar dan yang mempertahankan orientasi komunitas  kecil dan nilai-nilai lama di lingkungan baru tersebut.
        Diantara tempat bersejarah dalam perkembangan islam di Turki adalah Gedung Blue Mosque (Masjid Biru), yang dibangun Sultan Mohammad (abad ke-13). Hiasan lampu di seluruh ruangan, aneka keramik dinding biru diselingi kaligrafi bagai ukiran.
        Bangunan Aya Sofia di masa Romawi adalah sebuah gereja Setelah Constatinopel berpindah ke tangan kerajaan Islam, maka Sulthan Mehmed (1451-1481) merubah Aya Sofiya menjadi masjid.
Diantara tokoh perkembangan islam di Turki adalah:
1)      Sultan Muhammad Al-Fatih
   Ia adalah sang pembuka Istanbul, sejak kecil telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Kostantinopel.  Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam.  Ketika naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menaklukan Konstantinopel.
2)      Suleiman I
   Sultan Suleiman I atau Suleiman Al-Qanuni (6 November 1494 – 5 /6 September1566 adalah Sultan dan Khalifah Turki Utsmani . Sultan Sulaiman berhasil menyebarkan Islam hingga ke tanah Balkan di Eropa meliputi Hongaria, Beograd, Austria, benua Afrika dan Teluk Persia. Dilahirkan di Trabzon , Di awal usia 7 tahun, ia telah dididik dengan ilmu kesusasteraan, sains, sejarah, agama dan taktik ketentaraan di Istana Topkapı, İstanbul. 

i.   Italia
        Sejak awal abad ke-7 dan ke-8, sebagian bangsa Lombard, salah satu dari bangsa Jerman yang menguasai sebagian Italia, memilih meninggalkan kepercayaan  Arianisme dan memeluk Islam disamping Katolik, sedangkan al-Ankubarti umumnya berjuang sebagai tentara sewaan dalam pasukan Arab di pantai Mediterrania Afrika, khususnya Ifriqiyah-Tunisia, dan juga Saqaliba oleh masyarakat Muslim Arab. Di Palermo Tengah, sebuah distrik diberi nama Saqaliba. Orang Sisilia-Saqaliba terkenal dari abad ke-10 adalah Gawhar Al-Siqilli, seorang pemimpin militer  Fatimiyyah. Orang Sisilia-Saqaliba lain, adalah dari bangsa Slavia Sabir al-Fata, yang menaklukkan Taranto dan Otranto di tahun 927.
        Dari Sisilia, bangsa Muslim mulai pindah ke daratan utama dan menguasai Calabria. Tahun 835 dan kemudian tahun 837, penguasa  Naples berjuang melawan penguasa Benevento yang diminta oleh bangsa Muslim untuk membantu. Tahun 840, kota  Taranto dan Bari jatuh ke tangan bangsa Muslim, dan di tahun 841, Brindisi juga mengalami kejatuhan. Capua dapat ditaklukkan, Benevento, yang saat itu di bawah kekuasaan bangsa Frank, dapat dikuasai pada tahun 840-847 dan tahun 851-52. Serangan bangsa Arab terhadap kota Roma pada tahun 843, 846 dan 849 berhasil digagalkan. Pada tahun 847, kota Taranto, Bari dan Brindisi menjatakan menjadi emirat independen dari Aghlabiyyah. Selama beberapa dekade, bangsa Muslim memerintah Mediterrania dan menyerang kota-kota pesisir Italia. Tahun 868-870, kota Ragusa di Sisilia masih dalam kekuasaan bangsa Arab.
        Saat zaman Pertengahan, populasi Muslim hampir semua berpusat di Sisilia-Sardinia dan Calabria, Puglia  di Italia Selatan, saat ini lebih rata penyebaranya, yang hampir 55% Muslim mendiami Utara Italy, 25% di Pusat, dan hanya 20% di Selatan.
        Dalam satu statistik, antara awal 1990-an dan 2000-an, populasi Muslim telah berlaku meningkat lebih dari empat ratus persen, dari 154.400, untuk 825.000. Di beberapa negara Eropa, termasuk Italia, ini peningkatan migrasi terakhir telah terhubung dengan isu-isu global dan konflik, nyata pertumbuhan yang cepat dari pengungsi dan pencari suaka pada tahun 1979 dimulai dengan Revolusi Iran dan meningkat dengan perang Iran-Irak, perang Teluk kedua , perang Taliban di Afghanistan Rusia, NATO-Taliban perang, dan perang sipil di Tanduk Afrika, Sudan, dan Aljazair.
