Kamis, 04 September 2014











BAB I PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA MODERN (1800M-SEKARANG)


BAB I PERKEMBANGAN ISLAM
PADA MASA MODERN (1800M-SEKARANG)



A.  Perkembangan Islam pada Masa Modern
Periode modern dalam sejarah perkebangan Islam bermula dari tahun 1800 M dan berlangsung sampai sekarang. Pada awal periode ini, kondisi dunia islam secara politis berada di bawah penetrasi/ kekuasaan kolonialisme. Baru pada pertengahan abad ke-20 M dunia islam bangkit memerdekakan negerinya dari penjajahan Barat. Periode ini memang merupakan zaman kebangkitan kembali Islam, setelah mengalami kemunduran di periode pertengahan. Pada periode ini mulai bermunculan pemikiran pembaharuan dalam Islam. 
Gerakan modernisasi dalam dunia Islam dipelopori oleh para tokoh Islam yang berusaha sekuat tenaga untuk kembali kepada ajaran Islam yang benar, dan berusaha kembali untuk memajukan Islam dan umatnya. Para pemimpin islam menyadari kelemahan, ketertinggalan, dan keterbelakangan dari berbagai aspeknya, setelah banyak diantara mereka yang berdialog atau berhadapan langsung dengan kemajuan peradaban bangsa Barat.

1.   Latar Belakang
a.   Kemunduran Kerajan-kerajaan Islam
Kerajaan Safawiyah mengalami kemunduran, karena tidak hanya mendapat serangan dari kerajaan Turki, tetapi juga mendapat serangan dari kalangan Dinasti yang tunduk pada Safawiyah yang ingin merdeka, yaitu berturut-turut Raja Afganistan, sehingga pada tahun 1722 M berhasil menduduki Asfahan, kemudian disusul oleh serangan Dinasti Zand yang pada tahun 1750 M berhasil menguasai seluruh Persia. Maka berakhirlah kekuasaan kerajaan Safawi di pertengahan abad ke-18.
Di belahan kerajaan Mughal juga dilanda kemunduran, tepatnya pada pemerintahan setelah Aurangzeb yang mendapat serangan dari masyarakat Hindu. Diantaranya pemberontakan Sikh yang dipimpin oleh Guru Tegh Mahabur Dean, guru Gobind Singh. Pada awal paro kedua abad ke-19 M kerajaan Mughal hancur di tangan Inggris yang kemudian mengambil alih kekuasaan di anak benua India.
Kekuatan Islam terakhir yang masih disegani oleh lawan tinggal kerajaan Usmani di Turki. Dalam periode kerajaan Usmani peradaban Islam mendapat perlawanan dari dua arah, yaitu dari dalam, berupa perlawanan dari orang Islam sendiri, dan dari luar, berupa serangan balik dari Eropa khususnya kerajaan Kristen.
Dari dalam, kerajaan Usmani dilanda konflik antara penguasa Turki dan perlawanan dari daerah kekuasaannya yang menuntut merdeka, seperti Mesir dan negara Arab lainnya. Karena pada waktu itu Turki dipandangnya bukan sebagai Khalifah yang melindungi Islam, tetapi tidak lebih sebagai kerajaan yang hanya mementingkan kekuasaan, bahkan kehidupan dalam Istana tidak kelihatan corak keislamanya, yang ada hanyalah kemewahan. Sehingga dengan demikian pecahlah peperangan dengan kerajaan Safawiyah yang berkepanjangan sampai runtuhnya Usmani secara total.
Diantara peperangan itu adalah peperangan yang memperebutkan wilayah Irak pada abad ke-18, ada yang berpendapat peperangan itu merupakan peperangan ideologis antara Sunni dan Syiah. Kemerosotan Kesultanan Turki Usmani semakin cepat setelah mendapat serangan dari dunia barat, sehingga daerah kekuasaannya satu persatu jatuh kembali ketangan Kristen.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelemahan kerajaan - kerajaan Islam tersebut telah menyebabkan Eropa dapat menguasai, menduduki dan menjajah negerinegeri Islam dengan mudah.
b.   Kemajauan Bangsa Eropa (rennaisance)
Kebangkitan bangsa Barat bermuara pada khazanah ilmu pengetahuan dan metode berpikir yang dikembangkan umat Islam yakni rasional. Di antara jalur masuknya ilmu pengetahuan Islam ke Eropa yang terpenting adalah Spanyol. Ketika Spanyol Islam mengalami kejayaan, banyak orang-orang Eropa yang datang untuk belajar ke sana, kemudian menerjemahkan karya-karya ilmiah umat Islam. Hal ini dimulai sejak abad ke-12.
Gerakan renaisans bangsa Eropa melahirkan perubahan-perubahan besar. Abad ke-16 dan ke-17 merupakan abad yang paling penting bagi kebangkitan Eropa, sementara pada akhir abad ke-17 itu pula, dunia Islam mulai mengalami kemunduran. Banyak penemuan-penemuan dalam segala lapangan ilmu pengetahuan dan kehidupan yang diperoleh orang-orang Eropa. Perkembangan itu semakin cepat setelah ditemukan mesin uap, yang kemudian melahirkan revolusi industri di Eropa. Teknologi perkapalan dan militer berkembang dengan pesat. Sehingga, dengan kekuatan baru yang mereka miliki, Eropa menjadi penguasa lautan dan bebas melakukan kegiatan ekonomi dan perdagangan dari dan ke seluruh dunia, tanpa mendapat hambatan berarti dari lawan-lawan mereka yang masih menggunakan persenjataan sederhana dan tradisional.
Dalam pada itu, kemorosotan dunia Islam tidak terbatas pada bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan saja, melainkan mereka juga ketinggalan dari Eropa dalam industri perang, padahal keunggulan Turki Usmani di bidang ini pada masa-masa sebelumnya telah diakui oleh seluruh dunia.
Ketika tiga kerajaan besar Islam sedang mengalami kemunduran di abad ke-18, Eropa Barat mengalami kemajuan dengan pesat. Setelah jalan melalui laut telah ditemukan oleh Cristoper Colombus (1492 M ) menemukan benua Amerika dan Vasco da Gama menemukan jalam ke Timur melalui Tanjung Harapan (1498 M) benua Amerika dan kepulauan Hindia segera jatuh ke bawah kekuasaan Eropa, maka Eropa tidak lagi tergantung kepada jalur lama yang dikuasai umat Islam.
Perekonomian bangsa-bangsa Eropa semakin maju, bahkan kemajuan mereka telah melampui kemajuan Islam yang sejak lama mengalami kemunduran. Teknologi perkapalan dan militer berkembang dengan pesat, sehingga Eropa menjadi penguasa lautan dan bebas melakukan kegiatan ekonomi dan perdagangan ke seluruh Dunia. Bahkan , satu demi satu negeri Islam jatuh ke bawah kekuasaannya sebagai negeri jajahan.
c.   Imperialisme Bangsa Eropa terhadap Dunia Islam
Penjajahan Barat terhadap dunia Islam yang diawali dengan Perang Salib berlatar belakang hal-hal berikut
1)   Mercenary yaitu untuk mencari keuntungan negara Barat di negara-negara Islam.
2)   Missionary yaitu untuk menyebarkan agama Kristen pada negara-negara jajahannya.
3)   Military yaitu perluasan daerah militer.
Faktor utama yang menarik kehadiran kekuatan-kekuatan Eropa ke negara-negara muslim adalah ekonomi dan politik. kemajuan Eropa dalam bidang industri menyebabkannya membutuhkan bahan-bahan baku, disamping rempah-rempah. Mereka juga membutuhkan negeri-negeri tempat memasarkan hasil industri mereka. Untuk menunjang perekonomian tersebut, kekuatan politik diperlukan sekali. Akan tetapi persoalan agama seringkali terlibat dalam proses politik penjajahan barat atas negeri-negeri muslim. Trauma Perang Salib masih membekas pada sebagian orang barat, terutama Portugis dan Spanyol, karena kedua negara ini dalam jangka waktu lama, berabad-abad berada di bawah kekuasaan Islam. 
Negeri-negeri Islam yang pertama dapat dikuasai Barat adalah negeri Islam di Asia Tenggara dan di Anak Benua India, kemudian negeri-negeri Islam di Timur Tengah yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Usmani, karena meskipun mengalami kemuduran, ia masih disegani dan dipandang masih cukup kuat untuk berhadapan dengan kekuatan militer Eropa waktu itu.
India ketika berada pada masa pemerintahan Mughal adalah negeri yang kaya dengan hasil pertanian. Hal itu mengundang Eropa, yang sedang mengalami kemajuan berdagang kesana. Awal abad ke-17, Inggris dan Belanda mulai menginjakkan kaki di India. Tahun 1611 M, Inggris mendapat izin menanamkan modal, dan tahun 1617 M Belanda mendapat izin yang sama. Akhirnya, pada tahun 1899 M kesultanan Muslim Baluchistan jatuh di bawah kekuasaan India-Inggris, yang memang sebelumnya telah diincarnya.
Asia Tenggara, negeri tempat Islam baru mulai berkembang, merupakan daerah rempah-rempah terkenal pada masa itu dan menjadi ajang perebutan negara-negara Eropa. Kekuatan Eropa malah lebih awal menancapkan kekuasaannya di negeri ini. Hal ini dimungkinkan karena dibandingkan dengan Mughal, kerajaan - kerajaan Islam di Asia Tenggara lebih lemah sehingga dengan mudah dapat ditaklukkan.
Kerajaan Islam Malaka yang berdiri pada awal abad ke-15 M di Semenanjung Malaya yang strategis dan merupakan kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara setelah Samudera Pasai, di taklukkan Portugis tahun 1511 M. Pada tahun 1521 M, Spanyol datang ke Maluku dengan tujuan dagang. Spanyol berhasil menguasai Filipina, termasuk di dalamnya beberapa kerajaan Islam, seperti Kesultanan Manguindanao, Kesultanan Buayan, dan Kesultanan Sulu. Bahkan, Abad ke-19 M, Inggris menguasai seluruh Indonesia untuk jangka waktu yang tidak terlalu lama.
Sebagaimana di India, di Asia Tenggara kekuasaan politik negara-negara Eropa berlanjut terus sampai pertengahan abad ke-20 M, ketika negeri - negeri tersebut memerdekakan diri dari kekuasaan asing. Ekspansi Barat ke Timur Tengah di mulai ketika Kerajaan Usmani mengalami kemunduran sementara Barat mengalami kemajuan di segala bidang, seperti perdagangan, ekonomi, industri perang dan teknologi militer. Meskipun demikian, nama besar Turki Usmani masih disegani oleh Eropa Barat sehingga mereka tidak melakukan penyerangan ke wilayah-wilayah kekuasaan kerajaan Islam. Namun, kekalahan besar Kerajaan Usmani dalam menghadapi serangan Eropa di Wina tahun 1683 M menyadarkan Barat bahwa Kerajaan Usmani telah mundur dan sejak itulah Kerajaan Usmani berulangkali mendapat serangan-serangan besar dari Barat.