        Menurut statistik resmi Italia terakhir, Muslim mencapai sekitar 34% dari 2.400.000 penduduk asing yang tinggal di Italia pada 1 Januari 2005. 820.000 penduduk asing tersebut merupakan sejumlah Muslim yang secara resmi bertempat tinggal di Italia, 100.000-150.000 lainnya seharusnya ditambahkan, sebagai keberadaan Muslim, menurut perkirahan tahunan yang disetujui secara luas asosiasi Italia Caritas, sekitar 40% imigran resmi Italia.
        Jumlah Muslim asing yang telah berkedudukan warganegara Italia diperkirakan antara 30.000 hingga 50.000, jika Muslim Italia (dari marga Italia yang sebelumnya termasuk penganut Katolik atau tidak memiliki agama lalu masuk Islam) diperkirakan kurang dari 10.000.
        Karena itu, di tahun 2005 jumlah Muslim yang tinggal di Italia diperkirakan menjadi antara 960.000 hingga 1.030.000, dengan perkiraan rata-rata mendekati angka jutaan dimana media Italia sudah mulai mengadopsi yang merujuk pada populasi Muslim di Italia.
        Dalam laporan 2007 tentang agama dan migrasi di Italia oleh Caritas Italia, diyakini bahwa pada akhir tahun 2006, dari 3.690.053 orang asing secara hukum diperkirakan tinggal di Italia, 1.202.296 dari adalah Muslim (masing-masing 32,6% dari semua orang asing), dibandingkan dengan 1.099.023 pada tahun 2005 (33,2 persen dari semua orang asing). Perubahan lebih dari 100.000 dianggap terhubung ke kenaikan reunifikasi keluarga Muslim di tren imigrasi.
        Perkiraan angka bahwa dari 825.000 Muslim di Italia, 169.000 yang berasal dari Albania, 172.000 dari Maroko, 62.650 dari Tunisia, 26.300 dari Sub-Sahara Afrika, 31.000 dari Pakistan, 3.400 dari India, dan 32.000 dari Bangladesh. Dengan latar belakang linguistik, budaya, etnis, dan sosial yang beragam, Muslim terdiri dari komunitas agama terbesar kedua di negeri ini.
   Diantara tokoh penting dalam perkembangan islam di Italia dewasa ini adalah :
1)   Souad Sbai
   Souad Sbai adalah 47 tahun, lahir pada bulan Februari 1961 di Casablanca, Maroko namun telah tinggal di Italia dan memiliki kewarganegaraan Italia untuk hampir 30 tahun.  Dia dididik di Universitas Roma, dan belajar Sastra dan Filsafat, dengan disertasinya yang berfokus pada hukum Islam.  Dilatih sebagai seorang jurnalis, Sbai adalah editor Al-Maghrebiya, sebuah surat kabar untuk Maroko di Italia dan presiden dari Asosiasi Perempuan Maroko di Italia. Dalam organisasi ini, Sbai berkaitan dengan penderitaan perempuan dalam konteks imigrasi, agama, budaya, keamanan, dan penentuan nasib sendiri. Sbai, yang menganggap dirinya feminis, berpendapat untuk kebutuhan integrasi di Italia - terutama bagi perempuan Muslim. lembaga Pengetahuan tentang bahasa Italia, budaya, konstitusi, hukum, dan lokal sangat penting bagi komunitas imigran bersemangat dan sukses di Italia, sambil mempertahankan keseimbangan sehubungan dengan tradisi.  Sbai adalah anggota Partai Kebebasan Rakyat di Italia, dan dalam pemilu 2008 nasional, berhasil terpilih untuk mewakili konstituensi Puglia. 
2)   Khalil Ali
   Khalil Ali Rachid, lahir pada bulan April, 1953. Dia telah menjabat sebagai wakil Majelis Parlemen Dewan Eropa, melayani sebagai anggota Komite Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan, dan Pendidikan, dan Komite kewajiban dan komitmen oleh negara-negara anggota Dewan Eropa (Komite Pemantau). Pada pemilu 2008 April nasional Italia, Khalil berhasil menjadi senator dari daerah Piedmont mewakili aliansi Rainbow, yang tampil buruk dalam pemilihan umum secara keseluruhan.