2.   Faktor Perkembangan Islam pada Masa Modern
a.   Kesadaran Melakukan Pembaharuan Pemikiran, Politik dan Peradaban
Pembaruan dalam Islam yang timbul pada periode sejarah Islam mempunyai tujuan, yakni membawa umat Islam pada kemajuan, baik dalam ilmu pengetahuan maupun kebudayaan. Perkembangan Islam dalam sejarahnya mengalami kemajuan dan juga kemunduran.
Persentuhan dengan Barat menyadarkan tokoh-tokoh Islam akan ketinggalan mereka. Karena itu, mereka berusaha bangkit dengan mencontoh Barat dalam masalah masalah politik dan  peradaban untuk menciptakan keseimbangan kekuatan (balance of power). Hal ini tercermin dalam pengiriman para pelajar muslim oleh penguasa Turki dan Mesir ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan dan dilanjutkan dengan gerakan penerjemahan karya-karya Barat ke dalam bahasa mereka. Pelajar-pelajar India juga banyak yang menuntut ilmu ke Inggris.
Gerakan pembaharuan itu, dengan segera juga memasuki dunia politik, karena Islam memang tidak bisa dipisahkan dengan politik. Gagasan politik yang pertama kali muncul adalah gagasan Pan-Islamisme (Persatuan umat Islam Sedunia) yang pada awalnya didengungkan oleh gerakan Wahhabiyah dan Sanusiayah. Namun, gagasan ini baru disuarakan dengan lantang oleh tokoh pemikir Islam terkenal, Jamaludin al-Afghani. Al-Afghani-lah orang pertama yang menyadari sepenuhnya akan dominasi Barat dan bahayanya.
Gagasan nasionalisme yang berasal dari Barat tersebut masuk ke negeri-negeri Islam melalui persentuhan umat Islam dengan Barat yang menjajah mereka dan dipercepat oleh banyaknya pelajar Islam yang menuntut ilmu ke Eropa atau lembaga-lembaga pendidikan barat yang didirikan di negeri mereka. Gagasan kebangsaan ini pada mulanya banyak mendapat tantangan dari pemuka-pemuka Islam, karena dipandang tidak sejalan dengan semangat uóuwaú al-Islamiyaú. Akan tetapi, gagasan ini berkembang dengan cepat setalah gagasan Pan-Islamisme redup.
b.      Kemerdekaan Negara Mayoritas Islam dari Penjajahan Bangsa Barat
Negara berpenduduk mayoritas Muslim yang pertama kali memproklamasikan kemerdekaannya adalah Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945. Pakistan tanggal 15 Agustus 1947, ketika Inggris menyerahkan kedaulatannya di India kepada dua Dewan Konstitusi, satu untuk India dan satunya untuk Pakistan.
Mesir tanggal 23 Juli 1952 menganggap dirinya benar - benar merdeka. Pada tahun 1951 di Afrika, tepatnya Libiya merdeka, Sudan dan Maroko tahun 1956, Aljazair tahun 1962. Semuanya membebaskan diri dari Prancis. Dalam waktu yang hampir bersamaan, Yaman Utara, Yaman selatan dan Emirat Arab memperoleh kemerdekaannya pula. Di Asia tenggara, Malaysia, yang saat itu termasuk Singapura mendapat kemerdekaan dari Inggris pada 1957, dan Brunai Darussalam pada 1984 M.
Demikianlah, satu persatu negeri-negeri Islam memerdekakan diri dari penjajahan. Bahkan, beberapa diantaranya baru mendapat kemerdekaan pada tahun-tahun terakhir, seperti negera Islam yang dulunya bersatu dalam Uni Soviet, yaitu Uzbekistan, Turkmenia, Kirghistan, Kazakhtan, Tasjikistan dan Azerbaijan pada tahun 1992 dan Bosnia memerdekakan diri dari Yugoslavia pada tahun 1992.

B.  Aspek-aspek Kebangkitan dalam Perkembangan Islam Zaman Modern
1.   Aspek Aqidah (purifikasi)
Masalah tauhid merupakan ajaran yang paling mendasar dalam Islam. Pemikiran tentang purifikasi/pemurnian akidah adalah upaya memperbaiki sekaligus reaksi terhadap paham tauhid yang terdapat di kalangan umat Islam yang telah bercampur dengan khurafat.
Pemikiran diatas mencuat atas kondisi mayoritas kaum muslimin di awal abad ke-12, telah bergelimang dengan kesyirikan dan kembali ke era jahiliyah. Hal itu disebabkan karena kebodohan mereka dan semaraknya para juru dakwah yang mengajak kepada kesesatan dan kesyirikan. Mereka berpaling dari tauhid dan menyembah kaum shalihin, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia, serta menyembah kuburan-kuburan mereka. Bahkan kesesatan kaum muslimin tersebut sebenarnya telah terjadi berabad-abad yang silam.
2.   Aspek Syari’ah (tajdid)
Menghidupkan kembali ajaran salaf al-shaleh, memelihara nash-nash, dan meletakkan kaidah-kaidah yang disusun untuknya serta meletakkan metode yang benar untuk memahami nash tersebut dalam mengambil makna yang benar yang sudah diberikan oleh ulama dibutuhkan gerakan tajdid yakni gerakan membersihkan Sunnah dari bid’ah memperbanyak ilmu dan memu-liakannya, membenci bid’ah dan menghilangkannya .” Selanjutnya tajdid dikatakan sebagai penyebaran ilmu, meletakkan pemecahan secara Islami terhadap setiap problem yang muncul dalam kehidupan manusia, dan menentang segala yang bid’ah.
Salah satu gagasan penting dalam bidang syari’ah adalah adanya gagasan, pemikiran dan gerakan dibukanya pintu ijtihad dan rasionalisasi dimensi ajaran syari’ah islam yang menzaman. Pada zaman kebangkitan ini, gagasan, pemikiran dan gerakan dibukanya pintu ijtihad dan rasionalisasi ini menemukan momentumnya setelah sekian abad terlarang, sebagai akibat sistem pengamalan ajaran yang terpusat pada tokoh-tokoh tasawuf yang secara ketat menggiring umat islam untuk mengikuti ajaran tokoh sufi tertentu sehingga bersifat ekslusif yakni sikap merasa paling benar dan enggan menerima pendapat pihak lain.
Sebagai akibat lanjut dari eksklusifisme, orang-orang kelompok ini menjadi kehilangan sikap objektifitas dalam menilai sebuah persoalan. Benar dan salah tidak lagi didasarkan atas persoalannya melainkan lebih pada asalnya, dari dan oleh kelompok mana atau tokoh siapa yang pada giliranya masyarakat terkurung dalam satu keadaan, karena  terbiasa menerima sabda sang panutan dan menganggapnya sebagai sebuah keniscayaan tanpa ada keinginan untuk merubah apalagi menolak.
3.   Aspek Ilmu Pengetahuan
Islam merupakan agama yang sangat mendukung kemajuan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, Islam menghendaki manusia menjalankan kehidupan yang didasarkanpada rasioanlitas atau akal dan iman. Ayat-ayat Al Qur’an banyak memberi tempat yang lebih tinggi kepada orang yang memiliki ilmu pengetahuan, Islam pun menganjurkan agar manusia jangan pernah merasa puas dengan ilmu yang telah dimilikinya karena berapapun ilmu dan pengetahuan yang dimiliki itu, masih belum cukup untuk dapat menjawab pertanyaan atau masalah yang ada di dunia ini.
Ajaran Islam tersebut mendapat respon yang positif dari para pemikir Islam sejak zaman klasik (650-1250 M), zaman pertengahan (1250-1800 M) hingga periode modern (1800 m dan seterusnya). Masa pembaruan merupakan zaman kebangkitan umat Islam. Jatuhnya mesir ke tangan barat menyadarkan umat Islam bahwa di barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi Islam. Raja-raja dan pemuka-pemuka Islam mulai memikirkan cara untul meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam.
Pada era kebangkitan ini pemikir muslim berusaha untuk menguasai kembali khazanah keilmuan yang telah dikuasai barat, dengan cara mempelajari dan medalami pemikiran barat modern guna dijadikan dasar pijakan pengusaan teknologi dengan mempertimbangkan nilai-nilai ajaran kitab suci dan sunnah.
4.   Aspek Politik
a.   Gerakan Pan Islamisme  (persaudaraan sesama umat Islam sedunia)
Kemunduran umat Islam, salah satu sebabnya adalah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Ajaran qada’ dan qadar telah berubah menjadi ajaran fatalisme yang menyebabkan umat menjadi statis. Sebab-sebab lain adalah perpecahan di kalangan umat Islam sendiri, yaitu lemahnya persaudaraan antar umat Islam dan lain-lain. Untuk mengatasi semua itu, menurutnya umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang benar, mensucikan hati, memuliakan ahlak, berkorban untuk kepentingan umat, pemerintahan otokratis harus diubah menjadi demokratis. Dan persatuan umat harus diwujudkan sehingga umat akan maju sesuai tuntutan zaman.
Selain itu, solidaritas sesama muslim bukan karena ikatan etnik maupun rasial, tetapi karena ikatan agama. Muslim entah dari bangsa mana datangnya, walau pada mulanya kecil akan berkembang dan diterima oleh suku dan bangsa lain seagama selagi ia masih menegakkan hukum agama.
b.   Gerakan Nasionalisme.
Munculnya gagasan nasionalisme yang diikuti gengan berdirinya partai-partai politik merupakn modal utama umat islam dalam perjuangannya untuk mewujudkan Negara merdeka yang terbebas dri pengaruh poilitik barat. Perjuangan mereka biasanya terwujud dalam beberapa bentuk kegiatan seperti gerakan politik, baik dalam bentuk diplomadi maupun perjuangan bersenjata dan pendidikan, serta propaganda alam rangka mempersiapkan masuarakat menyambut dan mengisi kemerdekaan itu. Negara berpenduduk mayoritas muslim yang berhasil memproklamasikan kemerdekaan
5.   Aspek Pendidikan
Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorentasi pada pola pendidikan modern di Barat. Yang mempunyai pandangan bahwa sumber kekuatan dan kesejahteraan hidup yang dialami oleh Barat adalah sebagai hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang mereka capai. Dan bahwa apa yang dicapai oleh bangsa-bangsa barat sekarang adalah merupakan pengembangan dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang pernah berkembang di dunia Islam. Atas dasar demikian, maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber kekuatan dan kesejahteraan tersebut harus dikuasai kembali. Dari dari mencermin dari pola pendidikan yang dikembangkan barat maka umat Islam mulai mendirikan sekolah-sekolah sebagai pusat pendidikan seperti yang ada di barat. Baik sistem maupun isi pendidikan. Dan juga mengirim para pelajar untuk menimba ilmu pengetahuan langsung dari tempat berkembangnya ilmu pengetahuan Barat tersebut.
Di kenalnya orang-orang bangsa Tukir Usmani sebagai bangsa yang suka berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan luar membuat dasar mudahnya melakukan pembaharuan pendidikan yang berorientasi pada pola pendidikan barat menjadi mudah dan cepat berkembang. Pembaharuan pendidikan dengan pola barat ini, mulanya timbul di Turki Usmani pada akhir abad ke 11 H/17 M. 