   Diantara organisasi Islam yang ada sejak 1990, dan direstui pemerintah adalah Unione delle Comunita de Organizzazioni Islamiche telah melayani untuk menawarkan suara muslim kolektif dalam berurusan dengan negara Italia. Organisasi ini mengklaim mewakili antara 80-90% dari masjid muslim Italia. Organisasi ini telah berpartisipasi dan ditangani dengan isu-isu yang berkaitan dengan kewarganegaraan dan integrasi, dan memadamkan pernyataan resmi mengenai hal-hal topik utama perdebatan. Salah satu contoh adalah mengeluarkan tanggapan menyusul kematian 2005 dari Paus Yohanes Paulus II dan pemboman London. 
   Centro Islamico Culturale d'Italia (Pusat Kebudayaan Islam di Italia) adalah organisasi Islam besar di negara itu, dan membawa bersama-sama perwakilan masjid dan asosiasi Islam seputar isu-isu yang menjadi perhatian umum di Italia utara dan tengah.  Pada tahun 1974, organisasi ini menjadi yang terakhir memperoleh perwakilan diplomatik di Italia dan Vatikan City.

B. Ibrah dari Peristiwa Perkembangan Islam di Dunia
Dari uraian sejarah perkembangan islam di dunia, ada beberapa pelajaran (ibrah) yang dapat diambil, dianataranya :
1. Ajaran islam bersifat universal
  Salah satu bukti bahwa islam adalah ajaran bersifat kemanusiaan yakni dapat diterima oleh umat manusia di seluruh penjuru dunia yang beragam suku, bangsa, etnik dan ras. Karena itulah ajaran  islam kemudian disebut sebagai ajaran universal.  Karena sifat kemanusiaanya itulah siapapun dapat mengembangkanya tanpa memandang derajat, kasta dan struktur sosial.  Fakta yang tak terbantahkan adalah para penyebar islam tersebut beragam, baik yang berprofesi sebagai pedagang, politikus, ilmuwan bahkan budak sekalipun.
2. Ajaran islam bersifat Egaliter
  Sebagai ajaran yang bersumber dari Yang Maha Suci, ajaran islam tidak bersifat elitis dan indifidualistik. Sifatnya mengedepankan kesetaraan (egaliter) dan menghormati hak-hak kemanusiaan  menjadikan ajaran sebagai yang paling dapat diterima nalar. Allah pun memandang derajat kemanusiaan yang paling sah adalah bagi mereka yang kualitas pengamalan ibadahnya yang paling baik (taqwa), bukan karena kekayaan, jabatan, kasta dan gelar yang disandang manusia. Dari sifat egaliter ini ajaran islam telah mampu menembus pelosok-pelososk negeri dan dapat diterima dengan kesadaran penuh yakni bukan dengan paksaan, sehingga pemeluknya merasa derajatnya terangkat walau miskin dan papa sekalipun.
3. Ajaran islam bersifat Rasional
  Penyebaran islam keseluruh dunia tidak lepas dari sifat ajaran yang menghargai akal nalar sebagi modal dasar mengembangkan studi ilmiah. Walupun Al Qur’an bukan kitab imiah, tetapi segi-segi keilmiahan al Qur’an tidak satupun yang bertentangan dengan temuan ilmiah barat, bahkan al Qur’an telah banyak member inspirasi ilmuan untuk melakukan riset. Satu pandangan dasar yang berbeda dengan ajaran di luar islam yang bersifat dogmatis. Penghargaan tinggi islam terhadap ilmuwan telah membawa ajaran islam dapat diterima oleh orang-orang Barat pasca renaesance. Hal ini dapat kita lihat pada dominasi muslim menerima hadia nobel bidang ilmu pengetahuan misalnya Salam Madzkur,  diterimanya ajaran islam oleh ilmuwan besar misalnya, Isa Nuruddin (Firdjof Schuon)
4. Ajaran Islam bersifat Toleran
  Pengalaman masa lalu yang diwarnai ketegangan peradaban telah menyeret ajaran agama untuk terlibat dalam konflik tersebut. Pemaksaan untuk menerima ajaran agama tertentu adalah menyalahi fitrah kemanusiaan, apalagi pembantaian etnis. Pemandangan ini pada dekade akhir tahun 1900-an masih dapat kita saksikan terjadi di sekitar wilayah Timur Tengah (Israel) dan Balkan (Serbia-montenegro). Tentu berbeda dengan keadaan ketika islam memaminkan peran sebagai ajaran yang toleran seperti pada usaha membebaskan Aqsha di Jerussalem dan memimpin peradaban di Spanyol. Dengan demikian toleransi sebagai bagian penting ajaran islam telah membawa kedamaian umat manusia dan itulah agaknya yang membuat ajaran islam dapat diterima oleh siapapun. Dari sini agaknya yang membuat sekian banyak penganut ajaran lain untuk kemudian memeluk islam.