C.  Tokoh-Tokoh Berprestasi dalam Perkembangan Islam Pada Masa Modern
1.   Muhammad Bin Abdul Wahab
Salah satu pelopor pembaharuan dalam dunia Islam Arab adalah suatu aliran yang bernama Wahabiyah yang sangat berpengaruh di abad ke-19. Pelopornya adalah Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787 M) yang berasal dari Najd, Saudi Arabia. Pemikiran yang dikemukakan oleh Muhammad Bin Abdul Wahab adalah upaya memperbaiki kedudukan umat Islam dan merupakan reaksi terhadap paham tauhid yang terdapat di kalangan umat Islam saat itu. Paham tauhid mereka telah bercampur aduk oleh ajaran-ajaran tarikat yang sejak abad ke-13 tersebar luas di dunia Islam
Disetiap negara Islam yang dikunjunginya, Muhammad bin Abdul Wahab melihat makam-makam syekh tarikat yang ditinggikan yang bertebaran. Setiap kota bahkan desa-desa mempunyai makam sekh atau walinya masing-masing. Ke makam-makam itulah umatt islam pergi dan meminta pertolongan dari syekh atau wali yang dimakamkan disana untuk menyelesaikan masalah kehidupan mereka sehari-hari. Ada yang meminta diberi anak, jodoh disembuhkan dari penyakit, dan ada pula yang minta diberi kekayaan. Syekh atau wali yang telah meninggal. Syekh atau wali yang telah meninggal dunia itu dipandang sebagai orang yang berkuasa untuk meyelesaikan segala macam persoalan yang dihadapi manusia di dunia ini. Perbuatan ini menurut paham Wahabiyah termasuk syirik karena permohonan dan doa tidak lagi dipanjatkan kepada Allah SWT.
Pokok-pokok pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab tentang pemurnian (purifikasi) tauhid sebagai berikut :
a.   Tauhid
Tauhid merupakan tema sentral dalam pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab Tauhid. Menurutnya, seperti yang ada dalam bukunya Kitab Al-Tauhid, yakni Al-Ibadah atau pengabdian kepada Allah, karena rasul yang diutus Allah memulai seruannya kepada manusia agar beribadah hanya kepada Allah SWT. Selanjutnya ia mengartikan kalimat tauhid La ilaha illallahbahwa hanya Allah-lah yang mempunyai kekuasaan hakiki dan hanya Allah pula-lah yang patut disembah selain Allah adalah syirik dan thagut.
Muhammad bin Abdul Wahab membagi tauhid dalam empat bagian yaitu: Tauhid Uluhiyah, (tauhid terhadap Allah sebagai yang disembah). Tauhid Rububiyah, (tauhid terhadap Allah sebagai pencipta segala sesuatu), Tauhid Asma dan Sifat, (tauhid yang berhubungan dengan nama dan sifat Allah), dan Tauhid Af’al (tauhid yang berhubungan dengan perbuatan Allah).
     Kesimpulan tauhid yang diajarkan dari Muhammad bin Abdul Wahab pada intinya sebagai berikut:
1)   Yang boleh dan harus disembah hanyalah Tuhan Allah SWT, dan bagi orang yang menyembah selain dari Tuhan Allah telah menjadi musyrik.
2)   Sebagian orang Islam bukan lagi penganut paham tauhid yang sebenarnya, karena mereka meminta pertolongan bukan lagi kepada tuhan tetapi dari syekh atau wali dari kekuatan ghaib. Orang Islam yang demikian menjadi musyrik.
3)   Menyebut nama, syekh atau malaikat sebagai perantara dalam doa juga merupakan syirik.
4)   Meminta syafa’at selain dari kepada Allah adalah juga syirik.
5)   Bernazar kepada selain dari Allah juga syirik
6)   Tidak percaya kepad qada dan qadar Tuhan juga merupakan kekufuran.
Ajaran tauhid yang dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab bukan hanya dalam tatanan teoritis, tetapi ia juga mencoba mewujudkan pemikiran tauhidnya dalam bentuk aksi. Dengan gerakan wahabiyahnya, ia berusaha keras untuk memurnikan ajaran Islam dan mengembalikan ajaran pemahaman umat Islam kepada Islam yang murni, yakni Islam yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan hadits. Ia pun mengajarkan untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits.
b.   Terbukanya pintu ijtihad dan melarang taqlid
Seruan untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits membawa konsekkuensi logis bagi terbukanya pintu ijtihad. Hal ini dapat dipahami karena tidak semua ajaran Islam yang bersifat universal diformulasikan secara rinci di dalam Al-Qur’an dan Hadits. Dengan terbukanya pintu ijtihad, maka Muhammad bin Abdul Wahab melarang umet Islam untuk bertaqlid kepada para ulama.
c.   Penetapan hukum Islam harus merujuk kepada Al-Qur’an dan Hadits
Prosedur yang harus dilalui dalam menetapkan hukum Islam yaitu pertama-tama harus meneliti apakah persoalan tersebut terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits. Jika tidak ada, maka diperlukan ijma’ (konsensus). Bagi Muhammad bin Abdul Wahab, ijma’ dipahami secara terbatas, yakni pada beberapa generasi muslim pertama.
d.   Tawassul dan bid’ah
Muhammad bin Abdul Wahab membantah dengan keras lawan-lawannya yang membolehkan adanya tawassul. Menurutnya, ibadah dimaksudkan untuk menyerahkan seluruh ucapan dan tingkah laku hanya kepada Allah semata. Meminta bantuan atau perlindungan melalui perantaraan seseorang atau kepada simbol-simbol yang bersifat mistik dilarang dalam Islam. Sementara itu, dalam mengartikan bid’ah Ibn Abdul Wahab sangat ketat. Bid’ah didenifisikan sebagai ajaran atau aktifitas yang tidak berdasarkan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah (praktik-praktik yang dijalankan oleh Rasullulah). Ia menolak semua bentuk bid’ah. Baginya tidak ada bid’ah hasanah. Beberapa contoh yang diklaim sebagai bid’ah yaitu; memasang kain Raudhah, mengucapkan kata Sayyidina Muhammad, merayakan hari lahirnya nabi, meminta tawassul dari para wali, mengirimkan Fatihah kepada para pendiri sufi setelah sholat lima waktu, dan mengulang sholat lima waktu setelah selesai shalat Jum’at di bulan Ramadhan.
Muhammad bin Abdul Wahab merupakan pemimpin yang aktif berusaha mewujudkan pemikirannya. Ia mendapat dukungan dari Muhammad Ibn Su’ud dan putranya Abdul Aziz di Najd. Paham-paham Muhammad bin Abdul Wahab tersebar luas dan pengikutnya bertambah banyak sehingga di tahun 1773 M mereka dapat menjadi mayoritas di Saudi Arabia, hingga saat ini.

2.   Syah Waliyullah
Nama lengkapnya adalah Imam Al-Kabir Sheikh Ahmad Abdur Rahim Ibn As-Shahid Wajihuddin Ibn Mu’azzam Ibn Mansur Ibn Ahmad Ibn Mahmud Dahlawi adalah kemudian lebih dikenal dengan Syah Waliyullah. Lahir pada 21 Febuari 1114 H/ 1702 M, di Pulth, daerah Muzaffaragh, dekat Delhi, India Silsilah keturunannya di sebelah ayahnya sampai kepada Sayyidina Umar  Al-Faruq dan di sebelah ibunya sampai kepada Imam Musa Khazim r.a.
Tokoh besar ini terlihat memiliki kecerdasan yang luar biasa sejak dalam tingkat dasar sekitar umur 5 tahun. Menginjak umur 7 tahun ia telah menghafal al Quran. Tahun demi tahun silih berganti. Tepat menginjak umur 15 tahun, ia sudah menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan seperti halnya: ilmu hukum, tafsir, hadits, ilmu logika, filsafat, astronomi, kedokteran, matematika dan lain-lain. Sebagai penyeimbang dari berbagai ilmu pengetahuan yang didapatkan, beliau juga mendalami pengembangan ruhani melalui latihan-latihan dalam tarekat, sebab orang tuanya juga sebagai pemimpin tarekat lokal yang bernama Naqsyabandiyah.
Mengingat berbagai pengalaman dan keilmuaan yang beliau miliki sangat komplek, setidaknya ada beberapa catatan penting dari hasil produk-produk intlektual beliau yang ditawarkan di tengah kehidupan masyarakat yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.   Menyeru Kembali kepada Al Qur’an dan Hadis
b.   Tidak suka praktek-praktek sufi yang sudah tidak benar
c.   Membrantas taklid buta, beliau berpandangan yang dapat diperbolehkan adalah seseorang mengetahui secara jelas apa yang harus dia ikuti
Adapun hasil dari pemikirannya ialah sejumlah karya ilmiahnya di antaranya:
a.   Fuyud al Haramain (limpahan dua kota suci)
b.   Al Fatimah (berkisah tentang bangunan spiritual)
c.   Al Hujjat al Baligah (argumentasi yang kuat)
d.   Al-Fauz al Kabir fi Usul at Tafsir (kemenangan besar dalam Usul Tafsir)

3.   Mohammad Ali Pasya
Muhammad Ali seorang keturunan dari Turki yang lahir dari Kawalla. pada tahun 1765. dan meninggal di Mesir pada tahun 1849. Orang tuanya bekerja sebagai penjual rokok, dari kecil ia sudah harus bekerja, dia tak pernah memperoleh kesempatan sekolah, dengan demikian dia tidak bisa membaca dan menulis.
Ia diberikan kepercayaan sebagai pemimpin militer pada era Turki Utsmani dan menjadi seorang pemimpin tersohor kebanggaan negara Mesir, terutama dalam merevolusi negara tersebut  menjadi sebuah negara industri dan modern. Bahkan, orang Mesir sendiri mengenalnya sebagai seorang pahlawan. Walaupun tidak dilahirkan di Mesir dan tidak berbahasa Arab, namun keinginannya untuk membangun dan meningkatkan sumber penghasilan ekonomi bagi negara Mesir sangat besar. Inisiatif, visi dan semangat yang dimilikinya tak mampu menandingi pahlawan-pahlawan lain yang sezaman dengannya.
Muhammad Ali memerintahkan tentaranya untuk menggagalkan serta mengusir balik usaha Napoleon Bonaparte yang ketika itu berhasil berlabuh di tepi pantai Alexandria.  Selama kurun waktu 3 tahun bekerjasama dengan pihak Inggris akhirnya ekspedisi itupun menuai hasil, tepatnya pada tahun 1801 M. 
Kepentingan Inggris tidak lain adalah meminta kerjasama dengan pihak Mesir guna membuka  Terusan Suez sebagai jalur transportasi menuju kawasan India dan Timur Jauh. Inggris sebagai negara kolonialis berambisi untuk melakukan perluasan negara jajahan, terutama kawasan India yang memiliki kekayaan berlimpah dan yang patut dieksploitasi. Tetapi keinginan Inggris tersebut mendapat penolakan dari pihak Mesir dengan mengerahkan 5.000 tentara Pasha yang sanggup mempertahankan jalur perdagangan terpadat dunia tersebut. 
Muhammad Ali memperkuat kekuatannya dengan memajukan negara dari segala lini kehidupan. Kepercayaan yang dimilikinya sebagai seorang Sultan Utsman mampu menggerakkan pemerintahan Mesir untuk memodernisasikan kekuatan dan administrasi militer. Muhammad Ali Payha mengundang para ahli militer barat untuk melatih angkatan bersenjata Mesir dan juga mengirim misi ke luar negeri (Eropa) guna mempelajari ilmu kemiliteran. Pada tahun 1815 M untuk pertama kalinya Mesir mendirikan Sekolah Militer yang sebagian besar instrukturnya didatangkan dari Eropa. Tidak hanya itu, namun ia juga banyak mengimpor persenjataan buatan Eropa seperti buatan Jerman atau Inggris.
Terinspirasi oleh pelatihan militer bangsa Eropa, Muhammad Ali kemudian melatih bala tentaranya berdasarkan “Nidzam al-Jadid “ atau bisa disebut dengan peraturan baru. Ia mengatur tentara-tentara Mesir dan mulai memperkuatkannya dengan menjadikan para petani luar daerah untuk mengikuti wajib militer. Upaya itu ternyata cukup berhasil untuk menjadikan kekuatan militer Mesir semakin berkembang. Bisa kita simpulkan, bahwa modernisasi yang paling utama dilakukan yaitu di bidang kemiliteran.
Untuk kemajuan Negara Ia meningkatkan pertanian di Mesir dengan membuat Irigasi, melakukan penanaman Kapas yang di datangkan dari India dan Sudan. demi kemajuan ekonomi ia memperbaiki pengangkutan dan menghidupkan Industri tetapi gagal karena kekurangan ahli di mesir.
      Diantara pembaharuan yang dilakukan oleh Ali Pasha adalah :
a.   Bidang Ekonomi
Salah satu dampak perkembangan tersebut adalah ekspor kapas ke negara Eropa. Hal itu sangat menguntungkan, karena adanya angsuran terhadap para petugas administrasi yang dijadikan sebagai salah satu titik poin keuntungan bagi Mesir. Selain itu wisatawan asing juga turut menyumbangkan pendapatan bagi devisa negara.
Tatanan sosial Muhammad Ali Pasha mengubah pengaturan administrasi bagi penduduk desa dan kota dengan sistem yang lebih modern. Pembangunan prasarana masyarakat umum mulia digalakkan, seperti pembangunan Rumah Sakit, sekaligus mendatangkan beberapa dokter spesialis untuk menangani problematika penduduk setempat. Hal itu tidak lain adalah sebagai bentuk kekhawatiran Ali Pasha terhadap kesejahteraan penduduk desa yang mengikuti wajib militer. Terutama ketika virus cacar mulai melanda sebagian penduduk Mesir ketika itu.
Bidang perekonomian Mesir mengalami peningkatan yang sangat besar, hal itu terjadi pada tahun 1830 M. Bagaimanapun, Muhammad Ali sangat berjasa telah menunjukkan kehebatan militer dan sistem administrasinya. Ia juga mengusulkan untuk mengontrol proyek aliran sungai nil, membangun batu-batu dari pyramid yang telah diselesaikan pada tahun 1861 M. Pada akhirnya,  Muhammad Ali diasingkan oleh Sultan Turki Usmani atas tekanan Inggris di tahun 1840 M dan Mesir kembali diperintah oleh Abbas dan Sa'id Pasha. Pada masa ini Mesir mengalami kemerosotan, namun dihidupkan kembali oleh pemimpin tangguh Khediv Ismail. Dibawah kepemimpinan ini, sang Khediv mulai menghidupkan kembali tatanan sosial politik Mesir dari yang sebelumnya merosot.
b.   Bidang Pembangunan
Usaha terhebat lainnya adalah dengan terselesaikannya pembangunan sebuah terusan kuno yang menghubungkan antara Alexandria dengan sungai nil. Menurut beberapa laporan, upaya tersebut diawali dengan penggalian yang mengerahkan kurang lebih 100.000 petani Mesir. Dari hal tersebut meningkat pulalah pusat irigasi dari tahun 1813-1830 M hingga 18%, yang sebelumnya proyek irigasi ini sangat lemah dan kurang menguntungkan terlebih ketika masa awal kepemimpinan Muhammad Ali. 
Peninggalan termegah Muhammad Ali bisa kita lihat di perbukitan Jabal Muqatam, ia dengan mengerahkan desainer Yunani bernama Yusuf Bushnak akhirnya berhasil membuat Masjid indah dengan corak menara Turki yang berwarna putih perak. Jika kita amati, masjid ini terbuat dari bahan marmer yang menawan, maka tidak heran jika mayoriytas penduduk Mesir menamainnya sebagai masjid Alabaster.
Sungguh pun seorang yang buta huruf namun ia mengerti akan pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk kemajuan suastu negara. ia mendirikan satu kementrian pendidikan, untuk pertama kalinya ia mendirikan sekolah militer di Mesir di tahun 1815. sekolah teknik di tahun 1816. dan sekolah kedokteran di tahun1827.guru-gurunya di datangkan dari Barat. Muhammad Ali merobabah sistim atau imprastruktur yang selama ini di pakai kepada pembahruan. Karena ia yakin bahwa kekuasaannya hanya dapat dipertahankan dan di perbesar dengan kekuatan militer.
Jasa lain Muhammad Ali adalah melakukan renovasi benteng Sholahuddin yang dibangun pertama kali oleh pahlawan Perang Salib muslim, Sholahuddin al-Ayyubi. Dalam hal ini, ia banyak melakukan perbaikan tembok-tembok yang sudah runtuh baik yang berada didalam maupun diluar. Kemudian, ia juga membangun sebuah istana keluarga yang dapat kita nikmati jika kita melewati Bab al-Qullah. Pada tahun 1949 istana ini dijadikan museum oleh Raja Faruq. 
c.   Bidang Pendidikan
Cara modernisasi yang ia lakukan adalah dengan menerjemahkan buju-buku terbitan Eropa dalam skala yang besar. Menurut catatan sejarah ia mengirim 311 pelajar Mesir ke Italia, Perancis, Inggris dan Austria dengan mengambil disiplin keilmuan yang beragam seperti kemiliteran, ilmu administrasi, arsitek, kedokteran dan obat-obatan. Di samping mendelegasikan pelajar Mesir ke Eropa ia juga mendatangkan guru-guru agung Eropa untuk mengajar di sekolah-sekolah yang telah ia bangun, misalnya Sekolah Militer (1815), Sekolah Teknik (1816), Sekolah Kedokteran (1927), Farmasi (1829). Muhammad Ali juga menerbitkan majalah berbahasa Arab pertama kalinya yang diterbitkan tahun 1828 M, ia menamainya dengan majalah " al-Waqa'i al-Mishriyah" (Berita Mesir). Majalah ini digunakan rezim Muhammad Ali sebagai alat resmi pemerintah.  
Sungguh pun seorang yang buta huruf namun ia mengerti akan pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk kemajuan suastu negara. ia mendirikan satu kementrian pendidikan, untuk pertama kalinya ia mendirikan sekolah militer di Mesir di tahun 1815, sekolah teknik di tahun 1816, dan sekolah kedokteran di tahun 1827 guru-gurunya di datangkan dari Barat. Muhammad Ali merobabah sistim atau imprastruktur yang selama ini di pakai kepada pembahruan. Karena ia yakin bahwa kekuasaannya hanya dapat dipertahankan dan di perbesar dengan kekuatan militer.
d.   Bidang Militer
Ambisi Muhammad Ali untuk memperluas kawasan jajahannya mulai terlihat tahun 1830 M. Setelah serangan pertamanya ke Tripoli, akhirnya ia meluncurkan sebuah invasi ke Syria pada tahun 1831 M dengan alasan bahwa dia hanya mencoba untuk menahan 6.000 penduduk Mesir yang menolak dikenakan wajib militer. Tercatat, pada kekuasaan Muhammad Ali inilah Mesir mampu memperluas daerah kekuasannya sampai ke Sudan, Syria, bahkan para tentaranya turut berperang bersama Turki di kepulauan Yunani, Asia Kecil, hingga Eropa Timur. Sebuah kekuatan sebesar 30,000 tentara dibawah perintah anaknya yaitu Ibrahim Pasha telah berhasil mengepung kota Acra (bagian utara Israel). Pada tahun 1832 M, setelah pengepungan tersebut sekaligus penyerbuan terhadap Syria pasukan mereka mulai berpindah ke daerah Anatolia; Turki pada masa sekarang.