5. Ajaran islam telah memberi inspirasi dan kontribusi terhadap perubahan tatanan dunia.
  Ajaran islam menghendaki terciptanya suatu masyarakat yang berpradaban yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang sadar akan hak dan kewajibannya, demokratis, bertanggung jawab, berdisiplin, menguasai sumber informasi dalam bidang iptek dan seni, serta budaya yang didasai oleh ajaran islam. Tentu ini mustahil bila  didasari nilai-nilai materialistik yang kering, industrialisasi yang tidak ramah lingkungan, hedonis, dan monopili ekonomi.

C.Meneladani Tokoh-Tokoh Berprestasi dalam Perkembangan Islam di Dunia
Dari uraian tentang tokoh-tokoh yang berpengaruh terhadap perkembangan islam di dunia, dapat diambil nilai-nilai keteladanan sebagai berikut :
1. Keteguhan Hati dan Rela Berkorban
Berbeda keadaan antara tokoh islam yang berada dalam masyarakat yang mayoritas islam dengan keberadaanya dengan tokoh yang berada dalam masyarakat yang minoritas. Tetapi kesamaan keduanya adalah keteguhan hati untuk mewarisi perilaku Nabi Muhammad SAW, dalam mengembangkan ajaran islam. Khususnya tokoh islam di wilayah minoritas muslim tentu keadaan jauh lebih berat menghadapi pemerintah yang tidak mendukung atau bahkan melarang aktifis muslim melakukan dakwah. Tapi oleh karena didorong semangat jihad, mereka meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dana bahkan nyawa sekalipun.
2. Solidaritas dan Kemanusiaan
Didasari oleh semangat persaudaraan dan hubungan kemanusiaan, para tokoh muslim di dunia melakukan kerjasama di segala bidang, terutama pada kawasan yang berdekatan. Jaringan solidaritas ini diperlukan untuk saling memberi informasi dan tukar saran terhadap metode dakwah yang dikembangkan serta mencari solusi atas kesulitan yang dihadapi oleh masing-masing dalam melakukan aktifitas dakwahnya.
3. Mobilisasi Dakwah dan Pendidikan
Masing-masing tokoh muslim merupakan pemimpin organisasi dakwah. Keberadaanya sebagai pemuka agama (mufti) dan pemimpin organisasi mempunyai peran yang penting dalam melakukan dakwah islam. Keberadaan sebagai pemimpin agama dan pemimpin organisasi tersebut menjadikan posisi tawar (bergaining) terhadap pemerintah dan kelompok non muslim manjadi sangat diperhitungkan untuk mempengaruhi kebijakan penguasa. Pengembangan program dakwah dan pendidikan mendapat legalitas dan  dengan sendirinya dapat dijalankan walau mungkin dengan berbagai rintangan.
4. Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat
Para tokoh muslim dimasing-masing negara mempunyai agenda untuk mewujudkan sitem ekonomi syari’ah yang dapat mensejahterakan masyarakat. Kesempatan memperoleh pekerjaan yang layak dan perlindungan tenaga kerja muslim menjadi hal yang sampai saat ini menjadi problem serius. Kesedian membantu memikirkan kesejahteraan masyarakat menempatkan tokoh muslim menjadi tumpuhan dan harapan.
Text Box: DAFTAR PUSTAKA

 





Abdullah, Abdul Rahman Haji, Pemikiran Islam di Malaysia: Sejarah dan Alian, Cet. I; Jakarta: Gema Insani Press, 1997
Ahmad., Zainal Abidin, Sejarah Islam dan Umatnya Sampai Sekarang: Perkembangannya dari Zaman ke Zaman, Jakarta:  Bulan Bintang, 1979
Al-Attas, Syed Naquib. Islam dalam Sejarah Sejarah dan Kebudayaan Melayu. Cet.I; Bandung: Mizan, 1990.
Amal M. Taufik Adnan, "Maluku Utara, Perjalanan Sejarah 1250 - 1800 Jilid I dan II", Universitas Khairun Ternate 2002.