4.   Rifa’ah Badawi Rafi’ Al-Tahtawi
Rifa’ah badawi Rafi’ Al-tahtawi adalah pembawa pemikiran yang besar pengaruhnya dipertengahan pertama diabad ke sembilan belas di mesir. Ia lahir pada tahun 1801 di Tahta, suatu kota yang terletak di Mesir bagian selatan, dan meninggal di Cairo pada tahun 1873. ketika berumur 16 tahun ia pergi ke Cairo untuk belajar di Al Azhar. Setelah 5 tahun menuntut ilmu ia selesai dari studinya di Al-Azhar pada tahun 1822, Al-tahtawi menjadi pengajar disana selama 2 tahun kemudian diangkat menjadi imam tentara di tahun 1824. 2 tahun kemudian, ia diangkat menjadi imam mahasiswa-mahasiswa yang dikirim Muhammad Ali ke Paris.
Selama di Paris ia menerjemahkan 12 buku dan risalah, antara lain buku-buku sejarah, teknik, ilmu bumi, politik dan lain-lain. Ia juga membaca buku-buku karangan Maria Montesquieu, Voltaire, dan  JJ. Rousseau. Buku-buku yang di baca Al-Tahtawi mencakup berbagai lapangan ilmu pengetahuan. Kelihatannya ia dengan sengaja membaca lapangan-lapangan yang begitu berbeda dan tidak mencurahkan perhatiannya ke suatu lapangan tertentu, karena tujuannya adalah menerjemahkan buku-buku Prancis kedalam bahasa Arab.
Di antara karangan-karangan Al Tahtawi adalah Takhlisul Ibriz fi Talkhish Pariz, Manhij al Albab al Mishriyah fi Manahijj al Adab al` Ashriyah, Al Mursyid al Amin lil banat wa al banin, Al- Qaul al Said fi Ijtihad wa al Taqlid, Anwar Taufiq al jalil fi Akhbar Mishar wa Tautsiq Bani Ismail, Al-Mazahib al Arba`ah fi al Fiqh, Qanun al Tijari, Al Tuhfat al Maktabiyah fi al Nahw, Al Manafi` al Uminyah
Rifa’a al-Tahtawi adalah salah satu tokoh pembaharu pertama yang mencoba menjawab pertanyaan limadza taakhkhara al-muslimun wa limadza taqaddama ghayruhum (mengapa kaum Muslim mundur dan mengapa bangsa lain maju?). Menurut al-Tahtawi, kunci pertanyaan itu adalah kebebasan (hurriyyah). Bangsa Eropa maju karena memiliki kebebasan. Temuan sains dan teknologi di Eropa sejak abad ke-16 didorong oleh suasana kebebasan dalam masyarakat itu. Tahtawi menganggap kebebasan bukan hanya kunci bagi kebahagiaan, tapi juga bagi keamanan dan kesejahteraan.
Sebab utama keterbelakangan kaum Muslim, menurut Tahtawi, ialah ketiadaan kebebasan itu. Ini sudah terjadi sejak kerajaan Islam di Baghdad (abad ke-12) dan Cordova (abad ke-15) runtuh. Sebaliknya, kebebasan berpikir yang dalam istilah agama dikenal dengan ijtihad justru dimusuhi dan diharamkan. Selama rentang abad ke-15-ke-19, wacana pemikiran Islam diwarnai dengan semangat menutup pintu ijtihad.
      Pokok-pokon pembaharuan Al Tahtawi adalah :
a.   Bidang Pendidikan
Pemikiran tentang pendidikan yang diterapkan oleh Al Tahtawi di tulis pada buku al-Mursyid al-Amin fi Tarbiyah al-Banin (pedoman tentang pendidikan anak). Buku ini menerangkan tentang ide-ide pendidikan yang meliputi :
1)   Pembagian jenjang pendidikan atas tingkat permulaan, menengah, dan pendidikan tinggi akhir.
2)   Pendidikan diperlukan, kerana pendidikan merupakan salah satu jalan untuk mencapai kesejahteraan
3)   Pendidikan mesti dilaksanakan dan diperuntukan bagi segala golongan. Maka tidak ada perbedaan antara pendidikan anaklaki-laki dan anak perempuan. Pemikiran mengenai persamaan antara laki-laki dan pendidikan anak perempuan ini dinilai sebgai mencontoh ide pemikiran Yunani.
4)   Anak-anak perempuan harus memperoleh pendidikan yang sama dengan anak lelaki. Pendidikan terhadap perempuan merupakan suatu hal yang sangat penting karena alasan, yaitu :
a)   Wanita dapat menjadi istri yang baik dan dapat menjadi mitra suami dalam kehidupan sosial dan intelektual.
b)   Agar wanita sebagai istri memiliki keterampilan untuk bekerja dalam batas-batas kemampuan mereka sebagai wanita.
b.   Bidang Ekonomi
Beberapa ide yang dikemukan Al Tahtawi mengenai bidang ekonomi, termuat dalam karya tulisannya " kitab Takhlish al Ibriz ila talkhis bariz " antara lain :
1)   Aspek pertanian
Orang Mesir terdahulu terkenal kaya hanya tergantung pada tanah Mesir yang baik dan subur. Oeh karena itu bahwa, perlunya meningkatkan perbaikan bidang pertanian misalnya penanaman pohon kapas, Naila Anggur, zaitun, pemerilaharaan leba, ulat sutra, dan termasuk hal-hal yang berkaitan dengan pertanian misalnya pupuk tanaman, irigasi yang cukup, sarana pengangkutan.
2)   Aspek transportasi
Perbaikan jalan yang menghubungkan dari satu tempat ke tempat lain, demikian juga jembatan dan pemasangan aat telekomunikasi untuk mempermudah Buku atau karya At Tahtawi yang membahas secara rinci mengenai bidang ekonomi, bisa dilihat dalam " Al Manaf al Umumiyyah ". Didalam buku itu dinyatakan bagaimana orang-orang Egypt (Mesir) dahulu dapat berhasil dan sukses, dan kini kemudian akan hilang


c.   Bidang Kesejahteraan Masyarakat
Kesejahteraan merupakan tanggung jawab bersama, antara rakyat dan pemerintah harus saling berkaitan. Kesejahteraan dodunia sangat erat hubungannya dengan kemajuan ekonomi. Sedang kemajuan ekonomi ditentukan oleh semangat kerja dan pengabdian. Al Tahtawi menggambarkam orang-orang yang malas bagaikan patung-patung kuno Mesir, bahkan [etung kuno mesir-pun masaih dapat dijadikan sumber informsi. Jadi menurut Al Tahtawi kesejahteraan akan tercapai dengan dua jalan, yaitu perpegang pada ajaran agama serta budi pekerti yang baik dan kemajuan ekonomi.
d.   Bidang Pemerintahan
Ide Al Tahtawi tentang Negara dan masyarakat, bukan hanya sekedar pandangan tradisional belaka, dan bukan pula hanya sebagai refleksi pengalaman dan pengetahuan yang telah didapatnya di Paris. Tetapi merupakan kombinasi dari keduanya. Dia mengemukakan contoh yang diteladani yaitu nabi Muhammad SAW., dan para sahabat dalam melaksanakan pemerintahan yang mempunyai hak kekuasaan mutlak, yang dalam pelaksanaan pemerintahannya harus dengan adil berdasarkan undang-undang. Untuk kelancaran pelaksanaan undand-ondang itu harus ditangani oleh tiga badanyang terpisah yaitu legislative, executive dan judicative (Trias Politica Montesque).
e.   Patriotisme(hub al wathan)
Al Tahtawi adalah orang Mesir yang pertama penganjur patriotisme. Paham bahwa seluruh dunia Islam adalah tanah air bagi setiap individu muslim, mulai di rubah penekannya. Al Tahtawi menekankan bahwa tanah air adalah tanah tumpah darah seseorang, bukan seluruh dunia Islam. Ia berpendapat bahwa selain adanya persaudaraan se-agama, juga ada persaudaraan setanah air. Patriotisme adalah dasar yang kuat untuk mendorong orang mendirikan suatu masyarakat yang mempunyai pradaban.
f.    Ijtihad dan Sains Modern
Ulama yang dibutuhkan untuk membangun pemerintah yang kuat dan maju, adalah ulama yang ikut bertanggung jawab bersama kepala negara, ulama yang berpikir dinamis, memiliki pengetahuan luas dan menjauhi sikap statis agar mampu menginterprestasi kembali konsep agama sesual denga tuntutan zaman.
Sains dan pemikiran rasional pada dasarya tidak bertentangan dengan syari’at Islam. Karena itu, ijtihad harus dilakukan oleh ulama. Ulama harus dapat merubah masyarakat yang berfikiran statis dan tradisional.
Dalam bukunya Al Qaul al Sadid fi al ijtihad wa al Taqlid menguraikan pentingnya ijtihad dan syarat-syarat menjadi mujtahid, serta dalil dalil dan tingkatan para mujtahid.
Al Tahtawi meyakinkan dan menekankan kepada kaum muslimin Mesir dan para ulama Azhar agar menerima dan merasakan betapa pentingnya serta manfaatnya sains modern sebagaimana telah dikembangkan dan dimanfaatkan oleh orang Barat.
Ia mengatakan pada hakikatnya sains modern itu adalah dan hasil pemikiran kaum muslimin yang kemudian dikembangkan oleh Barat, yaitu dengan perantaraan terjemahan dan buku-buku yang di tulis orang Islam dalam bahasa Arab. Perkembangan sains dan teknologi disamping untuk neningkatkan upaya kualitas umat Islam dalam melakukan ijtihad, juga dapat menunjang kesejahteraan kehidupan kaum muslimin di dunia sebagaimana telah dikembangkan di Eropa.
Gagasan tersebut menjadi fokus penting dan pemikiran dan pembaharuan Al Tahtawi. Oleh karena itu, sebagian besar hidupnya disumbangkan untuk mendukung gagasannya dengan menerjemahkan buku buku agar umat Islam mengetahui budaya yang maju di Barat. Disamping sebagai penulis dan menjadi pimpinan dalarn beberapa pendidikan.

5.   Sayyid Ahmad Khan
Sayyid Ahmad Khan adalah salah tokoh modernis yang lahir di Delhi tahun 1817 M. Nenek moyangnya berasal dari semenanjung Arab yang kemudian hijrah ke Heart, Persia (Iran), karena tekanan politik pada zaman dinasti umayyah. Dan menurut keterangan ia berasal dari keturunan Husain, cucu Nabi Muhammad melalui Fatimah bin Ali. Neneknya Sayyid Hadi, adalah pembesar Istana dizaman Alamghir II (1754-1759).
Di tahun 1861 Ia dirikan sekolah Inggris di Muradabad di tahun 1876 Ia minta berhenti sebagai pegawai pemerintah Inggris dan sampai akhir hayatnya di tahun 1898, Ia mementingkan pendidikan umat Islam India. Di tahun 1878, Ia mendirikan sekolah Muhammedan Anglo Oriental College (M.A.O.C) di Aligarh yang merupakan karyanya yang bersejarah dan berpengaruh dalam cita-citanya untuk memajukan umat Islam India.
Ia memiliki sikap politik di tengah masyarakat ketika terjadi peristiwa besar atau pembrontakan di India pada tahun 1857 M dan merupakan pemimpin alternatif pada saat itu.
M.A.O.C dibentuk sesuai dengan model sekolah di Inggris dan bahasa yang dipakai didalamnya ialah bahsa Inggris. Direkturnya berbangsa Inggris sedang guru dan staffnya banyak terdiri atas orang Inggris. Ilmu pengetahuan modern merupakan sebagian besar dari mata pelajaran yang diberikan. Pendidikan agama tidak diabaikan. Dalam hubungan ini baik disebut bahwa disekolah-sekolah Inggris yang diasuh oleh Pemerintah, agama tidak diajarkan. Di M.A.O.C pendidikan agama Islam dan ketaatan siswa menjalankan ajaran agama diperhatikan dan dipentingklan. Sekolah itu terbuka bukan hanya bagi orang Islam, tetapi juga bagi orang Hindhu, Parsi, dan Kristen.
       Sayyid Ahmad Khan, setidaknya memiliki pemikiran politik yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.   Menyadarkan umat Islam bahwa untuk menjadi kuat mereka harus mau mengembangkan dan menggunakan metode ilmu dan teknologi Inggris dalam berbagai hal. Karena dengan kerja sama itulah sehingga rasa kecurigaan di antara keduanya akan hilang dan dia berusaha membujuk Inggris agar mengubah sikap kejamnya terhadap umat Islam .
b.   Berusaha menghilangkan kecurigaan Inggris terhadap umat Islam dan berusaha meyakinkan Inggris bahwa umat Islam bukanlah pemegang peranan utama dalam pembrontakan 1857 M
c.   Umat Islam harus memiliki negara tersendiri dan terlepas dengan umat Hindu, karena bersatu negara dengan umat Hindu akan membuat minoritas bagi umat Islam.

6.   Jamaluddin Al Afghani
Jamaluddin Al Afghani lahir di Asadabad Afganistan pada tahun 1838 sebagai seorang anak dengan kualitas Intelektual yang sangat luar biasa.  Ia meninggal dunia pada tahun 1897 M. Garis silsilah al-Afghani sampai ke Rasulullah SAW.,  melalui Sayyidina Ali ra. Pada umur 18 tahun ia telah menguasai berbagai cabang ilmu pengetahuan, filsafat, politik, ekonomi, hukum dan agama. Karena keluasan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, maka pada saat umur 18 tahun tersebut ia telah mempesona dunia intelektual dan politik dengan gaya agitasinya yang sungguh menakjubkan.
Ketika baru berusia 22 tahun ia telah menjadi pembantu bagi pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Di tahun 1864 ia menjadi penasehat Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian ia diangkat oleh Muhammad A’zam Khan menjadi Perdana Menteri. Pengaruh agitasinya telah melahirkan suatu revolusi di Afganistan (Kabul) yang memaksa dia harus mengungsi ke India untuk kali pertama pada 1867, sebagai awal dari petualangan keilmuan dan politiknya.
Jamaludin Al-Afgani adalah seorang pemimpin pembaharuan dalam Islam yang tempat tinggal dan aktivitasnya berpindah dari satu negara ke negara Islam lainnya. Pengaruh terbesar ditinggalkan di Mesir. Ketika zaman Al Tahtawi buku-buku diterjemahkan  sudah menyebar dan di dalamnya terdapat salah satunya  ide trias politika  dan patriotisme, maka pada tahun 1879  Al-Afgani membentuk partai al-Hizb al-Wathan (Partai Nasionalis) dengan slogan Mesir untuki orang Mesir mulai kedengaran dengan memperjuangkan  universal, kemerdekaan pers dan pemasukan unsur-unsur Mesir ke dalam bidang militer.
Di India, ia juga merasa tidak bebas untuk bergerak karena negara ini telah jatuh ke bawah kekuasaan Inggris, nampaknya India adalah sebuah persinggahan sementara, karena ternyata pengaruh Jamaluddin telah menumbuhkan semangat kebangsaan untuk melawan Inggris, yang sudah barang tentu sangat dibenci oleh mereka. Maka pada tahun 1871 ia pergi ke Mesir untuk kali ke dua dan menetap di sana selama 8 tahun (1879). Pada mulanya menjauhi persoalan-persoalan politik Mesir dan memusatkan perhatian pada bidang ilmiah dan sastra Arab.
Selama delapan tahun menetap di Mesir ia pergi ke Paris, disini ia mendirikan perkumpulan “Al-Urwatul Wusqa” yang anggotanya terdiri dari orang-orang Islam dari  India , Mesir, Suria, Afrika Utara dan lain-lain. Diantara tujuan yang ingin dicapai ialah memperkuat rasa persaudaraan Islam, membela Islam dan membawa Islam kepada kemajuan. Kemudian di Paris inilah ia bertemu dengan muridnya yang setia yaitu Muhammad Abduh dan kemudian ia kembali ke Istambul, sampai akhir hayatnya.
     Selama di Mesir al-Afghani mengajukan konsep-konsep pembaharuannya, antara lain:
a.   Musuh utama adalah penjajahan (Barat), hal ini tidak lain dari lanjutan perang Salib.
b.   Ummat Islam harus menantang penjajahan dimana dan kapan saja.
c.   Untuk mencapai tujuan itu ummat Islam harus bersatu (Pan Islamisme)
      Untuk mencapai usaha-usaha pembaharuan tersebut di atas menurut al-Afgani:
a.   Rakyat harus dibersihkan dari kepercayaan ketakhayulan.
b.   Orang harus yakin bahwa ia dapat mencapai tingkat atau derajat budi luhur.
c.   Rukun Iman harus betul-betul menjadi pandangan hidup, dan kehidupan manusia bukan sekedar ikutan belaka.
d.   Setiap generasi ummat harus ada lapisan istimewa untuk memberikan pengajaran dan pendidikan pada manusia-manusia bodoh dan juga memerangi hawa nafsu jahat dan menegakkan disiplin
     Diantara pokok  pikiran Jamaluddin Al Afghani adalah  :
a.   Islam mengalami kemunduran dan kejumudan berfikir bukan disebabkan oleh karena Islam tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman, situasi dan keadaan masa kini, melainkan karena umat Islam tidak mampu menginterpretasikannya dengan kemampuan ijtihad dan kebanyakan umat Islam telah meninggalkan ajarannya dengan mengikuti ajaran baru yang dimanipulisir untuk kepentingan asing.
b.   Bahwa kemunduran Islam dilapangan politik disebabkan oleh : Desintegrasi politik atau perpecahan dikalangan umat Islam,  corak pemerintahan yang bersifat absolut (otoriter), pemimpin negara yang tidak disukai oleh rakyat (tidak kredible), mengabaikan masalah pertahanan atau militerisasi, administrasi dipegang oleh mereka yang tidak berkompenten, adanya intervensi oleh negara asing. Untuk itu diperlukan pola pemerintahan yang dapat menarik partisipasi masyarakat secara aktif dalam bentuk demokratisasi dan terbentuknya majlis syuro yang menjamin adanya partisipasi masyarakat secara komunal dan individual.
c.   Bahwa untuk pembaharuan dan pengembangan semangat keIslaman perlu digalakan solidaritas Islam dalam bentuk program aksi “Pan Islamisme” . Gerakan Pan Islamisme tersebut berusaha melakukan pembaharuan di bidang perpolitikan Islam dengan tujuan menyadarkan umat Islam dari bahaya dominasi bangsa asing. Oleh sebab itu perlu diadakan kegiatan-kegiatan : agitasi dan propaganda untuk menggerakkan kaum muslimin agar melakukan pergerakan pemikiran dan pergolakan kebangsaan, melakukan gerakan anti Eropa mulai tahun 1882 sebagai reaksi masuknya Inggris pada tahun 1880.