Amran, Rusli (23 November 1981). Sumatra Barat hingga Plakat Panjang. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan. 
Asmuni., M. Yusran, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembahruan dalam Dunia Islam, Rajawali, Jakarta 1998.
Asrohah Hanun, 1992. Sejarah Pendidikan Islam Cet : 1;  Logos Wacana Ilmu, Jakarta.
Azra, Azyumardi,1999. Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam Cet. 1.,  Logos Wacana Ilmu, Jakarta.
------------(14 November 2010). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Prenada Media
------------,  Islam Reformis : Dinamika Intelektual dan Geakan, Cet. I; Jakart: PT. Raja Grafindo Persada, 1999.
Depag RI., 1993., Ensiklopedia Islam. Depag, Jakarta.
Espossito John L.” Islam Dan Pembangunan”. Rineka cipta: Jakarta, Agustus 1990
H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Hamka. 1981. Sejarah Umat Islam III. Jakarta: Bulan Bintang
Hayati dkk. 2000. Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI. Jakarta: Proyek Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional.
Jainuri, Achmad., “Landasan Teologis Gerakan Pembaruan Islam”, dalam Jurnal Ulumul Qur’an, No. 3 Vol. VI.
Karim., M. Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2207
Lombard, Denys. Kerajaan Aceh: Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Jakarta: Kepustakan Populer Gramedia, 2006.
M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Maksum, 1999., Madrasah Sejarah dan Perkembangannya Cet I : Logos Wacana Ilmu, Jakarta.
Moedjianto. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius.
Moedjianto. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius
Mufrodi., Ali, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997
Mughi, Syafiq A dan Hasan Bandung., 1994.  Pemikiran Islam Radikal Cet II., Bina Ilmu, Surabaya.
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang: Toha Putra, 1997
Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah pemikiran dan gerakan. Jakarta : Bulan Bintang, 1992.
--------------, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 1979
Noer., Deliar, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1996
Permana, Aan Merdeka, Surutnya Kekuasaan Kesultanan Cirebon, Pikiran Rakyat, Edisi Kamis 17 Juni 2004.
Pusponegoro, Marwati Djuned (14 November 1984). Sejarah Nasional Indonesia Jilid III. Balai Pustaka. 
Rahman, Fazlur. 1993. Metode dan Alternative Neomodernisme Islam. Bandung:  Mizan.
Reid, Anthony. Asal Usul Konflik Aceh: Dari Perebutan Pantai Timur Sumatra hingga Akhir Kerajaan Aceh Abad ke-19. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.
Siradj, Said Agil. 1997. Ahlussunnah Wal Jama’ah dan Hak-Hak Azasi  Manusia (HAM), dalam Makalah: ASWAJA dan HAM. Malang:  Gedung Uthman Mansur.
Soeratno, Chamamah et. al. (ed) (2004). Kraton Yogyakarta:the history and cultural heritage (2nd print). Yogyakarta and Jakarta: Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat and Indonesia Marketing Associations.
Stembrink, Karel A., 1986., Pesantren, Madrasah, Sekolah Pendidikan  Islam dalam Dunia Modern., LP3ES, Jakarta.
Stoddard, Lothrop. 1996. Dunia Baru Islam. Jakarta: Tp.
Sudarsono, Munir. 1994. Aliran Modren Dalam Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
Syafei., Mahmud, Perkembangan Modern Dunia Islam, Yasindo Multi Aspek dan Value Press Bandang, Bandang, 2010.
Tim Ensiklopedi. 2000. Ensiklopedi Islam Juz I, 4, 5. Jakarta: PT. Ichtiar Baru  Van Hoeve
Wildan, H.Dadan, Dr. M.Hum, Cirebon, Masa Lalu dan Kini, Pikiran Rakyat, Edisi Selasa, 8 Juni 2004.
Yatim, Badri. 2004. Sejarah Kebudayaan Islam (Dirasah islamiyah), Jakarta : Raja Grafindo Persada
Yusuf, Mundzirin (editor); Sejarah Peradaban Islam di Indonesia; Yogyakarta: Penerbit PUSTAKA, 2006.
Zuhairini et.al., 2000. Sejarah Pendidikan Islam Cet I ., Bumi Aksara., Jakarta
Majalah Amanah No. 47, Th. XVII, Pebruari 2004/Dzulhijjah 1424 H