7.   Muhammad Abduh
Muhammad Abduh lahir pada tahun 1848 M/ 1265 H  disebuah desa di Propinsi Gharbiyyah Mesir Hilir. Ayahnya bernama Muhammad ‘Abduh ibn Hasan Khairullah. Abduh lahir dilingkungan keluarga petani yang hidup sederhana, taat dan cinta ilmu pengetahuan. Orang tuanya berasal dari kota Mahallaj Nashr. Situasi politik yang tidak stabil menyebabkan orang tuanya berpindah-pindah, dan kembali ke Mahallaj Nashr setelah situasi poltiki mengizinkan.
Masa pendidikannya dimulai dengan pelajatan dasar membaca dan menulis yang didapatnya dari orang tuanya. Kemudian sebagai pelajaran lanjutan ia belajar Qur’an pada seorang hafiz. Dalam masa waktu dua tahun ia telah menjadi seorang yang hafal al-Qur’an. Pendidikan selanjutnya ditempuhnya di Thanta, sebuah lembaga pendidikan mesjid Ahmadi.
Abduh adalah seorang pemikir muslim dari Mesir, dan salah satu penggagas gerakan modernisme Islam. Beliau belajar tentang filsafat dan logika di Universitas Al-Azhar, Kairo, dan juga murid dari Jamal al-Din al-Afghani, seorang filsuf dan pembaharu yang mengusung gerakan Pan-Islamisme untuk menentang penjajahan Eropa di negara-negara Asia dan Afrika.
Abduh diasingkan dari Mesir selama enam tahun pada 1882, karena keterlibatannya dalam Pemberontakan Urabi. Di Libanon, Abduh sempat giat dalam mengembangkan sistem pendidikan Islam. Pada tahun 1884, ia pindah ke Paris, dan bersalam al-Afghani menerbitkan jurnal Islam The Firmest Bond. Salah satu karya Abduh yang terkenal adalah buku berjudul Risalah at-Tawhid yang diterbitkan pada tahun 1897.
Dia terdaftar di al-Azhar pada tahun 1866. Abduh mempelajari logika, filsafat dan mistisisme di Al-Azhar University di Kairo. Dia adalah seorang murid dari Jamal al-Din al-Afghani, seorang filsuf dan pembaharu agama yang menganjurkan Pan-Islamisme untuk melawan kolonialisme Eropa. Pada 1877, Abduh dianugerahi tingkat Alim dan ia mulai mengajar logika, teologi dan etika di al-Azhar. Ia diangkat sebagai profesor sejarah di Kairo guru akademi pelatihan Darul Ulum pada tahun 1878. Ia juga ditunjuk untuk mengajar bahasa Arab di Khedivial School of Languages. Abduh diangkat sebagai kepala editor dan al  Waqa al Misriyya surat kabar resmi Negara Mesir.
Untuk mengimbangi serangan Kristen atas Islam, Muhammad Abduh berusaha mencoba menjelaskan kembali (redefinisi) ajaran Islam yang berbeda dengan Kristen. Muhammad Abduh telah berhasil mengungkapkan delapan keunggulan Islam atas Kristen yaitu :
a.         Islam menegaskan bahwa menyakini keesaan Allah dan membenarkan risalah Muhammad merupakan kebenaran inti ajaran Islam.
b.         Kaum Muslim sepakat bahwa akal dan wahyu berjalan tidak saling bertentangan, karena keduanya berasal dari sumber yang sama.
c.         Islam sangat terbuka atas berbagai interprestasi. Oleh karena itu, Islam tidak membenarkan adanya saling mengafirkan di antara kaum muslim.
d.         Islam tidak membenarkan seseorang menyerukan risalah Islam kepada orang lain, kecuali dengan bukti.
e.         Islam diperintahkan untuk menumbangkan otoritas agama,karena satu-satunya hubungan sejati adalah hubungan manusia dengan tuhannya secara langsung.
f.     Islam melindungi dakwah dan risalah, dan menghentikan perpecahan dan fitnah.
g.         Islam adalah agama kasih sayang, persahabatan, dan mawaddah kepada orang yangb berbeda doktrinnya.
h.         Islam memadukan antara kesejahteraan dunia dan akhirat.
     Gerakan pembaharuan Islam yang dilakukan oleh Muhammad Abduh tidak terlepas dari karekter dan wataknya yang cinta pada ilmu pengetahuan. Gibb dalam salah satu karya terkenalnya, Modern Trends in Islam, menyebutkan empat agenda pembaharuan Muhammad Abduh yakni : 
a.   Purifikasi (pemurnian Akidah)
     Purifikasi atau pemurnian ajaran Islam telah mendapat tekanan serius dari Muhammad Abduh berkaitan dengan munculnya bid`ahdan khurafah yang masuk dalam kehidupan beragama kaum muslim. Kaum muslim tak perlu mempercayai adanyah karamah yang dimiliki para wali atau kemampuan mereka sebagai perantara (wasilah) kepada Allah. Dalam pandangan Muhmmad Abduh, seorang muslim diwajibkan mengindarkan diri dari perbuatan dari perbuatan Syirik.
b.   Reformasi Pendidikan
Dalam pembaruan Muhammad Abduh juga memperhatikan pendidikan pada masalah wanita, yang menurutnya pada saat itu wanita telah dirampas oleh laki-laki. Dari beberapa permasalahan diatas, maka dalam makalah sederhana ini penulis akan mencoba untuk membahasnya tentang pembaharuan yang dilakukan Muhammad Abduh terhadap pendidikan Islam di Mesir.
Reformasi pendidikan tinggi Islam difokuskan Muahammad Abduh pada universitas almamaternya, Al-Azhar. Muhammad Abduh menyatakan bahwa kewajiban belajar itu tidak hanya mempelajari buku-buku klasik berbahasa Arab yang berisi dogma ilmu kalam untuk membela Islam. Akan tetapi, kewajiban belajar juga terletak pada mempelajari sain-sain modern, serta sejarah dan agama Eropa, agar diketahui sebaba-sebab kemajuan yang telah mereka capai. Usaha awal reformasi Muhammad Abduh adalah memperjuangan mata kuliah filsafat agar diajarkan di Al-Azhar. Dengan belajar filsafat, semangat intelektualisme Islam yang padam diharapkan dapat dihiduipkan kembali.
c.   Pembelaan Islam
Muhammad Abduh lewat Risalah Al-Tauhidny tetap mempertahankan potret diri Islam. Hasratnya untuk menghilangkan unsur-unsur asing merupakan bukti bahwa dia tetap yakin dengan kemandirian Islam. Muhammad Abduh terlihat tidak pernah menaruh perhatian terhadap paham-paham filsafat anti agama yang marak di Eropa. Dia lebih tertarik memperhatikan serangan-serangan terhadap agama Islam dari sudut keilmuan. Muhammad Abduh berusaha mempertahankan potret Islam dengan menegaskan bahwa jika pikiran dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Hasil yang dicapainya otomatis akan selaras dengan kebenaran illahi yang dipelajari melalui agama.
d.   Pintu Ijtihad Tetap Terbuka
Agenda pembaharuan islam  Muhmmad Abduh berkaitan ijtihad dengan cara membuka kembali pintu ijtihadd. Menurutnya, kemunduran kaum muslim disebabkan oleh dua faktor yaitu intelnal  dan eksternal. Muhammad Abduh dengan refomulasinya menegaskan bahwa Islam telah membangkitkan akal pikiran manusia dari tidur panjangnya. Manusia tercipta dalam keadaan dalam keadaan tidak terkekang.
8.   Muhammad Rasyid Ridha
Muhamrnad Rasyid bin Al Ridha bin Syamsuddin bin Baha’uddin al-Qalmuni al-Husaini, Lahir pada tanggal 27 jumadil awal tahun 1282 H / 1865 M di sebuah desa bernama Qalmun, di sebelah selatan kota Tharablas (Tripoli) atau Syam, ayahnya yang sangat muhtarom hingga tak heran jika anaknya tumbuh sebagai sosok anak yang cerdas. Muhammad Rasyid Ridha dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga terhormat dan taat beragama. Jika di telisik lebih jauh, ternyata Rasyid Ridha memiliki pertalian darah dengan Husen Anak dari Ali bin Abi Thalib dan Sayidina Fatimah (putri Rasulullah SAW).
Setelah menamatkan pelajaran dilingkungan tempat tinggalnya, yang dinamai al-Kuttab, Ridha dikirim oleh orangtuanya ke Tripoli ( Libanon ) untuk belajar di Madrasah Ibtidaiyah yang mengajarkan ilmu nahwu, shorof, akidah, fiqih, berhitung dan ilmu bumi, dengan bahasa pengantar adalah bahasa Turki, mengingat Libanon waktu itu ada dibawah kekuasaan kerajaan Utsmaniyah.
Selain menekuni pelajaran di sekolah tempat ia menimba ilmu, Rasyid Ridha juga rajin mengikuti beberapa perkembangan dunia Islam melalui surat kabar Al-’Urwah Al-Wusqo (sebuah surat kabar berbahasa Arab yang dikelola oleh Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh, dan diterbitkan selama masa pengasingan mereka di Paris). 
Melalui surat kabar ini, Rasyid Ridha mengenal gagasan dua tokoh pembaru yang sangat dikaguminya, yaitu Jamaluddin Al-Afghani, seorang pemimpin pembaru dari Afghanistan, dan Muhammad Abduh, seorang pembaru dari Mesir. Ide-ide brilian yang dipublikasikan itu begitu berkesan dalam dirinya dan menimbulkan keinginan kuat untuk bergabung dan berguru pada kedua tokoh itu. 
Keinginan untuk bertemu dengan Al-Afghani ternyata belum tercapai, karena tokoh ini lebih dahulu meninggal dunia. Namun, ketika Muhammad Abduh dibuang ke Beirut pada akhir 1882, Rasyid Ridha berkesempatan berdialog serta saling bertukar ide dengan Abduh. Pertemuan dan dialog dengan Muhammad Abduh semakin menumbuhkan semangat juang dalam dirinya untuk melepaskan umat Islam dari belenggu keterbelakangan dan kebodohannya. 
Kegemarannya dalam membaca kitab “Ihya Ulumiddin” karya Imam al-Ghazali yang dibacanya berulang-ulang hingga benar-benar mempengaruhi jiwa dan tingkah lakunya . Sampai beliau pernah berkata
 “Aku selalu berusaha agar jiwaku suci dan hatiku jernih, supaya aku siap menerima ilmu yang bersifat ilham, serta berusaha agar jiwaku bersih sehingga mampu menerima segala pengetahuan yang dituangkan kedalamnya”.
Dalam rangka menyucikan jiwa inilah, Ridha menghindari makan-makanan yang lezat-lezat atau tidur diatas kasur, mengikuti cara yang dilakukan kaum sufi.
Melalui kuliah tafsir yang rutin dilakukan di Universitas Al-Azhar, Rasyid Ridha selalu mencatat ide-ide pembaharuan yang muncul dalam kuliah yang diberikan Muhammad Abduh. Selanjutnya, catatan-catatan itu disusun secara sistematis dan diserahkan kepada sang guru untuk diperiksa kembali. Selesai diperiksa dan mendapat pengesahan, barulah tulisan itu diterbitkan dalam majalah al-Manar. Kumpulan tulisan mengenai tafsir yang termuat dalam majalah Al-Manar inilah yang kemudian dibukukan menjadi Tafsir Al-Manar.
Tafsir al-Manar yang bernama Tafsir al-Quran al-Hakim memperkenalkan dirinya sebagai kitab tafsir satu-satunya yang menghimpun riwayat-riwayat yang shahih dan pandangan akal yang tegas yang menjelaskan hikmah-hikmah syariah serta sunnatullah yang berlaku terhadap manusia dan menjelaskan fungsi al-Qur'an sebagai petunjuk untuk seluruh manusia disetiap waktu dan tempat serta membandingkan antara petunjuknya dengan keadaan kaum Muslimin.
Diantara pokok-pokok pikiran Rasyid Ridha adalah :
a.   Bidang agama
Di bidang agama, Rasyid Ridha mengatakan bahwa umat Islam lemah karena mereka tidak lagi mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang murni seperti yang dipraktekkan pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat. Melainkan ajaran-ajaran yang menyimpang dan lebih banyak bercampur dengan bid’ah dan khurafat. Ia menegaskan jika umat Islam ingin maju, mereka harus kembali berpegang kepada Al Quran dan Sunah. Menurutnya, Al Quran dan Sunah harus dilaksanakan secara murni dan konsekwen. 
b.   Bidang pendidikan
Di bidang pendidikan, Rasyid Ridha berpendapat bahwa umat Islam akan maju jika menguasai bidang ini. Oleh karenanya, dia banyak menghimbau dan mendorong umat Islam untuk menggunakan kekayaannya bagi pembangunan lembaga-lembaga pendidikan. Dalam bidang ini, Ridha pun berupaya memajukan ide pengembangan kurikulum dengan muatan ilmu agama dan umum. Dan sebagai bentuk kepeduliannya, ia mendirikan sekolah di Kairo pada 1912 yang diberi nama Madrasah Ad-Da’wah wa Al-Irsyad. 
c.   Bidang politik
Dalam bidang politik, Rasyid Ridha tertarik dengan ide Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam). Sebab, ia banyak melihat penyebab kemunduran Islam, antara lain, karena perpecahan yang terjadi di kalangan mereka sendiri. Untuk itu, dia menyeru umat Islam agar bersatu kembali di bawah satu keyakinan, satu sistem moral, satu sistem pendidikan, dan tunduk dalam satu sistem hukum dalam satu kekuasaan yang berbentuk negara. Namun, negara yang diinginkannya bukan seperti konsep Barat, melainkan negara dalam bentuk khilafah (kekhalifahan) seperti pada masa Al-khulafa ar-Rasyidin. Dia menganjurkan pembentukan organisasi Al-jami’ah al-Islamiyah (Persatuan Umat Islam) di bawah naungan khalifah.

9.    Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal dikenal sebagai pemikir dan penyair hebat dan pejuang kemerdekaan Pakistan bersama Muhammad Ali Jinnah. Dialah sang pelopor pembentukan Negara bagi kaum muslim India yang akhirnya terwujud dalam Negara Pakistan 10 tahun setelah beliau wafat. Ia juga meninggalkan karya-karya besar seperti Javid Namah (Kitab Keabadian), sebagai buku sastra tersohor. 
Iqbal lahir di Sialkot Punjab India 9 November 1877 dan meninggal di Lahore Pakistan 21 April 1938. Berasal dari keluarga kelas menengah yang banyak dibekali nilai-nilai Islam yang kuat. Bakat menulisnya berkembang pesat di bawah bimbingan Maulwi Mirr Hasan. Lulus dari Scotch Mission College di Sialkot, Iqbal pindah ke Lahore masuk ke Kolese Pemerintah di Lahore dan mendapatkan guru Sir Thomas Arnold (seorang pakar Islam dan Filsafat modern) dan tamat dengan predikat cumlaude. Setelah mendapat gelar master dalam bidang filsafat, ia kemudian menjadi korektor Bahasa Arab di Universitas Kolese Oriental Lahore dan juga mengajar di Universitas tersebut. Ia kemudian melanjutkan studi tahun 1905 di Lincoln`s Inn di London untuk menjadi pengacara. Setelah itu ia kembali belajar di Universitas Cambridge pada jurusan Filsafat sambil mempersiapkan disertasi Doktor untuk Universitas Munich Jerman. Disertasinya yang berjudul “Perkembangan Metafisika di Persia” berhasil diselesaikan sehingga ia meraih gelar Doktor Filsafat tahun 1907.Sekembalinya dari Eropa, ia kembali bergabung di Kolese Pemerintah Lahore sebagai Profesor Filsafat dan kesusasteraan Inggris. 
Ketenaran Iqbal juga merambah dalam dunia politik. Tahun 1908 ia masuk di Komite Inggris Liga Muslim se-India. Ia juga terpilih menjadi anggota Majelis Legislatif Punjab dan menjadi salah satu pemikir politik. Pidato kepresidenan Liga Muslim India tahun 1930 menjadi dasar konseptual bagi pembentukan Negara Pakistan, walaupun ia tidak menyebutkan nama Pakistan secara eksplisit. Sebagai seorang pemikir, ia sangat prihatin dengankeadaan kaum muslim India sehingga ia mengajukan konsep pembentukan Negara bagi golongan kaum muslim. 
Karya-karya sastra yang membuatnya amat terkenal adalah syair-syair yang ditulis dalam bahasa Persia dan Urdhu antara lain “Asrar-I Khudi )Rahasia diri), Payam-I Masyriq (Pesan dari Timur),Navid Namah (Kitab Keabadian). Iqbal menderita sakit berkepanjangan antara tahun 1934-1938 dan tanggal 21 April 1938 ia meninggal kemudian dimakamkan di Masjid Badshahi Lahore.

10.    Ayatullah Khomeini
Sayyid Ayatollah Ruhollah Khomeini adalah tokoh agama, presiden, dan pemimpin umat Islam yang disegani dunia. Lahir di Khomein, Provinsi Markazi, 24 September 1902 – meninggal di Tehran, Iran, 3 Juni 1989 pada umur 86 tahun. Khomeini juga tokoh Revolusi Iran dan Pemimpin Agung Iran pertama. Ayatollah Ruhollah Khomeini belajar teologi di Arak dan kemudian di kota suci Qom, di mana ia mengambil tempat tinggal permanen dan mulai membangun dasar politik untuk melawan keluarga kerajaan Iran, khususnya Shah Mohammed Reza Pahlavi.
Khomeini menyelesaikan studi fiqih dan ushul dengan seorang guru dari Kasyan, yang sebelas tahun lebih tua darina, yaitu Ayatulllah Ali Yasrebi Kasyani (meninggal 1959). Kemudian Khomeini mengikuti kelas Ha’eri. Kalau Orang mengikuti kuliah seperti itu, berari ia memasuki tingkat tiga . Ha’eri mengajar Dars-e Kharej (studi diluar teks). Pada tingkat ini tidak ada buku pegangan, para siswa berusaha membentuk pendapatnya sendiri mengenai soal-soal hukum. Inilah tahap pendidikan Final Khomeini.
Pada awal tahuan 1930-an, dia menjadi mujtahid dan menerima ijazah untuk menyampaikan hadis dari empat guru terkemuka. Yang pertama dari kempat guru itu adalah Muhsin Amin Ameli (wafat 1952), seorang ulama terkemuka dari Libanon. Yang kedua adalah Syaikh Abbas Qumi (wafat 1959) ahli hadis terkemuka dan sejarahwan Syiah. Qumi adalah penulis yang tulisannya digemari digemari di Iran Modern, terutama bukunya yang berjudul Mafatih Al-Jinan (kunci surga). Mafatih Al-Jinan diberikan kepada setiap sukarelawan perang setelah revolusi, suatu praktek yang salh ditafsarkan lawan Khomeini. Guru ketiganya adalah Abdul Qasim Dehkordi Isfahani (wafat 1934) seorang mullah terkemuka di Isfahan. Guru keempatnya adalah Muhammad Reza Masjed Syahi (wafat 1943) yang datang di Qum pada 1925 karena protes menentang kebijakan anti-Islam Reza Syah. 
Setelah studi hukum dan fiqih di Qum, Khomeini juga mempelajari dua tradisi Islam yang tidak lazim yaitu irfan dan hikamah. Pelajaran inilah sangat besar dampaknya pada pandangan Khomeini mengenai dirinya dan dunia . Irafan (gnosis adalah pengetahuan mistis dunia bathiniah manusia yang mengupayakan keakraban dengan Allah0 merupakan tradisi spiritual yang terdapat terutama di dunia Syiah. Hikmah yang diwarnai oleh sistem pemikiran yang sepenuhnya logis dan skolastik, danjuga oleh eksplorasi pengalaman tentang hakekat realitas puncak. Perwujudan lain irfan, yang juga penting sehubungan dengan Khomeini, adalah syair mistis persia, kendati tidak terbatas pada penyair Syiah saja, tapi juga pada penyair Sunni yaitu Jalaluddin Rumi dan Hafiz.
Setelah mempelajari filsafat, Khomeini mulai mempelajari tasawuf. Dia terutama tertarik kepada syarh-i fushush, sebuah ulasan oleh Syarifuddin Daud Qaisari (wafat 1450) atas fushush Al-Hikmah, salah satu karya Ibn Arabi yang memaparkan secara mistis sifat-sifat Allah yang tercermin dalam sifat para Nabi seejak Adam hingga Muhammad. Pada 1937, Khomeini menulis ulasan mengenai fushush tersebut.
Khomeini terpengaruh dari salah seorang gurunya , Syahabadi. Khomeini perna berkata pada Syahabadi; yang anda katakan tidak ada dalam buku . Dari mana itu? Jawab Syahabadi; itu pendapatku sendiri. Syahabadi adalah seseorang yang tak suka bersikap diam. Dia salah seorang anggota kelompok kecil mullah yang aktif menentang kebijakan Reza Syah, dan juga mempeengaruhi pandangan politik Khomeni. Syahabadi menekankan pentingnya perencanaan untuk mendidik dan mengoeganisasikan kaum muslimin.
Ujian pertamanya tiba pada tahun 1962 saat pemerintahan Shah berhasil mendapatkan RUU yang menetapkan beberapa kekuasaan pada dewan provinsi dan kota. Sejumlah pengikut Islam keberatan pada perwakilan yang baru dipilih dan tak diwajibkan bersumpah pada al-Qur'an namun pada tiap teks suci yang dipilihnya. Khomeini menggunakan kemarahan rakyat ini kemudian mengatur pemogokan di seluruh negara yang menimbulkan penolakan pada RUU itu.
Sebagai Tokoh Agama, Khomeini memiliki basis dukungan rakyat yang kuat. Khomeini menyampaikan khotbah di Faiziyveh School yang menuduh negara berkolusi dengan Israel dan mencoba "mendiskreditkan al-Qur-an." Penangkapannya yang tak terelakkan oleh polisi rahasia Iran, Savak, memancing kerusuhan besar-besaran dan reaksi kekerasan yang biasa oleh pihak keamanan yang mengakibatkan kematian ribuan orang. Khomeini terus susah selama tahun-tahun berikutnya dan pada peringatan pertama kerusuhan pasukan Shah bergerak ke kota Qom, menahan Imam sebelum mengirimnya ke pembuangan di Turki. Ia tinggal sebentar di sana selama sebelum pindah ke Irak di mana melanjutkan perjuangan untuk menjatuhkan rezim Shah. Pada 1978 pemerintahan Shah meminta Irak untuk mengusirnya dari Najaf, lalu ia menuju Paris.
Ketokohan Ayatullah Khomeini semakin populer setelah menjelang sampai kejatuhan Shah. Menyusul rangkaian kekacauan di Iran, keluarga Shah meninggalkan Iran pada Februari 1979, sementara rakyat tumpah ruah di jalanan jalan untuk menyambut kembalinya Khomeini dan 'Permulaan Revolusi Islamnya'. Ayatullah Khomeini disambut ratusan ribu rakyatnya di bandara dan ribuan orang lainnya berjajar sepanjang jalan kembali ke Teheran. Ayatollah sudah sepantasnya memandang Iran sebagaimana dirinya, dan Khomeinipun menjadi pemimpin dan tokoh agama. Teheran menjadi kursi kekuatan, jauh dari jantung kota Qum. Pada 1981 Irak menyerang Iran. Perang itu berlangsung 8 tahun penuh yang menghancurkan hidup jutaan muslimin di kedua pihak. Khomeini meninggal di Teheran pada 3 Juni 1989.

D.  Ibrah dari Peristiwa Perkembangan Islam pada Masa Modern
              Ada beberapa pelajaran dan hikmah yang dapat dijadikan cerminan terhadap penghayatan akan sejarah perkembangan Islam pada masa pembaruan ini, diantaranya ;
1.   Keyakinan bahwa Islam adalah agama universal (univer-salisme Islam). Sebagai agama universal, Islam memiliki misi rahmah li al-‘alamin, memberikan rahmat bagi seluruh alam. Untuk megembalikan masyarakat sepeperti yang dicita-citakan itu diperlukan konsistensi menjaga nilai dan norma ajaran islam yang bersumber pada Al Qur’an dan Hadis. Oleh karena itu, setiap aktifitas baik pribadi maupun kelompok jika bertentangan dengan nilai-nilai ajaran islam akan kehilangan kekuatan untuk menjadi masyarakat berperadaban. 
2.   Dapat menjadi pilihan ketika mengambil sikap. Dengan memahami warisan pengalaman sejarah kaum muslimin yang mendorong munculnya berbagai gerakan tajdid (pembaruan Islam) setelah mengalami keterpurukan yang luar biasa akibat keserakahan penguasa muslim dan akibat emperialisme.
3.   Pembaruan akan memberi manfaat berupa inspirasi untuk mengadakan perubahan-perubahan. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengedepankan sisi kemanfaatan masyarakat muslim akan menjadi pusat peradaban dunia.
4.   Dalam sejarah, dikemukakan pula masalah sosial dan politik yang terdapat di kalangan bangsa-bangsa terdahulu. Semua itu agar menjadi perhatian dan menjadi pelajaran ketika menghadapi permasalahan yang mungkin akan terjadi.
5.   Membangun masa depan berdasarkan pijakan-pijakan yang telah ada di masa lalu sehingga dapat membangun negara senantiasa menjadi baldatun tayyibatun wa rabbun gafur atau negara yang baik dan mendapat ampunan dari Allah SWT
6.   Sejarah dapat dijadikan sumber inspirasi untuk membuat langkah-langakah inovatif agar kehidupan menusia dapat damai dan sejahtera.

E.   Meneladani Tokoh-Tokoh Berprestasi dalam Perkembangan Islam pada Masa Modern
Ada beberapa perlaku yang dapat dijadikan cerminan terhadap penghayatan akan sejarah perkembangan Islam pada masa pembaruan ini, diantaranya :
1.   Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, karena atas pertolongan dan petunjuk  yang diberikan kepada masyarakat islam karena keterpurukan yang telah sekian lama diderita akibat kesalahan yang telah dilakukan. 
2.   Kita dapat memahami dan menghayati sejarah kebudayaan Islam untuk dijadikan renungan/ refleksi betapa berat perjuangan tokoh-tokoh islam modern menghadapi situasi dan kondisi yang tidak menguntungkan.
3.   Kita dapat meneladani sikap intelektual dan semangat keislaman para tokoh pembaharu islam untuk megembalikan kejayaan islam.
4.   Kita dapat meneladani semangat para tokoh pembaharu yang rela berkorban mengemban misi menegakkan kebenaran berdasar ajaran kitab suci dan tradisi nabi.
5.   Dapat menumbuhkan semangat menuntut ilmu dan menyebarkan ide-ide kreatif demi terciptanya tatanan masyarakat islam yang dinamis dan berperadaban.
6.   Dapat menumbuhkan semangat amar makruf nahi mungkar yakni pembebasan masyarakat dari kebodohan, keterbelakang, kemiskinan dan ketidakberdayaan akibat imperialism yang berkepanjangan bagi masyarakat muslim.